Konferensi iklim PBB COP25 telah berakhir, namun dianggap menghasilkan kesepakatan yang kurang signifikan. Aktivis menyuarakan kekecewaan mereka dan menyebut kesepakatan itu hanya berdampak kecil terhadap aksi iklim.
Iklan
Setelah lebih dari dua minggu proses negosiasi yang intens, negara-negara dalam Konferensi Iklim COP25 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Madrid, Spanyol, menyetujui kesepakatan untuk meningkatkan target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Namun organisasi dan aktivis lingkungan mengaku kecewa atas kegagalan negara-negara tersebut menguraikan tindakan nyata yang akan dijalankan pemerintah, sebelum konferensi iklim selanjutnya digelar tahun depan di Glasgow, Inggris.
“Semangat positif yang melahirkan Perjanjian Iklim Paris terasa seperti ingatan yang jauh hari ini,” ujar Helen Mountford, wakil presiden untuk iklim dan ekonomi di World Resources Institute. “Alih-alih memimpin tuntutan untuk ambisi yang lebih besar, kebanyakan negara penghasil emisi tinggi, justru hilang dalam aksi.”
Dalam Conference of the Parties (COP) terpanjang yang pernah ada, yang seharusnya selesai pada Jumat (13/12), namun baru selesai pada Minggu (15/12) sore, masing-masing delegasi berdebat tentang masalah pendanaan bagi negara-negara berkembang untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak iklim dan kebijakan kontroversial tentang pasar karbon di dalam buku peraturan Perjanjian Iklim Paris.
Poin-poin utama tentang ketentuan pasar karbon termasuk:
Ketakutan perhitungan ganda, bahwa kedua negara yang menjual dan membeli kredit karbon akan menghitung pengurangan karbon sebagai bagian mereka.
Negara-negara, termasuk Brasil, mengharapkan bisa menjual kredit karbon lama yang berkaitan dengan pasar bekas di bawah protokol Kyoto.
Pasar karbon mengarah pada kurangnya ambisi dalam target iklim yang ditentukan secara nasional.
7 Dampak Perubahan Iklim yang Tidak Pernah Anda Bayangkan
Perubahan iklim menyebabkan beberapa hal aneh terjadi, seperti berubahnya jenis kelamin bayi binatang. DW menyajikan tujuh dampak perubahan iklim yang tidak pernah Anda duga yang akan berakibat pada kehidupan di bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hati-hati ledakan populasi ubur-ubur!
Meskipun ada kombinasi faktor di balik banyaknya ubur-ubur yang sampai ke tempat wisata seperti pantai Mediterania, perubahan iklim termasuk salah satunya! Suhu laut yang lebih hangat membuka daerah baru bagi ubur-ubur bereproduksi dan meningkatkan ketersediaan makanan favorit mereka, yaitu plankton.
Foto: picture-alliance/dpa
Lenyapnya kayu berkualitas
Dihargai karena kualitas suara yang superior, alat musik dawai Stradivarius asli dapat dijual jutaan dolar. Namun, perubahan cuaca ekstrem seperti badai yang luar biasa hebatnya berakibat tumbangnya jutaan pohon di hutan Paneveggio, Italia utara. Menanam kembali pohon tidak akan banyak membantu dalam jangka pendek. Sebuah pohon cemara harus berusia setidaknya 150 tahun sebelum dapat menjadi biola.
Foto: Angelo van Schaik
Kesulitan tidur
Orang-orang di kota besar akan kesulitan tidur karena kepanasan. Tahun 2050, suhu di kota-kota besar Eropa akan lebih hangat 3,5 derajat celcius di musim panas. Ini tidak hanya mempengaruhi tidur, tetapi juga suasana hati, produktivitas, dan kesehatan mental. Cara satu-satunya mengatasi ini adalah pindah ke kota kecil yang banyak tanaman hijau dan sedikit bangunan, membuat malam jadi lebih dingin.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R.K. Singh
Ancaman bagi penderita alergi
Musim semi datang lebih awal tahun ini dikarenakan suhu global yang lebih hangat. Namun fenomena ini jadi berita buruk bagi penderita alergi. Musim dingin yang sebentar membuat tanaman memiliki waktu lebih untuk tumbuh, berkembang, dan menghasilkan serbuk sari yang akan bebas berkeliaran jauh lebih awal, sehingga membuat penderita alergi menderita lebih lama.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-J. Hildenbrand
Bakteri dan nyamuk
Tidak hanya berkeringat, panas juga dapat mempengaruhi kesehatan kita. Pada akhir abad ini, 3/4 populasi dunia diprediksi terkena gelombang panas yang berbahaya dan mematikan. Naiknya suhu berdampak pada peningkatan penyakit diare, karena bakteri lebih mudah berkembang biak dalam makanan dan air hangat. Jumlah nyamuk juga kemungkinan akan naik, seiring dengan penyebaran penyakit seperti malaria.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Schulze
Rumah-rumah hancur
Tanah di sekitar Kutub Utara semakin mencair pada bulan-bulan di musim panas. Suhu yang lebih hangat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan rumah-rumah serta jalan-jalan retak dan menyebabkan lebih banyak serangga. Selain itu, jika permafrost (tanah beku) meleleh, ia akan melepaskan gas CO2 dan metana yang selanjutnya dapat memperburuk pemanasan global.
Foto: Getty Images/AFP/M. Antonov
Jantan atau betina? Tanyakan kepada ahli
Suhu mempengaruhi jenis kelamin beberapa spesies. Untuk penyu, panasnya pasir tempat telur diinkubasi menentukan jenis kelamin bayi yang baru lahir. Temperatur rendah menguntungkan penyu jantan, sementara betina berkembang lebih baik di daerah yang lebih hangat. Peneliti membuktikan bahwa lebih dari 99% tukik penyu di Australia utara sudah betina, sehingga sulit bagi spesies untuk bertahan hidup.
Foto: Imago/Nature Picture Library
7 foto1 | 7
Tekanan dari pemuda dan masyarakat sipil
Negara-negara dalam COP25 tidak dapat mencapai kesepakatan tentang mekanisme pasar. Kesepakatan ini akan terus didorong sampai tahun depan, hingga pertemuan Konferensi Iklim COP26 tahun depan di Glasgow, Inggris untuk mengimplementasikan Perjanjian Iklim Paris.
Namun, para delegasi berhasil mencapai kesepakatan tentang ambisi mereka, yang merupakan salah satu elemen kunci dalam Perjanjian Iklim Paris yang akan membuat negara-negara menyesuaikan dan meningkatkan target pengurangan karbon setiap lima tahun.
Menteri Energi dan Perubahan Iklim Spanyol, Teresa Ribera mengatakan bahwa ada lebih banyak hasil positif ketimbang negatif yang dicapai dalam konferensi, meskipun begitu masih ada beberapa unsur yang hilang.
“Ada negara-negara besar yang tidak ingin mempercepat aksi iklim, meskipun demikian, kami berhasil mencapai seruan dan kesepakatan untuk meningkatkan aksi iklim dan melakukannya secara resmi yang dipimpin oleh sains,” ujar Ribera.
Para delegasi berada di bawah tekanan saat menjalankan Konferensi COP25, karena pemuda dan aktivis masyarakat sipil, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, mengambil bagian dalam konferensi selama dua minggu tersebut untuk menuntut aksi nyata oleh para pemimpin dunia.
Namun, para aktivis tidak ikut dalam konferensi iklim hari Sabtu (14/12) karena mereka mengadakan rapat mereka sendiri, yakni ''Pleno Rakyat" untuk merayakan aksi protes yang dilakukan orang-orang di seluruh dunia, saat jutaan orang turun ke jalan tahun lalu.
Meskipun begitu, mereka juga mengkritik pemimpin yang terlibat dalam konferensi iklim COP25, dan menyebut konferensi tersebut sebagai kegagalan, bagi manusia dan planet.
“Kami disini untuk menunjukkan kekuatan rakyat untuk mengamanatkan keadilan iklim,” ujar Direktur Eksekutif Climate Action Network Canda, Catherine Abreu, kepada DW.
“Pemerintah dunia telah datang ke konferensi ini dan gagal untuk membela tuntutan yang telah disuarakan oleh masyarakat di jalan-jalan untuk tindakan perubahan iklim,” tambahnya.
Bagaimana Negara-Negara di Dunia Melawan Perubahan Iklim?
Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu dunia yang kita rasakan sekarang ini. Jika tidak ditanggulangi lebih lanjut, suhu dunia akan terus meningkat. Lalu apa saja upaya yang dilakukan negara-negara di seluruh dunia?
Foto: Getty Images/AFP/G. Cacace
Prancis
Anne Hidalgo, wali kota Paris, telah mengumumkan rencana penanggulangan isu perubahan iklim dengan pembuatan taman kota dan taman-taman lain di sekitar menara Eiffel. Ia akan menambahkan 30 hektar ruang hijau dan 20.000 pohon sampai akhir tahun 2020. Selain untuk menghijaukan kota, taman tersebut juga bisa menjadi sarana rekreasi bagi warga Paris.
Foto: DW/Euromaxx
Italia
Bosco Vertikale (hutan vertikal) adalah bangunan tempat tinggal yang dihiasi dengan pepohonan dan beragam tumbuhan. Menurut sang Arsitek, Stefano Boeri, hutan vertikal ini juga mampu untuk menyerap 30 juta ton karbon dioksida dan memproduksi 19 juta oksigen per tahunnya. Selain itu gedung ini juga dilengkapi dengan sistem pemanas geotermal dan fasilitas pengelolaan air limbah.
Foto: Getty Images/AFP/G. Cacace
Jerman
Setiap awal tahun, Stadtwerke Karlsruhe (perusahaan utilitas publik Karlsruhe) mengajak pelanggan baru jasa listrik ramah lingkungan untuk menanam pohon bersama. Melalui proyek ini, Stadtwerke Karlruhe sudah berhasil menanam lebih dari 5.000 pohon dalam area seluas 7 hektare, yang juga sama dengan besar sekitar sepuluh lapangan sepakbola.
Foto: Andreas Ehmer
Singapura
"Skyrise Greenery Incentive Scheme 2.0" adalah sebuah program dari Dewan Taman Nasional Singapura untuk membiayai sampai 50% dari jumlah biaya instalasi penghijauan atap dan penghijauan vertikal. Tujuan program ini adalah menanggulangi suhu tinggi, memperbaiki kualitas udara dan menyaring partikel debu di udara.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/E. Teister
Myanmar
Jika negara lain andalkan warganya untuk tanam pohon, Myanmar gunakan drone untuk percepat proses tersebut. Kerja sama antara Biocarbon Engineering dan Worldview International Foundation, sebuah organisasi non-profit Myanmar, bertujuan untuk menanam kembali hutan bakau mereka yang menghilang dalam jumlah besar. Rencananya, mereka ingin menanam 1 miliar pohon dalam waktu beberapa tahun ke depan.
Foto: Imago Images/S. M. Prager
Ethiopia
Belum lama ini, Ethiopia menanam lebih dari 350 juta pohon dalam sebuah program kampanye "Green Legacy". Jutaan warga Ethiopia ikut serta dalam aksi penanaman pohon yang dilaksanakan selama kurang lebih 12 jam tersebut. Meski sudah menanam 350 juta pohon, Ethiopia memiliki target yang lebih besar, yaitu menanam 4 miliar pohon pada musim hujan mendatang. (Dari berbagai sumber, Ed.: vv/ml)
Foto: picture-alliance /Ritzau Scanpix
6 foto1 | 6
Kekecewaan dan keputusasaan
Saat konferensi berlanjut hingga Sabtu (14/12) malam, para perwakilan dari negara-negara berkembang, termasuk Meksiko, Kolombia, dan Belize, mengekspresikan kekecewaan dan keputusasaan mereka terhadap pelemahan pesan yang mengacu pada target pengurangan emisi. Mereka mengatakan hal itu yang menyebabkan kurangnya ambisi untuk aksi iklim.
Utusan iklim Tina Stege, dari Kepulauan Marshall, salah satu negara yang telah terdampak oleh kenaikan permukaan laut sebagai akibat dari krisis iklim mengatakan bahwa negara-negara penghasil emisi tinggi perlu mengingat kembali janji mereka.
“Kita harus menyerukan lompatan kuantum ke arah yang lain,” ujar Stege. “Kami di sini dan akan berjuang dan dunia menyaksikan kami. Saya harus pulang ke rumah dan menatap mata anak-anak saya dan mengatakan bahwa kami keluar dengan hasil yang menjamin masa depan mereka dan masa depan semua anak.”
Negara-negara juga terbagi saat membicarakan masalah “kerugian dan kerusakan”, dan pendanaan yang akan mengkompensasi negara-negara yang telah terkena perubahan iklim.
Perwakilan dari hampir 200 negara mengambil peran dalam konferensi iklim PBB di Madrid, Spanyol. Mereka bertujuan untuk menyelesaikan “buku peraturan”, seperangkat pedoman yang akan digunakan untuk mengimplementasikan Perjanjian Iklim Paris tahun depan.