Akui Wartakan "Kebohongan" Pemilu, Fox News Bayar Uang Damai
19 April 2023
Kantor berita konservatif itu digugat pencemaran nama baik oleh produsen mesin pencoblosan AS, Dominion. Fox News sebelumnya getol mewartakan manipulasi pada pencoblosan elektronik seperti yang dituduhkan Donald Trump.
Iklan
Fox News akhirnya sepakat berdamai dengan produsen mesin pencoblosan, Dominion, dan membayar ganti rugi. Stasiun televisi milik Rupert Murdoch itu awalnya digugat senilai USD 1,6 miliar, karena memublikasikan berita palsu terkait dugaan manipulasi pencoblosan elektronik pada Pemilu 2020.
Kasus tersebut berpusar pada tuduhan bekas Presiden AS, Donald Trump. Dia mengklaim manipulasi pencoblosan elektronik sebagai salah satu penyebab kekalahannya. Narasi tersebut ramai diberitakan media-media konservatif AS, kendati Dominion berulangkali memastikan keamanan sistem buatannya. Akibatnya, Fox mendapat gugatan pencemaran nama baik.
"Kedua pihak sudah berdamai," kata Eric Davis, salah seorang juri, di tengah persidangan. Hakim kemudian memutus untuk menutup kasus tersebut.
Direktur Dominion, John Poulos, menyebut tawaran damai Fox "bernilai sejarah," karena menjadi preseden bagi pemberitaan media di masa depan.
"Fox secara gamblang mengakui telah berbohong soal Dominion yang menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan kami, pegawai dan pelanggan kami," imbuhnya.
"Selama proses ini, kami menuntut pertanggungjawaban dan meyakini bukti-bukti yang dihadapkan ke pengadilan menggarisbawahi konsekuensi dari menyebar dan mempropagandakan kebohongan. Melaporkan fakta oleh media adalah esensial bagi demokrasi kita," tukasnya.
Beginilah Para Kartunis Dunia Mencermati Pemilu AS
Amerika telah memilih, dan Joe Biden diproyeksikan meraih suara terbanyak. Pesta demokrasi di negara Paman Sam ini digambarkan oleh para kartunis dunia.
Selamat pagi, Amerika
Akhirnya, ada pemenang? Paman Sam dan Lady Liberty hampir tidak bisa percaya. Selama berhari-hari warga Amerika - dan seluruh dunia - gelisah menunggu siapa yang akan menjadi penghuni Gedung Putih. Hasil pemungutan suara telah diumumkan, pemenang sudah terpilih. Namun, apakah penantian panjang itu sudah berakhir? Apa sudah aman untuk bisa keluar ke jalan? Paman Sam tidak begitu yakin.
Pertarungan ketat, virus corona terlupakan
"Biden memimpin" di Georgia, "Trump unggul" di Carolina Utara. Hasil penghitungan sementara dari hari ke hari terus berubah. Donald Trump yang marah mengamuk karena merasa "dicurangi". Sementara Joe Biden tetap tenang dan menyampaikan bahwa dia ingin memulihkan bangsa Amerika yang terpecah. Ketatnya pertarungan kedua pihak telah mengalihkan perhatian dunia dari pihak ketiga: virus corona.
Foto: 2020 Rabe/toonpool.com
Sang Dalang
Pada malam pemilihan, jauh sebelum penghitungan suara selesai, Trump menyatakan dirinya sebagai pemenang. Presiden juga tanpa henti meradang bahwa "mereka" mencoba mencuri pemilu. Jika kalah, ia bersumpah akan mengerahkan pasukan pengacara.
Menang, bagaimanapun caranya
Yang dimaksud dengan "mereka" oleh Trump adalah para pemilih Demokrat yang mengirimkan surat suara mereka lewat pos. Trump menganggap suara mereka ilegal. "Jika suara sah dihitung," kata presiden yang masih menjabat, "saya akan menang dengan mudah." Dan jika nyaris gagal, kartunis Brasil, Amorim, menunjukkan bagaimana seseorang dapat memaksakan kemenangan ala Trump.
Jalan Trump dihadang Lady Liberty
Bukan waktu yang mudah bagi Lady Liberty. Sementara itu, pengacara Trump mengajukan gugatan di negara bagian di mana dia kalah tipis, menyebut hasil pemilu sebagai "berita palsu." Presiden yang masih menjabat ini juga telah mengumumkan bahwa dia akan membawanya ke Mahkamah Agung. Dia merasa ditinggalkan oleh para tokoh Partai Republik karena mereka tidak mendukung teori konspirasinya.
Setidaknya masih ada Proud Boys
Jika anggota partai tidak bisa diandalkan, setidaknya masih ada pendukung setia. Trump mengatakan kepada mereka bahwa pemungutan suara melalui pos “tidak aman”, memicu ratusan orang protes di TPS, menuntut untuk "menghentikan penghitungan dan berhenti mencuri pemilihan." Beberapa bahkan mencoba menggunakan kekerasan. Bagi Trump, aksi kekacauan itu adalah tanda "cinta dan kasih sayang".
Dari Afghanistan dengan cinta
Taktik Trump mengingatkan kartunis Shahid Atiq tentang kondisi di negara asalnya Afghanistan, di mana hanyalah penguasa yang bisa bersuara tetapi rakyat hampir tidak memiliki ruang untuk bernapas. Patung Liberty terbaring dengan leher ditekan lutut, persis seperti George Floyd, yang tewas akibat tindakan seorang polisi. Citra AS sebagai salah satu negara demokrasi tertua di dunia ternoda.
Mati secara politik - kali ini untuk selamanya
Trump dapat meneriakkan "kemenangannya" sebanyak yang dia suka, tetapi tidak ada yang akan percaya lagi, dan malaikat maut politik akan datang untuk membawanya pergi. Melihat gambar kartun karya Arcadio Esquivel dari Costa Rica ini, orang mungkin merasa kasihan pada presiden yang harus pergi, yang terlihat lebih seperti anak kecil yang sangat kecewa.
Risleting macet
Amerika terbelah dua. Negara ini sangat terpolarisasi, dan politik bahkan telah memecah-belah keluarga. Apakah Joe Biden akan bisa memulihkan persatuan Amerika adalah pertanyaan yang diajukan tidak hanya oleh kartunis Mirco Tomicek. Pertanyaan ini tercetus utamanya karena Trump seolah tidak berkomitmen untuk transisi kekuasaan yang damai.
Panglima hingga akhir
Seorang kapten tidak pernah meninggalkan kapalnya. Dan tampaknya tidak ada harapan Donald Trump akan mengosongkan Gedung Putih tanpa perlawanan. Ia diperkirakan akan mempertahankan kantornya melawan Demokrat, yang menurutnya mencuri pemilu. Kepresidenan Trump berlangsung hingga 20 Januari. Tetapi pada titik tertentu, itu sudah berakhir.
Sakitnya perpisahan
Era Trump mungkin akan segera menjadi sejarah, tetapi ada sesuatu yang tersisa. Kartunis Pierre menunjukkan apa yang mungkin ditinggalkan mantan presiden di Gedung Putih. Tampak para turis yang mengunjungi Gedung Putih mengabadikan goresan kuku dilantai, sepertinya seseorang merasa berat untuk mengucapkan selamat tinggal. (yf/ae)
11 foto1 | 11
Kebohongan pemilu
Dalam keterangan persnya, Fox News mengungkapkan Dominion telah menerima tawaran "ramah" senilai USD 787,5 juta. "Kami mengakui kebenaran temuan dan bukti-bukti di pengadilan yang mengungkap kekeliruan dalam pemberitaan seputar Dominion. Tawaran ganti rugi ini mencerminkan komitmen Fox kepada standar tertinggi jurnalisme."
Iklan
"Kami berharap keputusan kami untuk berdamai dan menghindari pertikaian di pengadilan, memudahkan kita semua untuk maju dan menyudahi kasus ini," lanjut Fox.
Dalam persidangan, Dominion mengajukan bukti komunikasi email, di mana staf dan petinggi Fox mengungkapkan keraguan terhadap tuduhan Trump, tapi tetap mewartakan dugaan kejanggalan pada pencoblosan elektronik.
Salah satu presenter papan atas Fox, Sean Hannity, misalnya mengaku "tidak sedetik pun" percaya pada Trump, namun ingin memberikan ruang bagi bagi Partai Republik untuk mengajukan bukti.
Dalam kesaksian di pengadilan, pemilik Fox, Rupert Murdoch, mengakui kemenangan Joe Biden dalam pemilu dan bahwa "pemilunya tidak dicuri," seperti tuduhan Trump. Pada saat yang sama, Fox tetap mengundang tokoh-tokoh konservatif yang mengungkapkan klaim palsu terkait kecurangan pemilu.