Akun komik muslim gay alpantuni kembali online setelah sempat menghilang menyusul kontroversi yang dipicu Kementerian Komunikasi dan Informatika. Instagram sebelumnya menolak permintaan Indonesia memblokir akun tersebut.
Iklan
Persekusi Kemkominfo terhadap akun komik muslim gay Alpantuni urung membuahkan hasil. Kini akun yang sempat menghilang itu kembali online di Instagram, lengkap dengan lebih dari 6.000 pengikutnya.
Instagram sebelumnya menolak permintaan pemblokiran lantaran menilai akun tersebut tidak melanggar ketentuan perusahaan. Menurut jurubicara Instagram Asia Pasifik, Cing Yee Wong, hilangnya akun alpantuni bisa jadi disebabkan oleh keputusan pemilik untuk menonaktifkan akunnya sendiri.
Kontroversi seputar alpantuni berawal ketika Kemkominfo mengirimkan surat ke Instagram awal Februari untuk meminta pemblokiran akun lantaran dinilai mengandung pornografi dan melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik. Kemkominfo bahkan sempat mengimbau warganet untuk ramai-ramai melaporkan akun tersebut kepada Instagram.
Padahal di dalam komik tersebut alpantuni menggoretkan cerita ringan mengenai pergulatan seorang muslim gay yang hidup di tengah persekusi dan diskriminasi.
"Hai namaku Alpantuni," tutur tokoh di dalam komik seperti yang diunggah di Instagram. "Keluargaku sangat religius. Tapi aku punya rahasia." Komik alpantuni juga terlihat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Italia.
Dalam salah satu unggahannya alpantuni berkisah mengenai Fazli yang jatuh hati pada seorang pria yang cerdas dan rajin beribadah.
"Tapi dia 'normal', mustahil dia mau sama aku," tutur tokoh utama cerita di akhir komik.
Pada kisah lain dia menceritakan pergulatan batin tokoh utama yang merasa harus berbohong selama hidupnya, termasuk ketika sudah menikahi seorang perempuan. "Aku perlu berpura-pura agar hidupku aman," tulisnya.
Namun demikian alpantuni tidak hanya melulu seputar kehidupan seorang muslim gay, tetapi juga menampilkan kritik sosial terhadap maraknya radikalisme di kalangan kaum muslim. Cerita yang diberi judul "mahluk sok suci" misalnya menggugat sikap anti-kritik kaum ultra konservatif.
"Akun ini menjelaskan secara umum masalah yang dihadapi seorang gay di Indonesia," kata aktivis Hak asasi Manusia, Andreas Harsono, pekan lalu ketika kontroversi alpantuni pertamakali menjadi bahan pembicaraan. "Bukan rahasia lagi bahwa banyak individu LGBT yang ditangkap, rumahnya digrebek dan dijebloskan ke penjara," imbuhnya.
Belum jelas langkah apa yang akan diambil oleh Kemnterian Komunikasi dan Informatika terkait kembalinya akun alpantuni. DW Indonesia sudah berusaha menghubungi Menkominfo Rudiantara, namun belum mendapat balasan. Padahal pihak kementerian sempat mengancam akan bekerjasama dengan kepolisian buat menindak pemilik akun.
rzn/ap (dari berbagai sumber)
Lika-Liku Seorang Gadis Spanyol Menjadi Transpria
Seorang perempuan Spanyol bertekad mengubah kelaminnya menjadi laki-laki. Perjalanan Gabriel Diaz yang penuh pengorbanan dan rasa sakit diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera.
Foto: Reuters/Susana Vera
Pria di Tubuh Wanita
Gabriel Diaz de Tudanca terlahir seorang perempuan. Tapi sejak kecil dia mengidentifikasikan diri sebagai laki-laki. "Ketika saya berusia tiga tahun, saya mengatakan kepada ibu saya bahwa jika saya besar, saya akan menjadi seorang laki-laki bernama Oscar," kisahnya.
Foto: Reuters/Susana Vera
Dilahirkan Kembali di Meja Operasi
Dengan dukungan teman dan keluarga, Gabriel menjalani operasi kelamin dan terapi hormon. Dia lalu mengubah nama dan mengurus pergantian surat identitas. Singkat kata, perempuan berusia 15 tahun ini dilahirkan kembali sebagai seorang pria. Perjalanan Gabriel diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera, selama tiga tahun.
Foto: Reuters/Susana Vera
Diskriminasi Transgender
Spanyol mewajibkan setiap orang menjalani pemeriksaan mental sebagai syarat perubahan dokumen identitas pribadi. Pasalnya transgender hingga kini masih dianggap penyakit mental di banyak negara Eropa, termasuk Spanyol. "Saya tidak merasa terhina didiagnosa mengidap penyakit mental," kata Gabriel. "Tapi saya marah karena itu dijadikan syarat untuk mengubah jenis kelamin di dokumen pribadi."
Foto: Reuters/Susana Vera
Pengakuan oleh PBB
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Juni 2018 silam sudah menginstruksikan agar transgender tidak lagi diklasifikasikan sebagai gangguan mental. Sebaliknya WHO kini menganggapnya sebagai "ketidaksesuaian gender" yang berarti perbedaan antara jenis kelamin dan perilaku gender yang dialami individu secara konsisten. Tampak dalam gambar Gabriel sedang menunggu suntikan hormon testosteron.
Foto: Reuters/Susana Vera
Lompatan Besar Menuju Kebebasan
Gabriel memulai terapi hormon untuk memperkuat karakter maskulin, yakni untuk memperberat suara dan mengubah pola distribusi lemak menjadi serupa pria. Dua tahun sebelumnya dia menjalani operasi pengangkatan payudara. "Ini perubahan besar dalam hidup saya," kata dia ihwal kehilangan payudara. "Operasi itu adalah sebuah pembebasan."
Foto: Reuters/Susana Vera
Hidup di Tengah Prasangka
Meski diterima sebagai pria di lingkup sosialnya, sebagian masih menolak mengakui perubahan gender pada Gabriel. Seorang teman lama bahkan mengatakan dia tidak menganggapnya sebagai pria lantaran tidak memiliki alat kelamin laki-laki. Meski demikian, Gabriel kini telah memiliki seorang kekasih perempuan.
Foto: Reuters/Susana Vera
Melawan Persepsi Miring dan Kebencian
Tidak heran jika Gabriel kini mengabdikan hidupnya untuk membantu pemerintah kota menyebar kampanye buat melawan delik kebencian terhadap kaum LGBT. Dia antara lain membiarkan dirinya dijadikan sampul poster kampanye yang disebar di stasiun-stasiun kereta di ibukota Spanyol, Madrid. "Kebencian dan intoleransi yang mereka tunjukkan disebabkan oleh ketidaktahuan tentang kaum trans," imbuhnya.