Polusi udara di New Delhi terparah dalam tiga tahun. Otoritas di India pun membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Kendaraan plat ganjil beroperasi pada tanggal ganjil, sedangkan plat genap digunakan pada tanggal genap.
Iklan
New Delhi alami krisis polusi udara terparah dalam tiga tahun terahkhir. Memburuknya kualitas udara ini merupakan langganan ibu kota India tersebut saat musim dingin. Sensor di seluruh region pusat mencatat indeks kualitas udara lebih dari level 900, jauh lebih tinggi dari level 500 yang berketerangan "parah dan darurat." Penyebabnya tak lain adalah karena asap kendaraan, emisi industri dan asap pembakaran pertanian dari negara-negara tetangga. Dengan aturan ganjil genap yang akan diberlakukan selama dua minggu, diharapkan dapat terjadi pengurangan 1,2 juta kendaraan setiap harinya.
Otoritas setempat telah menyatakan darurat kesehatan dan meminta sekolah-sekolah ditutup. "Asap ada di mana-mana dan orang-orang, termasuk anak muda, anak kecil, orang tua sulit bernapas," kata Ketua Menteri Delhi Arvind Kejriwal dalam unggahan video di laman Twitter-nya pada hari Minggu (3/11). "Mata terasa terbakar. Polusi sudah seburuk itu," lanjutnya.
Dalam kesempatan ini Kejriwal juga menginstruksikan pihak berwenang untuk membagikan masker wajah sembari menjuluki kota New Delhi sebagai 'kamar gas'. Kejriwal mendesak pemerintah pusat untuk bertindak karena menurutnya permasalahan ini adalah kesalahan mereka.
Dampak lain polusi udara adalah pembangunan-pembangunan konstruksi di kota dihentikan sementara.
Selain itu beberapa penerbangan juga dibatalkan akibat visibilitas yang rendah. Press Trust of India melaporkan, pada situs wisata bersejarah Taj Mahal telah ditempatkan sebuah mobil van yang dapat membersihkan udara karena dikhawatirkan polusi udara bisa merusak makam marmer dari abad ke-17.
Daniel Cass, Wakil Presiden Senior organisasi lingkungan nirlaba Vital Strategies, mengatakan kepada kantor berita AP, solusi pembatasan kendaraan "tidak bisa menjadi pengganti untuk mengatasi sumber kronis utama jangka panjang permasalahan polusi udara."
Menurutnya jumlah kendaraan bermotor roda dua yang harusnya dibatasi, karena jenis kendaraan ini terlalu banyak digunakan dan dibebaskan dari skema ganjil genap. Cass juga mengingatkan pentingnya investasi pada kendaraan umum.
Lembaga pemonitor kualitas udara India, SAFAR, memprediksi kualitas udara tidak akan membaik hingga akhir pekan ini. Permasalahan polusi udara ini membuat sebanyak 40 persen dari 17 ribu warga New Delhi ingin meninggalkan kota, berdasarkan survei yang diselenggarakan lembaga konsultan Local Circles. yp/ts (ap, afp, independent)
"Bumi adalah hadiah Tuhan" - Saat Tokoh Islam Bicara Lingkungan
Deutsche Welle menggandeng Wahid Institute menggelar seminar Islam Ekologis. Di sana tokoh agama dari empat negara muslim terbesar membahas bagaimana menggerakkan agama sebagai motor perlindungan lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Cinta Manusia, Cinta Alam
Meski potensinya berlimpah, hingga kini agama jarang dilibatkan dalam upaya melindungi lingkungan atau mitigasi dampak perubahan iklim. Sebab itu Deutsche Welle dan Wahid Institute menggelar seminar "Cinta Manusia, Cinta Alam" untuk mengajak tokoh agama agar membantu mengkampanyekan pesan-pesan lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Temu Sapa Pegiat Lingkungan dan Tokoh Agama
Seminar ini tidak hanya mengundang tokoh agama, tetapi juga kaum muda yang selain mengembangkan solusi masalah lingkungan dengan pendekatan modern, juga giat mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan.
Foto: DW/A. Tauqeer
Agustina Iskandar, Direktur World Cleanup Day Indonesia
"Kita tidak punya planet B dan sebab itu kita harus bekerjasama melindungi lingkungan global. Kami senang ada banyak orang bergabung dan saling berbagi tanggungjawab kolektif ini."
Foto: DW/A. Tauqeer
Hayu Prabowo, Imam Masjid Ramah Lingkungan
"Islam mengajarkan kita untuk menjalankan kehidupan yang selaras dengan alam, di mana pemborosan sumber daya alam itu dilarang dan masjid seharusnya menjadi contoh bagi ajaran agama ini."
Foto: DW/A. Tauqeer
Ahmad Shabbar, Direktur GarbageCan, Pakistan
"Lingkungan yang sehat dan manusia-manusia baik saling membutuhkan satu sama lain, untuk bisa bertahan hidup. Praktik berkelanjutan dan perhatian yang lebih kepada lingkungan adalah kunci bagi masa depan yang lebih damai."
Foto: DW/A. Tauqeer
Tofiq Pasha, Aktivis Lingkungan Pakistan
"Lingkungan berarti Bumi yang biasa kita sebut sebagai ibu. Tapi kita tidak memperlakukannya sebagaimana seorang ibu. Dia sedang sakit. Kita harus merawatnya sebagaimana kita merawat ibu sendiri. Karena seperti seorang anak, nasib kita bergantung kepada alam, lingkungan dan kesehatan ibu Bumi. Lindungi dia, maka kita menjamin masa depan umat Manusia."
Foto: DW/A. Tauqeer
Abu Sayem, Dosen Agama Dunia di Universitas Dhaka
"Menurut Islam, keseimbangan ekologis sangat penting dan kita merupakan bagian darinya. Jika kita merusak salah satu bagian dari alam, kita sebenarnya sedang menghina sang Pencipta."
Foto: DW/A. Tauqeer
Debarati Guha, Pemred Asia Deutsche Welle
"Perlindungan lingkungan berada di jantung ajaran agama, terlepas dari benua dan peradabannya. Ada banyak ayat di dalam Al-Quran yang misalnya menyerukan pada manajemen air yang baik. Dan sebenarnya semua agama besar di dunia mengajarkan pemeluknya untuk merawat Bumi dengan cinta dan kasih sayang karena ia adalah hadiah dari Tuhan."
Foto: DW/A. Tauqeer
Mujtaba Hamdi, Direktur Eksekutif Wahid Foundation
"Allah mengirimkan kepada kita khalifah-khalifahnya dan tanggungjawab terbesar kita adalah melindungi alam sebagaimana dia diciptakan oleh Tuhan."