Menurut Menteri Kesehatan RI, ada dua alasan mengapa Indonesia tidak memperketat aturan COVID-19 bagi turis asal Cina. Salah satunya adalah terkait 'kuat' sistem pertahanan masyarakat Indonesia.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut hal pertama yakni seluruh varian yang terdeteksi di Cina dan menyebabkan lonjakan corona, sudah ada di Indonesia. Bedanya, varian tersebut tidak menyebabkan kasus infeksi di Tanah Air 'nanjak'.
"Varian yang ada di Cina sebenarnya ada tiga, itu BA5.2, BA.2.75 sama BF 7," beber dia saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (03/01).
"Untuk informasi teman-teman, tiga-tiganya sudah masuk ke Indonesia, yang terakhir BF.7 masuknya 14 Juli dari Bali. Untuk yang BA5.2 dan BA.2.75 itu sudah naik tinggi. Yang BF.7 tidak ada pergerakan yang berarti," lanjut Menkes.
Kedua, warga Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap varian tersebut. Menkes juga optimis bahwa antibodi masyarakat Indonesia baik dari vaksinasi dan infeksi alamiah sudah menjadi 'pertahanan' kuat.
"Bahwa memang varian-varian baru itu nggak bisa menembus sistem pertahanan masyarakat kita," pungkasnya.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Aturan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) masih berlaku?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi ketika dihubungi terpisah oleh detikcom menjelaskan saat ini aturan untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) adalah Surat Edaran (SE) Kepala Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 25 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada Masa Pandemi COVID-19. SE itu masih berlaku meski PPKM sudah dicabut Presiden Jokowi.
Iklan
"Masih berlaku selama belum ada ketentuan baru," kata Siti Nadia Tarmizi.
Disebutkan dalam SE itu, kriteria WNI/WNA PPLN yang dapat masuk Indonesia adalah PPLN yang mengikuti protokol kesehatan. Syarat dokumen kedatangan PPLN ke Indonesia adalah wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi, sudah vaksin COVID-19 dosis kedua minimal 14 hari sebelum berangkat kecuali usia di bawah 18 tahun.
Di entry point, PPLN wajib menjalani pemeriksaan gejala COVID-19. Bila punya gejala virus Corona maka PPLN wajib menjalani pemeriksaan tes RT-PCR lalu harus menunggu di kamar hotel tanpa meninggalkan kamar hotel. Bila hasilnya positif COVID-19, akan ditangani dengan perawatan untuk pasien positif COVID-19. (gtp/ha)