Upaya AS dan Rusia untuk menerapkan kembali gencatan senjata di Suriah gagal. Militer Suriah umumkan akan lancarkan serangan baru ke kubu pemberontak di Aleppo.
Iklan
Petugas khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura menggambarkan perundingan untuk mengupayakan gencatan senjata berikutnya di Suriah sebagai : "pertemuan panjang, menyakitkan, sulit dan mengecewakan."
Perundingan itu dihadiri wakil International Syria Support Group, yang mencakup Rusia, AS dan kekuatan besar lainnya yang terlibat pertikaian di Suriah. Mereka gagal mencapai kesepakatan Kamis kemarin.
Menlu AS John Kerry menyatakan kekecewaannya, tapi tetap menyatakan tekad akan terus mengusahakan gencatan senjata. "Tekad saya hari ini tetap sama seperti tekad saya kemarin. Tapi sekarang saya lebih frustasi," demikian Kerry.
Gencatan senjata yang diupayakan AS dan Rusia mulai berlaku 9 September tapi hanya berlangsung sepekan. Gencatan senjata bertujuan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Suriah di kota Aleppo yang terkurung dan cedera. Namun gencatan senjata terhenti sepenuhnya, setelah pemboman yang menewaskan 60 tentara Suriah oleh koalisi AS, disambung dengan serangan bom ke konvoi bantuan kemanusiaan hari Senin lalu yang simpang siur siapa pelakunya.
Kesepakatan zona larangan terbang tidak tercapai
Kerry menyerukan Rusia dan Presiden Bashar al Assad untuk menetapkan larangan terbang di atas sejumlah daerah pertempuran di Suriah. Seruan itu didukung beberapa negara lainnya, termasuk Jerman. Demikian ditegaskan Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier.
Tapi ide itu ditolak Rusia dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Rouhani mengatakan, tidak logis meminta pemerintah Suriah melarang jet tempurnya untuk terbang di wilayah teritorialnya sendiri, karena itu salah satu keunggulan militer Assad dibanding kekuatan kaum pemberontak.
Assad Umumkan Serangan Baru di Aleppo
De Mistura mengatakan, upaya Rusia dan AS untuk mengadakan kembali gencatan senjata "dipersulit pihak-pihak lain yang tidak mau atau tidak bersedia mendukung penghentian kekerassan," termasuk di antaranya militer Suriah dan sejumlah kelompok oposisi yang menghalangi penyerahan bantuan kemanusiaan.
Militer Suriah Kamis kemarin mengumumkan rangkaian serangan baru di daerah Aleppo Timur yang dikuasai pemberontak. Menurut organisasi Syrian Observatory of Human Rights, serangan terakhir militer Suriah adalah serangan darat besar-besaran yang didukung serangan udara Rusia.
Secercah harapan bagi warga sipil
Namun demikian, Kamis kemarin PBB memulai kembali penyaluran bantuan kemanusiaan, setelah dihentikan untuk sementara pasca serangan atas konvoi truk bantuan kemanusiaan Senin.
Sejumlah truk lainnya masih menunggu ijin untuk membawa bantuan bahan pangan dan obat-obatan ke kawasan pertempuran di Aleppo. Petugas PBB menyatakan kekhawatiran bahwa bahan pangan di truk akan rusak jika menunggu terlalu lama.
Perang di Suriah sudah menyebabkan kematian lebih dari setengah juta orang, dan menyulut pengungsian terbesar ke Eropa setalah berakhirnya Perang Dunia II.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.