Untuk pertama kalinya, Indonesia memenangi lebih dari satu gelar juara di All England dalam 10 tahun. Sebelumnya terjadi ketika Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih trofi di 2014.
Iklan
Indonesia meraih titel terbanyak di All England 2024. Dua gelar didapat menyusul sukses Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Nomor tunggal putra sudah dipastikan milik Indonesia setelah Jonatan dan Anthony Sinisuka Ginting tembus babak final. Pada prosesnya, Jonatan keluar sebagai pemenang usai mengalahkan Ginting 21-15, 21-14 pada Minggu (17/3).
Ganda putra Fajar/Rian menyumbangkan gelar kedua. Bermain di partai terakhir, Fajar/Rian tak mengalami hambatan berarti untuk menumpas pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan skor 21-16, 21-16.
Tiga nomor sisa di final All England 2024 dimenangi atlet-atlet dari negara yang berbeda. Jepang menyabet titel juara ganda putri setelah unggulan enam Nami Matsuyama/Chiharu Shida mengalahkan unggulan dua asal Korea Baek Hana/Lee Sohee 19-21, 21-11, 21-17.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Ratu bulutangkis Spanyol Carolina Marin menggagalkan Jepang memenangi titel keduanya. Marin merebut gelar di nomor tunggal putri setelah Akane Yamaguchi retired di gim kedua dalam kedudukan tertinggal 24-26, 1-11.
Sementara itu satu gelar di nomor ganda campuran diperoleh China. Unggulan teratas Zheng Siwei/Huang Yaqiong menang mudah atas unggulan kedua asal Jepang Yuta Watanabe/Arisha Higashino 21-16, 21-11.
Iklan
Jonatan tak sangka bisa juara
All Indonesian Final terjadi di tunggal putra All England. Di Utilita Stadium, Birmingham, pada Minggu (17/3), Jonatan menang dua gim langsung dengan skor 21-15, 21-14.
Sukses ini menandai gelar pertama Jonatan di 2024, sekaligus yang pertama sejak memenangi French Open pada Oktober tahun lalu. Pebulutangkis berusia 26 tahun itu juga tercatat sebagai tunggal putra Indonesia pertama yang menjuarai All England sejak terakhir dimenangi Haryanto Arbi pada 1994.
"Puji Tuhan, sangat bersyukur atas yang Tuhan berikan terutama di minggu ini. Tidak pernah menyangka untuk bisa jadi juara di All England. Ini juga gelar Super 1000 pertama saya. Pasti sangat-sangat berharga," tutur atlet yang akrab disapa Jojo ini, dalam rilis yang diterima detiksport.
"Dan yang lebih berharga lagi, saya dan Anthony (Ginting), tim tunggal putra akhirnya kami bisa mengulang sejarah 30 tahun lalu. Tidak mudah untuk diraih, bertahun-tahun latihan keras, setiap turnamen gagal, kami pulang lalu latihan lagi, gagal lagi lalu latihan lebih keras lagi. Selalu seperti itu sampai akhirnya Tuhan kasih buahnya hari ini."
"Setelah kemarin memastikan all Indonesian finals saya sudah semakin enjoy karena siapapun yang menang, yang penting Indonesia. Dari membuat sejarah saja, saya sudah sangat senang," lanjut peraih medali emas Asian Games 2016 itu.
Jonatan Christie sadar kesuksesannya di All England turut memberikan ekspektasi lebih besar terhadap dirinya di turnamen-turnamen di depan. Terlebih tahun ini merupakan tahun Olimpiade, yang akan dihelat di Paris, Prancis.
"Sesudah ini, pasti banyak yang akan menggantungkan ekspektasi yang lebih tapi saya hanya bisa melakukan yang terbaik dari yang bisa saya lakukan," Jonatan menambahkan.
Emas untuk Indonesia di Asian Games 2018
Kegemilangan kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 sudah melampaui torehan pada ajang serupa tahun 2014 di Korea Selatan. Cabang olahraga mana saja yang berhasil menyumbang medali emas untuk Indonesia?
Foto: Reuters/C. Mcnaughton
Penyumbang emas pertama
Defia Rosmaniar (23 tahun) menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018. Atlet cabang olahraga taekwondo itu meraih gelar dalam nomor pertandingan poomsae, seni yang dipadu iringan musik. Emas kedua datang dari Lindswell Kwok dari cabang Wushu. Ia meraih total skor tertinggi (19,50) di antara 16 pewushu lainnya saat turun di nomor Taijijian.
Foto: picture alliance / Photoshot
Duet emas dari sepeda gunung
Emas ketiga disumbangkan Tiara Andini Prastika. Atlet dari cabang sepeda gunung nomor downwhill putri itu tercatat sebagai yang tercepat dalam Asian Games 2018. Saat berlomba di Khe Bun Hill Subang, Senin (20/08), Tiara membukukan waktu dua menit 33,056 detik, dan mengalahkan atlet Thailand, Vipavee Deekaballes dengan selisih waktu 9,598 detik...
Foto: picture-alliance/Xinhua
Downhill putra turut sumbang prestasi
... Khoiful Mukhib juga meraih medali emas pada mountain bike nomor downhill putra, Senin (20/8). Dia menjadi yang tercepat di nomor downhill dengan catatan waktu 2 menit 16,687 detik. Torehan waktu Khoiful lebih cepat 1,497 detik dari Shengshan Chiang asal Taiwan. Raihan emas dari Khoiful ini membuat tim sepeda Indonesia sukses mengawinkan emas pada nomor downhill putra dan putri.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Angkat besi kian populer
Eko Yuli Irawan penuhi tugasnya sebagai lifter andalan Indonesia di Asian Games 2018. Medali emas untuk Eko Yuli Irawan dikalungkan langsung Presiden RI Joko Widodo yang hadir di JIExpo Kemayoran. Pria berusia 29 tahun itu tercatat sebagai sebagai lifter pertama yang menyumbang medali emas di ajang Asian Games. Ia berharap olahraga angkat besi bisa populer layaknya sepak bola dan bulu tangkis.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Dua emas dari paralayang
Dua emas disumbangkan cabang olahraga paralayang untuk kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Tim beregu putra yang diperkuat Hening Paradigma, Thomas Widyananto, Rony Pratama, Jafro Megawanto berhasil mencatat skor terbaik pada nomor akurasi. Sehari setelahnya, emas kedua dari cabang paralayang disumbangkan Jafro Megawanto pada nomor akurasi tunggal putra di Gunung Mas Puncak.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Emas dari panjat tebing
Atlet putri, Aries Susanti Rahayu menyumbangkan satu emas saat berlaga di Jakabaring Sport City, Palembang. Ia menjadi yang tercepat pada babak final ketika berhadapan dengan wakil Indonesia lainnya, Puji Lestari. Raihan ini membuat panjat tebing sekaligus menyumbang satu emas dan satu perak untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Foto: Reuters/E. Su
Dayung sumbang emas ke-9
Medali emas dipersembahkan cabang olahraga dayung bagi kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, Jumat (24/8/2018). Tim putra Indonesia dari nomor Men's Lightweight Eight (LM8-) unggul atas tim Uzbekistan dan Hong Kong pada perlombaan di Jakabaring Rowing Lake. Indonesia mendapat lima medali dari cabang dayung, yakni satu medali emas, dua perak dan dua perunggu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kurniawan
Emas dari tenis
Pasangan ganda campuran, Christopher Benjamin Rungkat dan Aldila Sutjiadi, berhasil menyumbangkan medali emas kesepuluh pada Asian Games 2018 dari cabang olahraga tenis, Sabtu (25/08). Kedua atlet tenis ganda campuran itu mengalahkan pasangan dari Thailand dengan skor 6-4, 5-7, 10-7 di Arena Tenis Jakabaring, Palembang. (kompas.com, detik.com, bola.com)
Foto: picture-alliance/Photosport/A. Cornaga
Emas terbanyak dari Pencak Silat
Indonesia tampil mendominasi di cabang olah raga bela diri ini. Dari 14 nomor final mereka ikuti, 11 medali emas sudah direbut pesilat-pesilat nasional. Namun ada sejumlah kejanggalan dikeluhkan negara peserta Asian Games 2018 di cabang ini.
Foto: Imago/Xinhua
Dua emas dari bulutangkis
Dari cabang olah raga bulutangkis, Indonesia mendapatkan dua emas, dua perak, dan empat perunggu. Medali emas diperoleh Jonatan Christie pada nomor tunggal putra dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan Marcus Fernaldi Gideon dari nomor ganda putra.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Sepak takraw berikan emas terakhir
Indonesia menambah perolehan emas Asian Games 2018 dari cabang olah raga sepak takraw Indonesia yang berjaya di final nomor kuadran putra. Kemenangan ini membuahkan medali emas ke-31.Tim sepak takraw putra Indonesia diperkuat Muhammad Hardiansyah Muliang, Nofrizal, Saiful Rizal, Husni Uba, Rizky Abdul Rahan Pago, dan Abdul Halim Radjiu.
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan
11 foto1 | 11
Hasil All England 2024 bisa jadi angin segar untuk PBSI
Dua gelar dari turnamen tertua di bulutangkis ini menjadi angin segar untuk PBSI. Sebab, wakil Indonesia sepanjang 2024 banyak meraih hasil buruk di turnamen bulutangkis.
"Dua gelar juara dan satu runner-up dari tim bulutangkis Indonesia di ajang bulutangkis All England 2024. Pencapaian yang baik untuk menatap turnamen-turnamen penting di depan," tulis unggahan PBSI di akun Instagram @badminton.ina.
PBSI kini bisa terus fokus menjalankan tugasnya untuk pembinaan atlet. Selain itu, jalan Ketua Tim Ad Hoc Olimpiade 2024 sekaligus Sekjen PBSI, M. Fadil Imran, juga sedikit ringan dalam menatap turnamen besar selanjutnya.
Keberhasilan Indonesia di All England 2024 sedikit menyamai pencapaian 30 tahun lalu. Pada All England Open 1994, Indonesia merebut tiga gelar juara dari tunggal putra Hariyanto Arbi, tunggal putri Susy Susanti, dan ganda putra Rudy Gunawan/Bambang Supriyanto.
Adapun terakhir kali Indonesia merebut lebih dari satu gelar di All England adalah pada 2014 oleh ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Gelar juara pada nomor lainnya diraih oleh tiga kontestan dari tiga negara berbeda. (gtp/gtp)