Air susu ibu sudah memberikan perlindungan imunitas, tapi tidak spesifik melindungi anak dari virus corona. IDAI mengimbau orang tua untuk tidak ragu memberikan vaksin COVID-19 kepada anak mereka.
Iklan
Program vaksinasi COVID-19 untuk anak berusia 6-11 tahun resmi dimulai pemerintah sejak 14 Desember 2021. Hingga awal Januari, dilansir dari Detik.com, Presiden Joko Widodo mengklaim vaksinasi anak sudah mencapai 3,8 juta. Total anak di Indonesia yang harus divaksin berdasarkan data sensus penduduk 2020 yakni 26,5 juta anak.
Sinovac menjadi vaksin yang direkomendasikan untuk anak-anak berusia 6-11 tahun. Ini berlaku setelah Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) merilis izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA). Dosis yang diberikan 0,5 ml, dengan jarak vaksin pertama dan kedua berselang 4 minggu.
"Indonesia termasuk negara yang beruntung sudah memulai vaksinasi. Saat ini baru untuk anak 6-11 tahun, untuk di bawah 6 tahun masih dilakukan pengkajian," terang dokter Bernie E Medise dalam tayangan live di akun instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (18/01).
Meskipun pemerintah sudah memberikan jaminan aman, masih ada orang tua yang ragu untuk memvaksinasi anaknya. Alasannya, khawatir dengan efek samping setelah vaksin seperti demam.
Komi Kendy Setiawaty, 35, ibu dari dua orang putra ini mengaku belum berani mengajak putra sulungnya yang sudah berusia 6 tahun untuk divaksin. Sekolah tempat anaknya pun tidak mewajibkan untuk vaksin, ujar Komi.
"Saya dan suami sudah vaksin dua kali. Tapi kalau untuk anak, nanti saja, takut anaknya demam. Bapaknya juga belum mengizinkan," ujar Komi kepada DW Indonesia.
Sedikit berbeda dengan Rizky Nova Harahap,34. Ia dan suami sudah sepakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 di sekolah anaknya. Dia tidak menampik bahwa sebelumnya sempat ada keraguan, khawatir anaknya demam seusai divaksin.
"Iya vaksin, ada suratnya dari sekolah. Selesai vaksin kalau demam langsung dikasih sanmol (obat penurun demam)," terangnya.
IDAI: Sinovac aman untuk anak-anak
Air susu ibu (asi) memang sudah memberikan perlindungan imunitas bagi anak-anak. Namun pelindungan yang diberikan asi tidak spesifik untuk virus corona yang menyerang pernafasan. Dengan demikian, IDAI berpendapat bahwa anak-anak masih perlu mendapatkan vaksinasi COVID-19. IDAI pun mengimbau orang tua untuk tidak ragu memberikan vaksin COVID-19 kepada anak mereka.
Vaksin dinilai penting karena mempunyai zat yang dapat merangsang kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi dari virus. Sebelum direkomendasikan pemerintah, Sinovac sudah diuji coba terhadap anak usia 3 tahun ke atas.
"Vaksin ini aman. Sinovac adalah vaksin yang mengandung virus yang sudah di inaktivasi, dimasukan ke dalam tubuh agar kita memproduksi kekebalan sehingga bila terkena COVID kita akan kebal, jikapun kita sakit maka sakitnya tidak berat," ungkap Ketua Satgas Imunisasi IDAI Prof. Hartono Gunardi. Orang tua tidak perlu sangsi Sinovac yang mengantongi izin penggunaan darurat, lanjut Hartono.
Linimasa Perjalanan COVID-19 di Indonesia
Dua tahun sudah Indonesia berjibaku memerangi pandemi COVID-19. Indonesia pun jadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia. DW merangkum fakta-fakta tentang penyebaran virus corona di Indonesia.
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasus pertama mucul pada 2 Maret 2020
Tanggal 2 Maret 2020, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo didampingi Menkes kala itu Terawan Agus Putranto umumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua perempuan asal Depok yakni seorang ibu (64) dan putrinya (31) dilaporkan positif COVID-19 setelah diduga tertular WNA asal Jepang. Kala itu Menkes Terawan mengimbau masyarakat tak panik. "Enjoy saja, makan yang cukup," ujarnya.
Foto: DW/P. Kusuma
Menteri pertama positif COVID-19
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada pertengahan Maret 2020. Edhy Prabowo yang saat itu masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan juga dikabarkan positif COVID-19, begitu juga dengan Fachrul Razi saat masih menjabat Menteri Agama. Terakhir, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga positif COVID-19 pada awal Desember 2020.
Foto: picture alliance/AA/E. S. Toyudho
Bukan lockdown
Pada 31 Maret 2020, bertempat di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Tampak pada gambar salah satu stasiun MRT di Jakarta ditutup selama PSBB.
Foto: DW/A. Muhammad
Langkah 'extraordinary'
Dalam rapat terbatas pada 18 Juni 2020 di Istana Merdeka, Jokowi menegaskan jajarannya untuk bekerja lebih dari "biasa-biasa saja" mengacu kepada situasi darurat pandemi COVID-19 saat ini. Ia mengatakan belanja kementerian, salah satunya Kementerian Kesehatan tergolong rendah padahal anggaran sebesar Rp 75 triliun sudah disediakan. Jokowi juga mengancam akan melakukan reshuffle kabinet.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Vaksin Merah Putih
Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin virus corona melalui tiga institusi yang dipunya salah satunya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dalam wawancara eksklusif dengan DW Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan pihaknya tengah memetakan tipe virus corona yang ada di Indonesia. Ia optimis vaksin siap diproduksi massal pada tahun 2021 setelah lalui proses uji klinis.
Foto: Eijkman Institute
Kalung Antivirus Corona
Awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19. Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak. Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap memproduksi massal kalung tersebut.
Foto: DetikHealth/A. Reyhan
Kluster baru bermunculan
Kenaikan kasus COVID-19 pun dilaporkan di berbagai tempat. Pada 9 Juli 2020, Indonesia mencatat kasus harian 2.657 kasus positif. Dari angka tersebut diketahui sebanyak 1.262 kasus dari Secapa AD di Hegarmanah, Kota Bandung. Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada akhir Novermber 2020 mengatakan semakin marak timbul kluster baru COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Reuters/Beawiharta
Uji klinis di Bandung
Bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma tengah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus tahun ini. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Presiden Joko Widodo (kiri) saat mengunjungi PT Bio Farma (11/08).
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Pilih vaksin Sinovac asal Cina
Pada 7 Desember 2020 Indonesia menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac buatan Cina. Kemudian pada 31 Desember 2020 Indonesia kembali menerima 1,8 juta dosis vaksin Sinovac. Pada 11 januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya resmi memberikan izin darurat penggunaan vaksin tersebut. Berdasarkan evaluasi BPOM menunjukkan efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen.
Foto: Presidential Palace/REUTERS
Vaksinasi perdana 13 Januari 2021
Presiden Joko Widodo jadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona. Bertempat di Istana Negara, Jokowi disuntik vaksin Sinovac pada Rabu (13/01), pukul 09.42 WIB oleh Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. Abdul Muthalib. Selain Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, Ketua IDI, tokoh agama, dan juga influencer turut mengikuti vaksinasi ini.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih dari 14 ribu kasus dalam satu hari
Kasus harian baru COVID-19 terus bertambah. Tercatat jumlah kasus terkonfirmasi virus corona bertambah 6.680 kasus pada 1 Maret 2021. Sebelumnya, Indonesia sempat memecahkan rekor dengan 14.518 kasus dalam satu hari pada 30 Januari 2021. Hingga kini, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus positif kumulatif COVID-19 terbanyak, sedikitnya 339.735 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 211.212 kasus.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Raharjo
Vaksinasi tahap kedua
Setelah melakukan vasinasi tahap pertama kepada sedikitnya 1,46 juta tenaga kesehatan, Indonesia melakukan vaksinasi tahap kedua yang menyasar lansia dan pekerja publik. Dalam foto tampak Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 5.500 pekerja media di Hall A Basket Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 25 Februari 2021.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tertinggi di Asia Tenggara
Hingga awal Maret 2021, Indonesia menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-4 di Asia. Selain itu, kasus kematian di Tanah Air juga menjadi yang tertinggi ke-3 di Asia, di bawah India dan Iran. Sedikitnya tercatat 36 ribu kematian COVID-19 di negara berpenduduk 270 juta jiwa ini.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Sijori Images
Varian Delta asal India sempat dominasi kasus aktif di Jakarta
Virus corona terus bermutasi dalam banyak varian. Varian B.1.617 atau Delta jadi varian yang sempat mendominasi 90% kasus aktif di Jakarta pada Juli 2021. Pertama kali teridentifikasi di India pada akhir 2020. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat kasus perdana varian Delta di Indonesia pada Mei 2021.
Foto: Jam Sta Rosa/AFP
Varian Omicron terdeteksi Desember 2021
Seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta terkonfirmasi sebagai pasien 0 dari transmisi lokal Omicron pada 16 Desember 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan lima kasus probable COVID-19 varian Omicron. Dua kasus tersebut di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI), sedangkan tiga orang lainnya merupakan WN Cina.
Foto: DADO RUVIC/REUTERS
Vaksinasi booster COVID-19
Presiden Jokowi mengumumkan pemberian vaksinasi booster gratis mulai 12 Januari 2022 untuk seluruh masyarakat Indonesia. Prioritas diberikan pada usia lanjut dan kelompok rentan. Namun, vaksin booster juga bisa didapatkan semua warga berusia 18 tahun ke atas yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap minimal 6 bulan. Vaksinasi dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah. (rap/vlz, mh/ha)
Foto: Chaider Mahhyuddin/AFP/Getty Images
16 foto1 | 16
Beberapa efek samping yang mungkin dialami anak-anak usai vaksinasi, ungkap Hartono, antara lain yakni demam dan mengantuk. Ada pula nyeri dan kemerahan di tempat bekas suntikan.
"Efek samping vaksin ini biasanya demam, tidak sering kira-kira 10%. Nafsu makan sedikit, efek samping lokal nyeri pada suntikan dan kemerahan, itu akan hilang dalam beberapa hari, paling lama 1 minggu. Untuk demamnya biasanya hilang dalam 1-2 hari. Reaksi ringan," ujar Hartono.
Perlukah vaksin booster untuk anak?
Kekebalan optimal dari vaksin Sinovac akan bekerja 2 minggu setelah vaksinasi kedua, sehingga vaksinasi COVID-19 harus dilakukan 2 kali. "Karena pertama membentuk antibodi yang belum cukup untuk menjaga tubuh dalam waktu lama, sehingga perlu dilakukan 2 kali vaksin, sama seperti vaksin-vaksin lain yang didapatkan anak-anak," katanya.
Bagaimana dengan pemberian dosis vaksinasi tambahan atau booster? Hartono mengatakan bahwa pada anak-anak masih harus dillihat efiesiensinya apakah dalam waktu 6 bulan akan mengalami penurunan antibodi atau tidak. "Masih waitandsee apakah perlu booster," ucap Hartono.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis, dr. Anggraini Alam, menambahkan vaksinasi COVID-19 penting untuk menghindari infeksi berat sehingga tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit.
Walaupun sudah divaksinasi lengkap, ia mengingatkan orang tua untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan sehingga pembelajaran tatap muka bisa berjalan aman.
"Vaksin bukan satu-satunya jalan untuk membuat anak aman dari COVID-19, tapi perlu dibantu dengan protokol kesehatan. Penggunaan masker secara disiplin tetap harus dilakukan sehingga angka COVID tidak bertambah. Meskipun sudah divaksin 2 kali dan sudah merasa aman untuk kumpul, sebaiknya ditunda dulu," katanya.
Iklan
Saat vaksin anak harus sehat
Untuk mengantisipasi dampak ikutan usai vaksin, dr. Anggraini Alam mengingatkan kondisi fisik anak harus dalam keadaan sehat. Yakni, tidak ada penyakit kronis khusus, tidak mengonsumsi obat-obatan jangka panjang yang memengaruhi imunitas tubuh.
"Anak dalam kondisi ceria, tidak demam, jika anak dalam kondisi baru selesai demam, seperti kasus demam berdarah, anak pada fase demam turun, jangan dilanjutkan vaksin, harus ditunda," katanya.
Anak-anak yang mengalami alergi, seperti gatal-gatal atau dikenal dengan biduran, ataupun alergi makanan tetap boleh divaksin. Orang tua tidak perlu melakukan tes alergi untuk anak-anak yang mengalami alergi.
"Namun jika biduran seluruh tubuh disertai sesak nafas, atau gejala lain jangan divaksin dulu, silakan kontrol ke dokter dulu, jangan divaksin, kalau biduran sedikit boleh," papar Hartono.
Terkait jarak vaksin, idealnya antara vaksin pertama dan kedua adalah 4 minggu. Namun jika ada halangan dan lebih dari 4 minggu telah terlewat sejak vaksin pertama, vaksinasi kedua tetap boleh dilakukan dan tidak perlu mengulang dari pertama.
"Kalau anaknya sakit COVID boleh divaksin setelah 1 bulan dari sakit. Kalau jarak dengan vaksin Bulan Imunasi Anak Sekolah (BIAS), maka jaraknya 2 minggu setelah vaksin BIAS baru boleh mendapatkan vaksin COVID," tutup Hartono. (ae)