1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amazon Di Bawah Tekanan

Jennifer Fraczek22 Februari 2013

Perusahaan online Amazon, sejak pekan lalu dikritik di Jerman. Tim televisi Jerman mengungkap Amazon mempekerjakan pekerja temporer dari luar negeri, menarik minatnya untuk datang ke Jerman dengan janji-janji.

Mitarbeiter der Versandabteilung des Amazon Logistikzentrums in Pforzheim (Baden-Württemberg) sortieren am 11.12.2012 Waren in Pakete. Das Weihnachtsgeschäft von Amazon läuft auf Hochtouren, auch das neue Logistikzentrum in Pforzheim mischt kräftig mit. Foto: Jan-Philipp Strobel/dpa +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pekerja temporer Amazon di JermanFoto: picture-alliance/dpa

Hessischer Rundfunk, salah satu anak stasiun televisi Jerman ARD meriset pekerja temporer pada perusahaan perdagangan online terbesar di dunia asal AS, Amazon di Jerman, atau "amazon.de". Para pekerja dicari secara terarah di negara-negara Eropa yang memiliki tingkat pengangguran tinggi. Kontrak kerja baru diperoleh saat mereka tiba. Berbeda dengan janji mula-mula, mereka tidak langsung bekerja pada Amazon.de, melainkan pada perusahaan penyalur kerja, yang berarti dengan upah lebih rendah dari yang dijanjikan.

Pekerja temporer ini menempuh beberapa jam perjalanan dari tempat menginap sampai tempat kerja dan tinggal berenam atau bertujuh dalam ruang kecil. Mereka bekerja 15 hari tanpa selang hari libur dan terus-menerus berada di bawah pengawasan petugas keamanan. Bila para pekerja tidak ada, para petugas keamanan ini juga memasuki ruang tidur mereka. Pekerja-pekerja asing yang banyak berasal dari negara-negara yang dilanda krisis ekonomi seperti Spanyol, Polandia dan Yunani pada "amazon.de" dipandang sebagai pekerja kelas dua.

Pelanggan surfing belanja onlineFoto: picture-alliance/dpa

Konsumen Marah

Film reportase itu cepat menarik perhatian besar. Konsumen bereaksi marah mengenai kondisi kerja pada "amazon.de" yang dilaporkan dalam reportase tersebut. Di jejaring sosial antara lain diserukan untuk memboikot pedagang online tersebut.

Tapi bagi Tapio Liller, pakar untuk Public Relation di Social Web, bentuk kemarahan di internet semacam ini cenderung bersifat emosional. “Banyak orang yang mengeluarkan pendapat di sana, adalah pelanggan Amazon.” Liller yakin, beberapa dari mereka ikut merasa bersalah, merasa seolah berkomplot dengan perusahaan tersebut.

Serbuan kemarahan di jejaring sosial terhadap AmazonFoto: imago stock&people

Dalam kasus "amazon.de", Menteri Tenaga Kerja Jerman Ursula von der Leyen tidak tinggal diam. Ia mengancam perusahaan penyalur tenaga temporer yang bekerja sama dengan amazon dengan penarikan lisensi. Sementara badan tenaga kerja Jerman melihat adanya pelanggaran peraturan kerja.

Sang Pedagang Online Ambil Konsekuensi

"Amazon.de" telah menyatakan akan mengkaji tuduhan-tuduhan itu. Konsekuensi pertama, sudah dilakukan pekan ini. Amazon membatalkan perjanjian kerja dengan badan keamanan (security) yang dipersengketakan. "Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas sekitar 8.000 pekerja tetap di bidang logistik, "amazon.de" nol toleransi untuk diskriminasi dan sikap menakut-nakuti. Dan kami mengharap hal yang sama terutama dari perusahaan yang bekerja sama dengan kami,“ demikian keterangan perusahaan itu.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait