1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Ambisi Militer Maskapai Sipil Jerman Lufthansa

17 Juni 2024

Lufthansa ingin ikut memanen duit dari program modernisasi militer Jerman. Dari sekedar bisnis sampingan, Lufthansa Technik rela berbenah demi mendapat tender pemeliharaan pesawat Bundeswehr.

Lufthansa Technik
Lufthansa TechnikFoto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance

Betapa tinggi keuntungan bisnis pemeliharaan pesawat militer di Jerman saat ini, bisa terlihat dari kebijakan anak perusahaan maskapai penerbangan nasional, Lufthansa Technik, LHT, yang sampai menyekolahkan teknisi otomotif demi menutupi kekurangan tenaga kerja di industri dirgantara.

"Ketika membutuhkan tenaga kerja baru, LHT misalnya mencari ahli mekatronika dengan latar belakang otomotif," kata Heinrich Großbongardt, pakar industri penerbangan Jerman. "Mereka punya tingkat pendidikan yang tinggi dan bisa disekolahkan lagi menjadi teknisi pesawat terbang. Dulu hal ini adalah mustahil," tukasnya.

Bisnis pemeliharaan pesawat militer mendadak jadi lahan basah menyusul program modernisasi Bundeswehr yang dibekali dengan dana seratusan miliar Euro. Buntutnya, Lufthansa Technik menambah departemen khusus bernama LHT Defense dalam portofolionya.

LHT adalah anak perusahaan Lufthansa yang bergerak di bidang pemeliharaan pesawat terbang dan kini memiliki 20.000 pegawai dengan lebih dari 800 pelanggan di seluruh dunia.

A380 – Comeback of a superjumbo

07:41

This browser does not support the video element.

Bergesernya paradigma perang

“Jika saya mengingat sepuluh tahun ke belakang, perubahan ini sulit dibayangkan terjadi di Lufthansa Technik," tutur Großbongardt. 

Perkaranya, bisnis militer cendrung dijauhi maskapai sipil yang mengadopsi konsep keberlanjutan berdasarkan ponten Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola, ESG. "Jika Anda mempertimbangkan peringkat ESG, maka pertahanan sebenarnya adalah bisnis kotor," kata pakar industri tersebut.

Namun paradigma tersebut berubah sejak invasi Rusia di Ukraina pada 2022, yang direspons pemerintah Jerman dengan mengucurkan dana belanja militer sebesar 100 miliar Euro. 

"Saat itu, kita melihat adanya penilaian ulang, karena kita tidak lagi bisa mempertahankan pandangan yang tidak realistis tersebut," ujar Großbongardt soal pasifisme di Jerman. "Sebab itu pula, dari sudut pandang korporasi, Lufthansa tidak lagi menganggap bisnis militer sebagai hal negatif."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Keahlian sipil untuk operasi militer

Tugas pertama Lufthansa Technik adalah merawat lima unit pesawat patroli maritim Boeing P-8 Poseidon yang dipesan Angkatan Laut Jerman pada akhir Juni 2021.
Selain Amerika Serikat, Australia, India, Inggris Raya, Norwegia, Korea Selatan, dan Selandia Baru, Jerman adalah pelanggan kedelapan yang akan mengoperasikan Boeing Poseidon pada akhir tahun ini.

“Pesawat ini pada dasarnya adalah Boeing 737 sipil, yaitu pesawat komersial biasa, dengan ditambah sistem militer,” kata Großbongardt. Dengan segudang pengalaman dalam perawatan,  "Bundeswehr tidak bisa mengabaikan Lufthansa Technik, terutama karena mereka sudah sangat berpengalaman dalam pemeliharaan pesawat pemerintah Jerman."

Bagi Bundeswehr, pemeliharaan secara mandiri akan jauh lebih mahal, karena masih harus membangun kapasitas dan infrastruktur, serta mengamankan pasokan suku cadang. “Lufthansa dapat memanfaatkan apa yang sudah tersedia. Bisnis ini juga menguntungkan bagi perusahaan karena pada akhirnya membantu penciptaan lapangan kerja baru.”

Poland: Where World War II began

05:34

This browser does not support the video element.

Menurut Großbongardt, Lufthansa Technik menikmati reputasi yang sangat baik secara internasional. “Seperti yang dikatakan orang Amerika, LHT adalah gorila seberat 800 pon di pasar perawatan pesawat komersial. Ini berarti Lufthansa-Technik berada di garis depan  dalam dukungan teknis untuk pesawat komersial serta semua komponennya. Sangat sulit bagi perusahaan lain untuk bisa menyaingi LHT saat ini."

Ambisi besar Lufthansa Technik

Pertengahan Mei lalu, Menteri Pertahanan Boris Pistorius berkunjung ke pabrik helikopter tempur milik Boeing di Philadelphia. Kunjungan itu merupakan bagian dari kesepakatan pembelian pesawat Poseidon dan 60 unit helikopter angkut berat CH47-F Chinook untuk Bundeswehr.

Lufthansa pun ingin ikut merawat dan memasok suku cadang helikopter, termasuk juga jet tempur generasi kelima AS, F35, yang sudah dipesan sebanyak 35 unit. LHT juga mengincar tender pemeliharaan pesawat pengintai udara milik Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, yang akan digantikan dengan Boeing E7. 

“Sudah menjadi bagian dari DNA kami untuk mempelajari dan merancang konsep perawatan pesawat baru dan teknologinya, dalam waktu sesingkat mungkin,” kata direktur LHT Sören Stark kepada harian bisnis Handelsblatt. 

“Kami juga dapat melakukan modifikasi pesawat sipil Boeing 737 menjadi pesawat NATO E-7 di Hamburg melalui koordinasi erat dengan Boeing,” imbuhnya.

Di bawah Sören Stark, LHT mencanangkan rencana ambisius, yakni meningkatkan penjualan dari USD7 miliar menjadi USD10,8 miliar. Dengan perkembangan pasar, target tersebut bukan tidak mungkin terwujud, menurut analis.

Tapi meski berambisi besar, LHT hanya akan fokus pada teknologi sipil, bukan militer, kata pakar industri penerbangan Großbongardt. “Lufthansa Technik hanya akan mengurus mesin dan pesawat," ujarnya. "Segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem elektronik persenjataan dan sistem radar akan diurus oleh kontraktor lain.”

rzn/hp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait