Pauline Ngarmpring adalah kandidat transgender pertama yang mencalonkan diri untuk parlemen Thailand. Ia dianggap sebagai pembawa harapan bagi komunitas LGBT.
Iklan
Pada 24 Maret, warga Thailand akan memilih parlemen baru, yang akan mengakhiri lima tahun pemerintahan militer. Pauline Ngarmpring, yang berusia 52 tahun, seorang kandidat transgender, sedang bertarung dalam pemilihan dan mewakili Partai Mahachon. Ngarmpring adalah satu dari tiga kandidat yang diajukan oleh partai untuk jabatan perdana menteri. Namun, dia tidak dianggap sebagai calon favorit.
Dalam wawancara dengan DW, Ngarmpring mengatakan dia ingin memberi harapan bagi kelompok yang terpinggirkan dan menciptakan ruang politik bagi generasi masa depan orang-orang LGBT.
DW: Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, Thailand dianggap memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap komunitas LGBT. Apa pendapat Anda tentang ini?
Pauline Ngarmpring: Orang-orang di seluruh dunia berpikir bahwa Thailand adalah semacam surga bagi orang-orang LGBT tetapi pada kenyataannya sangat sulit bagi orang untuk membuka diri. Saya pergi ke Amerika Serikat untuk operasi karena di Thailand mereka akan memandang saya seolah-olah saya orang aneh.
Sebelum masa transisi, sebagai seorang pria, saya adalah seorang CEO dan promotor olahraga, yang terkenal di dunia sepakbola Thailand. Saya takut orang-orang di jalan akan mengenali saya dan saya akan malu. Itu sebabnya saya pergi ke AS, untuk menjauh dari masyarakat Thailand.
Di Thailand, Napi LGBT Dipisah dari Napi Lainnya
01:09
Tetapi akhirnya Anda kembali ke Thailand.
Hanya karena media menemukan saya. Pada saat itu, saya hanya ingin tetap low profile dan menghilang dari peredaran. Saya tidak berpikir orang akan mengenali sosok saya yang 'baru'. Tetapi kemudian, pada bulan Juli 2017, ada media yang memuat berita besar tentang transisi saya di Amerika. Saat itulah saya memutuskan untuk kembali ke Thailand, untuk menjelaskan kisah saya kepada masyarakat dan menceritakannya dari sudut pandang saya. Saya ingin mendorong orang dan memberi mereka kekuatan untuk menjadi diri mereka sendiri.
Seperti apa reaksi setelah Anda kembali ke Thailand?
Saya tahu saya akan berada di bawah banyak tekanan. Beberapa orang menertawakan saya dan mengolok-olok saya. Tetapi ketika Anda cukup menghargai diri sendiri, Anda tidak terlalu peduli dengan semua hal negatif. Semakin saya membicarakannya, semakin banyak orang yang mengerti.
Saya banyak menderita dalam hidup saya tetapi saya bangga dengan keberadaan saya sekarang. Setelah saya keluar secara publik, orang-orang mulai mengirimi saya pesan, mengatakan bahwa saya menginspirasi mereka untuk transisi dan itu membuat saya bahagia. Tentu saja, kadang-kadang saya mendapat komentar seperti "Kamu dulu pria yang tampan" tetapi kini orang-orang menghargai saya sebagai Pauline.
Mengapa Anda memilih untuk mengejar karir di bidang politik?
Kembali ke masa lalu ketika saya seorang pria, saya tertarik pada politik karena latar belakang profesional saya dalam jurnalisme. Kemudian saya bekerja di sepakbola yang melibatkan banyak urusan dengan banyak politisi. Saya mengikuti dengan cermat situasi politik di Thailand dan itu benar-benar membuat saya sedikit tertekan karena seharusnya bisa jauh lebih baik.
Lika-Liku Seorang Gadis Spanyol Menjadi Transpria
Seorang perempuan Spanyol bertekad mengubah kelaminnya menjadi laki-laki. Perjalanan Gabriel Diaz yang penuh pengorbanan dan rasa sakit diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera.
Foto: Reuters/Susana Vera
Pria di Tubuh Wanita
Gabriel Diaz de Tudanca terlahir seorang perempuan. Tapi sejak kecil dia mengidentifikasikan diri sebagai laki-laki. "Ketika saya berusia tiga tahun, saya mengatakan kepada ibu saya bahwa jika saya besar, saya akan menjadi seorang laki-laki bernama Oscar," kisahnya.
Foto: Reuters/Susana Vera
Dilahirkan Kembali di Meja Operasi
Dengan dukungan teman dan keluarga, Gabriel menjalani operasi kelamin dan terapi hormon. Dia lalu mengubah nama dan mengurus pergantian surat identitas. Singkat kata, perempuan berusia 15 tahun ini dilahirkan kembali sebagai seorang pria. Perjalanan Gabriel diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera, selama tiga tahun.
Foto: Reuters/Susana Vera
Diskriminasi Transgender
Spanyol mewajibkan setiap orang menjalani pemeriksaan mental sebagai syarat perubahan dokumen identitas pribadi. Pasalnya transgender hingga kini masih dianggap penyakit mental di banyak negara Eropa, termasuk Spanyol. "Saya tidak merasa terhina didiagnosa mengidap penyakit mental," kata Gabriel. "Tapi saya marah karena itu dijadikan syarat untuk mengubah jenis kelamin di dokumen pribadi."
Foto: Reuters/Susana Vera
Pengakuan oleh PBB
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Juni 2018 silam sudah menginstruksikan agar transgender tidak lagi diklasifikasikan sebagai gangguan mental. Sebaliknya WHO kini menganggapnya sebagai "ketidaksesuaian gender" yang berarti perbedaan antara jenis kelamin dan perilaku gender yang dialami individu secara konsisten. Tampak dalam gambar Gabriel sedang menunggu suntikan hormon testosteron.
Foto: Reuters/Susana Vera
Lompatan Besar Menuju Kebebasan
Gabriel memulai terapi hormon untuk memperkuat karakter maskulin, yakni untuk memperberat suara dan mengubah pola distribusi lemak menjadi serupa pria. Dua tahun sebelumnya dia menjalani operasi pengangkatan payudara. "Ini perubahan besar dalam hidup saya," kata dia ihwal kehilangan payudara. "Operasi itu adalah sebuah pembebasan."
Foto: Reuters/Susana Vera
Hidup di Tengah Prasangka
Meski diterima sebagai pria di lingkup sosialnya, sebagian masih menolak mengakui perubahan gender pada Gabriel. Seorang teman lama bahkan mengatakan dia tidak menganggapnya sebagai pria lantaran tidak memiliki alat kelamin laki-laki. Meski demikian, Gabriel kini telah memiliki seorang kekasih perempuan.
Foto: Reuters/Susana Vera
Melawan Persepsi Miring dan Kebencian
Tidak heran jika Gabriel kini mengabdikan hidupnya untuk membantu pemerintah kota menyebar kampanye buat melawan delik kebencian terhadap kaum LGBT. Dia antara lain membiarkan dirinya dijadikan sampul poster kampanye yang disebar di stasiun-stasiun kereta di ibukota Spanyol, Madrid. "Kebencian dan intoleransi yang mereka tunjukkan disebabkan oleh ketidaktahuan tentang kaum trans," imbuhnya.
Foto: Reuters/Susana Vera
7 foto1 | 7
Beberapa pihak mengundang saya untuk bergabung tetapi masa transisi saya belum tuntas pada saat itu. Saya memiliki misi untuk berubah menjadi seorang wanita. Setelah saya menjadi Pauline, saya diundang untuk bergabung dengan Partai Mahachon dan kali ini saya siap memasuki politik. Saya tidak perlu khawatir tentang apa pun karena saya sendiri. Tetapi saya tidak pernah berpikir untuk menjadi perdana menteri atau apa pun, saya hanya ingin bermanfaat bagi rakyat.
Apa yang Anda harapkan untuk dicapai secara politis bagi komunitas LGBT?
Partai Mahachon sangat mendukung hak asasi manusia. Jadi, salah satu hal utama yang ingin saya capai adalah membuat orang setara dalam arti politik. Saya juga akan berusaha memberi mereka kesempatan ekonomi dan sosial yang setara. Itu termasuk mengakui LGBT sebagai manusia dan memberi mereka hak yang sama seperti orang lain, seperti bisa menikah dan mengidentifikasi diri dengan benar.
Saat ini, misalnya, kita tidak dapat mengubah identitas gender kita dan itu membuat hidup sangat sulit. Di rumah sakit, orang menyebut kami "tuan dengan identitas perempuan," itu sangat memalukan. Dan masalah yang sama terjadi ketika Anda bepergian ke luar negeri dengan paspor masih menyebut Anda sebagai "tuan".
Hak-hak LGBT di Asia - Perjuangan Yang Berat
Bisa dibilang hak LGBT agak membaik di beberapa negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. Tapi tetap saja tidak mudah hidup secara terbuka bagi komunitas LGBT, termasuk di Indonesia.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Momen pelangi di India
September 2018 bendera pelangi berkibar di India. Dalam keputusan penting, Mahkamah Agung menghapus pasal 377 KUHP India, sebuah langkah yang berarti homoseksualitas tidak lagi ilegal di negara Asia Selatan ini. Walau ini adalah cukup alasan untuk merayakannya, prospek pernikahan sesama jenis di India masih jauh.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Nath
Ratu kecantikan transgender
Thailand memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap komunitas LGBT. Pada tahun 2019, negara ini menyelenggarakan kontes kecantikan untuk para kontestan transgender. Dalam pemilihan umum 2019, salah seorang kandidatnya juga transgender. Jadi tema ini juga mendapat perhatian politik. Walau demikian, pernikahan sesama jenis, masih tidak sah di Thailand.
Foto: Reuters/J. Silva
Belum bisa menikah di Taiwan
Tahun 2018, pasangan sesama jenis di Taiwan penuh harapan bahwa mereka bisa segera menikah. Namun harapan mereka pupus setelah warga menolak untuk melegalkan pernikahan sesama jenis dalam referendum. Namun, para aktivis LGBT tetap optimis bahwa Taiwan akan menjadi negara pertama di Asia yang memperkenalkan kesetaraan pernikahan atau setidaknya kemitraan sipil untuk pasangan sesama jenis.
Foto: Reuters/A. Wang
Menteri Malaysia abaikan komunitas LGBT
Menteri Pariwisata Malaysia Mohamaddin Ketapi memicu protes setelah membuat komentar tegas tentang komunitas LGBT. Ketika ditanya oleh wartawan menjelang pameran pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, apakah kaum gay disambut di Malaysia, ia berkata: "Saya kira kita tidak memiliki hal seperti itu di negara kita." Para menteri lain juga membuat komentar menghina tentang LGBT.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Momen kebebasan yang langka
Para peserta pawai "gay pride" di Singapura menikmati momen langka di tempat terbuka. Meskipun Singapura progresif dalam banyak aspek, negara itu memiliki pandangan seksualitas yang sangat konservatif. (vlz/hp)
Foto: picture-alliance/Photoshot
5 foto1 | 5
Apakah Anda pikir Anda benar-benar memiliki kesempatan untuk menjadi perdana menteri Thailand berikutnya?
Terus terang, saya tidak punya kesempatan untuk menang kali ini. Itu antara lain karena saya baru tiga bulan bergabung dengan partai sebelum pemilihan. Saya harap kita mendapatkan enam atau tujuh kursi di parlemen, yang akan menjadi awal yang baik untuk partai.
Namun ada sesuatu yang membuat saya percaya diri, bahwa di masa depan saya akan mendapatkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri dan benar-benar membuat orang memahami konsep saya. Saya percaya saya akan dapat membuat mereka menyadari keuntungan memiliki seorang transgender sebagai perdana menteri. Saya akan mewakili kelompok orang yang lebih beragam di masyarakat dibanding kandidat pria atau wanita biasa.
Saya bertarung dalam pemilihan untuk generasi mendatang. Mencari kekuasaan bukanlah tujuan saya. Kekuasaan hanyalah alat dalam hal ini. Saya hanya ingin orang lebih terbuka terhadap komunitas LGBT dan, dengan cara tertentu, saya sudah mencapai itu. (vlz/ap)
Pauline Ngarmpring dulunya adalah sosok terkenal di dunia sepakbola Thailand. Sebagai transgender, ia kini memasuki dunia politik dan ikut serta dalam pemilihan parlemen Thailand mendatang.
Wawancara dilakukan oleh Ann-Christin Herbe.
Kehidupan Waria di Kampung Bandan
Kampung Bandan di Jakarta Utara akan disulap menjadi stasiun megah. Di kampung ini menetap para waria yang hidupnya tergantung pada area itu. Banyak dari mereka mengonsumsi obat anti letih. Simak bagaimana kesehariannya.
Foto: DW/M. Rijkers
Membebaskan diri dari kekangan sosial
Sore hari Kezia sudah selesai merias wajah dan menata rambutnya. Sabtu adalah malam panjang buat waria seperti Kezia. Kezia sudah siap mengamen sebagai pekerjaan utamanya. Lahir sebagai Reza, Kezia memilih menjadi waria dan tinggal di Kampung Bandan, kawasan padat penduduk miskin meski ayahnya tergolong mampu dan sudah membelikan rumah untuk anak laki-lakinya di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Foto: DW/M. Rijkers
Berjalan jauh dengan hak tinggi
Gaun, tas dan sepatu hak tinggi merupakan andalan Darno yang mengubah namanya menjadi Vera, dalam meraup rupiah. Dari jam 19 hingga 2 pagi, Vera menelan sirup obat batuk merek tertentu sebanyak 30 bungkus per hari agar kuat berjalan jauh, mengamen. Pilihan lain.,obat penenang atau pereda sakit yang dibeli dari apotek secara diam-diam. Pemakaian obat secara berlebihan bisa berakibat fatal.
Foto: DW/M. Rijkers
Ruang hidup di kamar sempit
Di kamar kontrakan berukuran 1,5 x 2,5 meter seharga 400 ribu rupiah sebulan ini, Ella dan Dede tinggal bersama. Pasangan ini sudah hidup bersama selama tujuh tahun. Dede bekerja menyewakan alat mengamen untuk para waria dengan ongkos lima puluh ribu rupiah seminggu.
Foto: DW/M. Rijkers
Komitmen pada kesetiaan
Ella bekerja mengamen tanpa kencan dengan pria lain karena ia sudah berkomitmen setia pada Dede. Sama seperti Vera, Ella mengaku memerlukan obat-obatan agar tidak letih berjalan kaki.
Foto: DW/M. Rijkers
Terbiasa hidup dengan obat anti letih
Kosmetik termasuk kebutuhan utama para waria. Alas bedak, bedak dan umumnya setiap waria bisa dandan sendiri. Namun ada kalanya para waria saling bantu merias wajah teman. Seperti yang lainnya, merekapun mengkonsumsi obat anti letih.
Foto: DW/M. Rijkers
Siap mencari nafkah
Butuh waktu minimal dua jam untuk merias wajah, mengubah raut muka pria menjadi perempuan. Selain rias wajah, rambut palsu atau wig menjadi pelengkap andalan para waria.
Foto: DW/M. Rijkers
Operasi payudara di Singapura
Christine operasi payudara di Singapura pada tahun 2015 silam. Butuh biaya 12 juta rupiah untuk menambah silikon padat seberat 100 cc. Christine mengaku bekerja sebagai PSK di Taman Lawang. Sama seperti Vera dan Ella, Christine mengaku mengonsumsi obat-obatan agar kuat berdiri dan tidak lekas lelah.
Foto: DW/M. Rijkers
Ketika mereka sakit...
Emak tinggal di kamar berdinding tripleks di lantai atas sebuah kamar kontrakan di Kampung Bandan. Sewa kamar sempit ini 250 ribu rupiah sebulan. Hari itu Emak sedang sakit di bagian kanan perut dan rongga dadanya sehingga ia tidak mengamen.
Foto: DW/M. Rijkers
Layanan kesehatan gratis belum diperoleh
“Saya baru mau periksa dokter nanti kalau pulang ke Cikarang,” tutur Emak sendu. Layanan kesehatan gratis bagi warga belum bisa diakses oleh kelompok marjinal ini.
Foto: DW/M. Rijkers
Aktif ikuti kegiatan rohani
Dian waria tertua di Kampung Bandan. Usianya sudah 67 tahun. Ia menjadi waria ketika berusia 19 tahun. Karena sudah tua, Dian cuma mengamen 2 kali seminggu. Waria kerap dinilai tak peduli soal keimanan. Namun Dian, yang baru memeluk agama Kristen, mengaku cukup relijius. Dian aktif mengikuti kegiatan rohani serta datang beribadah setiap Minggu di gereja. Saat beribadah ia memakai pakaian pria.
Foto: DW/M. Rijkers
Akan disulap menjadi stasiun
Terletak di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara, Kampung Bandan dikenal sebagai kampung waria. Saat ini ada sekitar 27 waria yang tinggal di sini, area padat penduduk di pinggir rel kereta api. Biaya sewa kamar bervariasi mulai dari 200 ribu hingga 400 ribu rupiah sebulan.
Foto: DW/M. Rijkers
Tantangan dari luar
Beberapa kalangan warga Kampung Bandan tidak menolak kehadiran para waria. Tantangan sebagai waria justru datang dari kelompok ormas keagamaan yang kerap menyerang waria jika bertemu di kendaraan umum atau di jalanan. Jika kampung ini berubah wajah menjadi stasiun modern, bagaimana nasib mereka nanti?(Monique Rijkers/ap/vlz)