Amerika akan kirim dua kapal perang lagi ke Laut Cina Selatan. Cina nilai patroli kapal perang AS ke dekat kepulauan Spratly adalah provokasi yang bisa picu perang. AS nyatakan tak takut perang dengan Cina.
Iklan
“Amerika akan kirim militernya kemanapun di pelosok dunia, selama hukum internasional mengizinkan. Kawasan Laut Cina Selatan juga tidak terkecuali,“ kata Admiral Harry B. Harris Jr. dalam kunjungannya ke Beijing, Selasa (03/11/15), sebagai komandan armada Pasifik. Harris menyatakan hal itu di hadapan mahasiswa Stanford yang sedang kuliah di Universitas Beijing. Harris juga menegaskan, operasi rutin Amerika jangan dianggap sebagai ancaman.
Pangkalan Militer Cina di Laut Cina Selatan
Kendati luput dari perhatian, konflik Laut Cina Selatan terus memanas dalam diam. Cina membangun pulau buatan untuk dijadikan pangkalan militer. Salah satu landasan pacu bahkan mampu didarati pesawat pembom jarak jauh
Foto: CSIS, IHS Jane's
Pesawat Pembom di Spratly?
Sejak pertengahan 2014 militer Cina sibuk memperluas "Fiery Cross Reef" di tepi barat kepulauan Spratly. Pakar di "Centre for International and Strategic Studies" di Washington dan Asia Maritime Transparency Initiative meyakini, negeri tirai bambu itu tengah membangun pangkalan udara sepanjang tiga kilometer. Landasan sepanjang itu mampu menampung pesawat pembom jarak jauh tipe H-6 milik Cina
Foto: CSIS, IHS Jane's
Wilayah Abu-abu
Gaven-Riff yang terletak di utara kepulauan Spratly diperluas sebanyak 115.000 meter persegi sejak Maret 2014. Pakar hukum internasional menilai, Cina sedang berupaya membetoni klaimnya atas kepulauan tersebut.
Foto: CSIS, IHS Jane's
Cepat Bertindak
Citra satelit yang dibuat 2014 silam menampilkan betapa militer Cina menggenjot kegiatan konstruksi di Gaven-Riff. Antara bulan Maret (kiri) dan Agustus (kanan) terbentuk sebuah pulau baru.
Cina juga membangun landasan pacu militer di Johnson South Reef. Landasan ini sendiri diyakini terlampau pendek untuk tujuan strategis. Namun pulau ini menegaskan klaim Cina terhadap kepulauan Spratly.
Foto: CSIS
Sistematis
Kegiatan konstruksi yang digalang Cina di Hughes-Riff serupa dengan di Gaven-Riff. Negeri tirai bambu itu diyakini telah mengembangkan metode baku tentang cara pembuatan pulau.
Foto: AMTI
Protes Filipina
Februari 2015 silam pemerintah Filipina kembali melayangkan nota diplomatik yang memrotes Cina. Penyebabnya adalah langkah Beijing membangun pangkalan di Mischief-Riff yang cuma terpaut jarak 135 kilometer dari pulau Palawan milik Filipina. Foto terbaru dari 19 Januari membuktikan kegiatan konstruksi di pulau tersebut.
Foto: CSIS
Perlawanan Seadanya
Tahun 1999 militer Filipina menenggelamkan kapal "Sierra Mader" di Ayungin Atoll. Sejak saat itu serdadu Filipina berjaga-jaga di sekitar kapal. Langkah tersebut adalah upaya Filipina menjauhkan Cina dari pulau yang diklaim Manila.
Foto: Reuters
Konflik Teritorial
Aksi Cina membangun pulau baru di kepulauan Spratly menambah ketegangan di wilayah. Saat ini Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei ikut menancapkan klaimnya di kepulauan tersebut. Sementara Indonesia bertindak sebagai mediator.
Foto: DW
8 foto1 | 8
Sementara itu wakil kepala penasehat keamanan AS, Ben Rhodes, mengatakan sebelumnya, bahwa Amerika akan terus mendemonstarikan komitmen militernya menjaga hak navigasi bebas di kawasan. Washington akan mengirim dua kapal patroli tambahan per kuartal di kawasan 12 mil laut di sekitar kepulauan Spratly, untuk mengingatkan, bahwa kawasan perairan internasional dapat diakses bebas oleh semua orang.
Juga Admiral Harris menegaskan kembali klaim Amerika, dengan mengatakan kawasan laut dan udara internasional adalah milik semua orang dan tidak boleh didominasi oleh sebuah negara. Cina mengukuhkan klaimnya atas kepulauan yang diperebutkan dengan Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei itu dengan membangun pangkalan militer di dua pulau buatan.
Pekan silam, Cina melontarkan ancaman kepada AS, bahwa friksi kecil yang terjadi di Laut Cina Selatan bisa meledak jadi perang. Karena itu Beijing menyerukan dihentikannya provokasi militer di kawasan. Sebagai reaksi atas patroli kapal perang Amerika, Cina kini secara rutin lakukan patroli udara dengan pesawat tempurnya.
Cina mengklaim seluruh kawasan Spratly sebagai wilayah kedaulatannya secara tradisional. Para pengamat menyebutkan, Cina memiliki kepentingan besar di kawasan itu, terkait bisnis dan ekonominya. Transportasi komoditi dan energi global lewat perairan Laut Cina Selatan mencapai nilai 5 trilyun Dollar per tahunnya.