Aksi warga memprotes kekerasan polisi seperti di New York atau Ferguson adalah bagus. Pasalnya banyak politisi mandul, termasuk Presiden Obama yang tidak menunjukan figur meyakinkan. Komentar Miodrag Soric.
Iklan
Amerika marah. Ribuan demonstran turun ke jalanan di New York. Sebuah langkah tepat. Jika tidak, maka praduga buruk akan makin kencang, bahwa warga Amerika sudah kehilangan kompas moral mereka. Pasalnya, kembali seorang polisi kulit putih membunuh warga Afro-Amerika gara-gara perkara sepele.
Lagi-lagi pengadilan membebaskannya dari tuduhan melakukan pembunuhan. Tersangka pelaku, polisi New York Daniel P bersama petugas penjaga ketertiban lainnya, dituduh menganiaya dan mencekik korban, Eric Garner (43) seorang warga kulit hitam berpenyakit asthma, yang meninggal beberapa menit kemudian.
Rekaman gambar kebrutalan polisi New York itu bisa dilihat semua orang lewat layar TV atau media sosial. Betapa mirisnya menyaksikan aksi kekerasan tersebut dan terutama saat mendengar suara Garner "saya tidak bisa bernafas".
Garner tidak bersenjata. Secara fisik, ia juga tidak bisa melawan polisi yang mengepungnya dan secara keroyokan menghempaskan tubuhnya yang berbobot 150 kilo ke tanah. Memang polisi tidak tahu bahwa korban menderita asthma. Tapi itu bukan alasan. Tidak ada satupun undang-undang yang membenarkan tindakan brutal semacam itu. Yang lebih mencengangkan lagi adalah vonis juri yang membebaskan tersangka pembunuh.
Tapi kasus tindakan brutal polisi semacam itu adalah keseharian di Amerika. Ratusan pengaduan kekerasan oleh polisi diajukan warga. Namun, jika kita lihat kasus paling aktual, bahwa polisi Daniel P dibebaskan dari tuduhan pembunuhan akibat kelalaian, kita tahu persis bagaimana nasib ratusan pengaduan lainnya. Pasti mendarat di tempat sampah.
Paling tidak, dalam kasus New York beberapa politisi lokal menuntut proses pengusutan oleh kejaksaan federal. Tapi sekali lagi, terlihat bahwa para politisi puncak di Amerika mandul dan tidak becus. Contoh paling nyata adalah Gunernur New York Andrew Cuomo yang menolak tegas pemeriksaan ulang bukti oleh pengusut khusus.
Juga Presiden Barack Obama tidak menunjukkan dirinya sebagai figur panutan. Setelah kasus Ferguson, ia menuntut polisi memakai kamera tubuh. Tujuannya, agar kebrutalan polisi berkurang.
Tapi realitanya, polisi dengan tenang melanjutkan aksi brutal di tengah kota New York. Mereka tidak mempedulikan puluhan pejalan kaki yang merekam aksi penangkapan itu dengan smartphone. Dan tersangka pelaku juga dibebaskan. Artinya, bisa diduga aksi brutal polisi Amerika akan terus berlanjut.
Amarah Membakar Ferguson
Keputusan dewan juri membebaskan perwira polisi, Darren Wilson dari dakwaan usai menembak mati remaja kulit hitam Michael Brown, menyulut amarah warga afro-amerika di seantero negeri.
Foto: Reuters/J. Young
170 Protes demi Michael Brown
Keputusan kontroversial dewan juri dalam kasus kematian remaja kulit hitam Michael Brown disusul oleh 170 aksi demonstrasi di seluruh negeri. Ribuan manusia tumpah ke jalan dan melumpuhkan kota-kota besar seperti New York, San Fransisco dan Los Angeles.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Polisi menjadi Sasaran
Kasus Ferguson tidak cuma menguak fenomena rasisme sistematis yang dialami kaum kulit hitam Amerika Serikat, tetapi juga brutalitas aparat kepolisian. Berulangkali polisi AS terlibat dalam aksi penembakan yang tidak perlu dan menelan korban jiwa. Amarah penduduk Ferguson kali ini pun diarahkan kepada kepolisian yang dianggap menganaktirikan warga kulit hitam.
Foto: Reuters/J. Young
Brutalitas Aparat
Tidak cuma warga kulit hitam yang berdemonstrasi, warga kulit putih AS juga ikut turun ke jalan buat menentang rasisme di tubuh aparat kepolisian. Baru-baru ini seorang polisi di Cleveland, Ohio, menembak mati seorang bocah hitam berusia 12 tahun karena menenteng pistol mainan. Dalam pembelaannya, sang polisi mengaku pistol mainan yang dibawa bocah itu serupa dengan yang asli.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Darren Wilson
Untuk pertamakalinya Darren Wilson, perwira polisi yang menembak mati Michael Brown, tampil ke depan publik. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi ABC, ia mengaku tidak menyesal dan akan melakukan tindakan yang sama dalam situasi serupa. Ia menyesali kematian Brown namun mengklaim dirinya tidak memiliki perasaan bersalah karena telah bertindak sesuai aturan.
Foto: Reuters/St. Louis County Prosecutor's Office
Penjarahan
Lusinan gedung dibakar massa. Termasuk salah satu restoran ini. Sementara toko-toko dikabarkan dijarah usai pengadilan membebaskan Darren Wilson.
Foto: Reuters/Adrees Latif
Mobil-mobil Dibakar
Demonstran melempar botol dan batu bata ke arah kendaraan polisi. Puluhan mobil dibakar massa. Termasuk di antaranya milik sebuah dealer mobil.
Foto: Reuters/Jim Young
Api Melalap Kota
Tidak terhitung jumlah gedung pemerintah, rumah dan toko yang turut terbakar. Terutama Ferguson dan kota terdekat, St. Louis menderita kerusakan terbesar akibat aksi demonstrasi.
Foto: Reuters/Jim Young
Aksi Protes
Amarah tersulut di beberapa kota besar Amerika Serikat ketika dewan juri memutuskan tidak mengajukan gugatan terhadap Darren Wilson, perwira polisi yang menembak mati remaja berkulit hitam, Michael Brown.
Foto: Reuters/Kate Munsch
Demonstrasi di Ibukota
Aksi protes juga muncul di ibukota Washington DC. Wilson, polisi yang menembak mati Michael Brown, mengklaim dirinya bertindak karena merasa terancam. Tidak jelas bagaimana seorang remaja tanpa senjata bisa mengancam seorang polisi.
Foto: Reuters/Joshua Roberts
"Nyawa kulit hitam juga berharga"
Tulisan berbunyi "Black lives matter" menempel di plakat yang diusung demonstran. Bahwa seorang polisi kulit putih dibebaskan dari dakwaan setelah menembak mati warga kulit hitam dianggap oleh sebagian besar warga Ferguson sebagai rasisme