Tahun 2017 menandai era susutnya pengaruh Amerika Serikat yang akan digantikan oleh Cina. Opini Editor DW Alexander Freund.
Iklan
Sorry Mr. Trump, mungkin Anda melihatnya lain, tetapi bagi Asia Anda bukanlah figur terpenting pada tahun 2017. Tentu saja nama Anda sering muncul di kepala berita di Asia, namun Anda tidak memberikan nuansa apa-apa di kawasan ini.
Bagi Asia, tahun pertama Anda hanyalah membawa ketidakjelasan dan instabilitas. Mulai dari larangan perjalanan untuk beberapa negara dengan penduduk mayoritas Muslim. Anda ingin membuat Amerika jadi lebih aman. Tapi Anda membangkitkan kemarahan banyak orang Muslim di Asia.
Mengapa misalnya larangan perjalanan diberlakukan terhadap warga Iran, tapi tidak terhadap Arab Saudi atau Pakistan, yang jelas-jelas mendukung kelompok radikal yang terlibat aksi teror?
Juga dalam krisis pengungsi Rohingya tidak ada prakarsa dari pihak Anda, sekalipun militer di Myanmar melaksanakan pembersihan etnis. Pimpinan Gereja Katolik Paus Fransiskus mencobanya, sekalipun warga Rohingya adalah penganut agama lain.
Tweets melawan rudal
Juga terhadap provokasi terus menerus dari Korea Utara, Anda tidak memiliki jawaban, selain kicauan di Twitter. Berbagai sanksi terhadap Korea Utara tidak efektif, karena Cina dan Rusia tidak benar-benar menerapkannya. Sekalipun Anda mengancam sang "Rocketman" dari Korea Utara itu, posisinya makin lama makin kuat, sehingga Anda mau tidak mau harus melakukan perundingan langsung. Untuk mencapai penyelesaian konflik Korea yang dibutuhkan bukan langkah politik simbolis, melainkan membangun aliansi internasional yang kuat. Dan Anda gagal melakukannya.
Yang menarik adalah, bahwa Anda sebagai calon presiden dalam kampanye pemilu terutama mengeritik Cina. Anda ingin menghentikan praktek dagang Cina yang tidak adil, menentang kebijakan mata uang Cina yang sengaja menahan rendah nilai tukar mata uangnya dan Anda memrotes defisit perdagangan Amerika Serikat terhadap Cina. Anda bahkan mengancam akan memberlakukan pajak khusus untuk barang-barang impor dari Cina.
Peristiwa Yang Menjadi Kepala Berita Tahun 2017
Selama tahun 2017, berita dunia ddominasi oleh krisis nuklir di Semenanjung Korea dan "pembersihan etnis" Rohingya di Myanmar. Berikut peristiwa-peristiwa di berbagai bagian dunia yang jadi sorotan media internasional:
Foto: Reuters/KCNA
Tahun berita palsu (fake news)
Foto di sebelah kiri dibuat saat pelantikan Presiden Donald Trump (2017), foto kanan saat pelantikan Presiden Barack Obama (2009). Media menyandingkan kedua foto ini untuk membantah klaim Gedung Putih, yang mengatakan bahwa pelantikan Trump adalah pelantikan yang paling banyak dihadiri massa sepanjang sejarah. Jurubicara Trump menyebut gejala ini sebagai "kebenaran alternatif".
Foto: Reuters/L. Jackson (L) & S. Varias
Ambisi nuklir yang membahayakan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat menyaksikan ujicoba rudal Hwasong-12 dari meja kerjanya. Sepanjang tahun 2017, pemerintah Korea Utara terus mengembangkan kemampuan rudal dan senjata nuklirnya, meluncurkan beberapa uji coba rudal balistik, meski mendapat kecaman dan sanksi internasional.
Foto: Reuters/KCNA
Berakhirnya sebuah era
Anggota parlemen Simbabwe merayakan pengunduran diri Robert Mugabe setelah berkuasa selama 37 tahun. Sebelumnya, Robert Mugabe, 93 tahun, memecat wakil presiden, walaupun kalangan partainya sendiri sudah meminta dia meletakkan jabatan. Pihak militer akhirnya melakukan kudeta dan menetapkan Mugabe sebagai tahanan rumah. Bekas orang kuat Simbabwe itu akhirnya setuju mengundurkan diri.
Foto: Getty Images/AFP/J. Njikizana
Keadilan setelah 22 tahun
Perempuan di Srebrenica bersorak saat menonton siaran televisi proses pengadilan mantan jenderal Serbia Bosnia Ratko Mladic. Di Srebrenica, Mladić dan pasukannya membunuh 8.000 warga Bosnia pada tahun 1995. Setelah bersembunyi selama enam belas tahun, dia akhirnya tertangkap dan dihadapkan ke Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag. Mladic kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Foto: Reuters/D. Ruvic
Pembersihan etnis Rohingya
Seorang perempuan pengungsi Rohingya yang kelelahan di pantai Bangladesh. Lebih dari 600.000 orang, kebanyakan Muslim Rohingya, telah menngungsi dari Myanmar sejak Agustus lalu untuk menghindari kekerasan di negara bagian Rakhine. PBB menyebut aksi kekerasan militer Myanmar terhadap Rohingya sebagai sebagai pembersihan etnis.
Foto: Reuters/D. Siddiqui
#metoo
Aktris AS Rose McGowan mengepalkan tangannya saat mengucapkan selamat datang kepada para peserta Women's March / Women's Convention di Detroit. McGowan adalah salah satu perempuan pertama menggugat produser terkenal Harvey Weinstein soal pelecehan seksual yang dilakukannya. Skandal Weinstein memprakarsai gelombang perempuan di media sosial yang menceritakan kisah pelecehan mereka sendiri.
Foto: Getty Images/AFP/R. Laverty
Sengketa referendum Catalonia
Peserta aksi Pro-Persatuan berbaris di Barcelona tanggal 1 Oktober sebagai protes atas referendum kemerdekaan Catalonia. Beberapa hari sebelumnya, jalan-jalan di Barcelona dibanjiri demonstran pro-kemerdekaan. Pihak berwenang Spanyol menganggap referendum itu sebagai aksi makar dan kemudian membekukan pemerintahan regional.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Pembebasan kota Mosul di Irak dari tangan ISIS
Pria ini menggendong putrinya dan melarikan diri dari perang antara pasukan Irak dan militan ISIS di Mosul, Irak. Sepanjang tahun 2017, ISIS mengalami kekalahan di berbagai front pertempuran di Irak dan Suriah. Kota Mosul dibebaskan pasukan Irak pada bulan Juli.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Lukisan termahal sepanjang sejarah
Lukisan "Salvator Mundi" karya Leonardo Da Vinci terjual seharga 450 juta Dollar Amerika Serikat dalam pelelangan di rumah lelang Christie's di New York. Inilah harga tertinggi yang pernah dibayar untuk sebuah lukisan. Pembelinya adalah seorang petinggi Arab. Lukisan tersebut akan dipamerkan dimuseum baru Louvre, Abu Dhabi.
Foto: Getty Images/AFP/T. Akmen
Menghormati sang legenda
Setelah memenangkan final 100 Meter di Kejuaraan Atletik Dunia di London, Agustus 2017, pelari AS Justin Gatlin berlutut di depan bintang Jamaika Usain Bolt, yang mengakhiri karirnya di tahun 2017. Usain Bolt menjadi pelari legendaris setelah memenangkan delapan turnamen Olimpiade dan sebelas medali emas. Dia mendominasi nomor lari cepat selama bertahun-tahun.
Foto: Reuters/P. Noble
10 foto1 | 10
Dari elang menjadi bebek
Namun ketika berkunjung ke Beijing, Anda justru tunduk pada keinginan tuan rumah. Kritik-kritik Anda tidak didengar. Anda malah memuji prospek masa depan Cina yang cemerlang dan menandatangani berbagai perjanjian dagang. Memang hal itu bukan suatu keanehan, karena bagaimanapun, anda sedang berhadapan dengan tokoh yang paliong berkuasa saat ini, Presiden Cina Xi Jinping. Dengan prakarsa "One-Belt-One-Road", Presiden Xi Jinping mulai mewujudkan visinya. Tidak hanya Cina yang akan menarik manfaat dari proyek raksasa itu, melainkan juga negara-negara Asia.
Tak diragukan lagi, Cina sedang memperkuat pengaruhnya di Asia dengan langkah-langkah yang direncanakan baik. Sedangkan Anda hanya merancang langkah sejauh panjangnya kicauan di Twitter.
Dari sudut pandang Asia, tahun 2017 jelas-jelas menunjukkan mundurnya Amerika Serikat sebagai negara garda depan, digantikan oleh Cina yang kini tampil sebagai adidaya. Dengan politik kacau balau, Anda telah kehilangan banyak kredibilitas, tidak hanya kredibilitas Anda melainkan juga kredibilitas Amerika Serikat.
Sorry, Mr. Trump, tahun 2017 bukanlah tahun yang cemerlang, baik bagi Anda maupun bagi Asia.
Takut Ancaman Nuklir Korut, Bisnis Bungker Laris
Bisnis bungker atau ruang perlindungan bawah tanah mendadak laris di Jepang. Penyebabnya, rasa panik akan ancaman serangan nuklir dari Korea Utara.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Akibat ketegangan di Semenanjung Korea
Ketegangan di Semenanjung Korea berpengaruh ke negara tetangga. Ancaman menakutkan dari Korea Utara saat ini berupa kemungkinan serangan nuklir. Oleh sebab itu, Jepang yang menentang keras program nuklir Korut mulai berjaga-jaga. Warga Jepang bahkan ada yang ingin mempunyai bungker sendiri.
Foto: DW/F. Kretschmer
Mengantisipasi serangan sarin
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di sidang parlemen 13 April 2017 bahwa ada kemungkinan Korea Utara meluncurkan rudal gas beracun sarin ke Jepang, membuat warga Jepang mulai resah dan salah satu akibatnya berpikir untuk punya bungker sendiri.
Foto: Reuters/I. Kato
Memanfaatkan kepanikan
Seorang pengusaha Jepang memanfaatkan kepanikan atas ancaman nuklir dengan menawarkan proyek pembangunan bungker bagi warga. Prototipe bunker anti nuklirnya seperti dalam foto ini. Lihat! Ada ruang tamunya lengkap dengan mebel.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Pesanan berlipat ganda
Direktur perusahaan pembuat, Shelter Co.Ltd Seiichiro Nishimoto mengungkapkan, Pesanan produk tempat perlindungan khusus atau bungkernya kini berlipat sepuluh kali lebih banyak daripada sebelumnya, akibat mendengar rumor soal serangan nuklir dari Korut. Prototype bungker ini dibuatnya di rumahnya sendiri di Osaka.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Isi bunker
Yang penting disimpan di bungker tentunya kebutuhan dasar sehari-hari. Misalnya makanan dan minuman darurat. Lakban juga penting sebagai perekat celah agar jika terjadi kebocoran dimana radioaktif menyusup ke rauangan, celah bocor itu bisa disegera ditutup.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Peralatan juga penting
Berbagai peralatan darurat juga disimpan di bungker. Seperti misalnya masker gas dan pengukur kadar radiaktif.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Pintu besi kokoh
Pintu besi menuju bungker terbuat dari besi tebal yang mampu menahan efek ledakan nuklir. Meski bersifat darurat, perusahaan pembuat bungker berusaha agar penggunanya merasa nyaman di sini.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Dinding jadi pemadangan
Karena kemungkinan orang harus menghuni bungker sekian lama dan mungkin kangen dengan pemandangan di luar rumah, dinding bungker bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna. Misalnya panorama pantai.
Foto: REUTERS/K. Kyung-Hoon
Harus tahu juga cara pakainya
Seiichiro Nishimoto mempraktikkan cara menggunakan alat penyaring udara, bilamana pembangkit listrik terganggu. (Ed: Purwaningsih/Nugraha)