Tahanan politik di Suriah mengalami penyiksaan berat yang tidak jarang berujung maut. Hingga kini sekitar 17.000 narapidana tewas di penjara. Temuan tersebut dilaporkan Amnesty International.
Iklan
Lebih dari 17.000 tahanan politik Suriah tewas di penjara lantaran penyiksaan, wabah penyakit atau sebab lain. Laporan tersebut dirilis oleh organisasi HAM, Amnesty International, Rabu (18/8).
Laporan tersebut antara lain bersumber pada hasil wawancara dengan 65 korban penyiksaan yang mengeluhkan buruknya situasi kemanusiaan di penjara militer Saidnaya, Damaskus, yang dioperasikan oleh dinas rahasia Suriah.
Menurut temuan Amnesty, salah satu metode penyiksaan yang paling sering digunakan adalah hukuman cambuk, sengatan listrik, pemerkosaan dan tindak kekerasan seksual lainnya, mencabut kuku secara paksa serta siraman air panas.
"Katalog kisah horor yang tercantum dalam laporan ini secara detail menunjukkan penganiayaan yang dialami tahanan sejak hari pertama," kata Philip Luther, Ditektur Timur Tengah dan Afrika Utara di Amnesty International.
Maraknya penyiksaan oleh rejim Suriah berawal dari demonstrasi pro demokrasi selama musim semi Arab 2011 silam. Reaksi keras pemerintah kemudian memicu perang saudara yang merenggut lebih dari 250.000 korban jiwa dan menciptakan 4,8 juta pengungsi.
Laporan Amnesty bersumber pada data statistik yang dikumpulkan Human Rights Data Analysis Group, HRDAG. Lembaga yang berbasis di San Fransisco, AS, itu menggunakan metode ilmiah untuk menganalisa pelanggaran HAM. Temuan mereka menyebut 17,723 tahanan tewas di Suriah antara Maret 2011 hingga Desember 2015.
"Jika menimbang puluhan ribu penduduk yang menghilang di berbagai penjara di Suriah, jumlah aslinya bisa dipastikan jauh lebih tinggi," tulis Amnesty.
Apa yang Mereka Lakukan Setelah Bebas dari ISIS?
Setelah selama ini dijadikan 'tameng manusia' oleh ISIS, warga Manbij, Suriah, rayakan kebebasan, pertengahan Agustus 2016. Para warga ramai-ramai langgar aturan yang sebelumnya diterapkan ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Merayakan kebebasan
Para perempuan merayakan kebebasan setelah koalisi Pasukan Demokratik Suriah SDF membersihkan Manbij, yang sebelumnya dikuasai milisi ISIS. Didukung serangan udara AS, SDF meluncurkan serangan di Manbij dan pedesaan sekitarnya sejak bulan Mei. Setelah gempuran dilancarkan SDF mengatakan kota tersebut telah "dibersihkan dari geng ISIS“ pada pertengahan Agustus 2016.
Foto: Reuters/R. Said
Merokok
Seorang nenek membakar rokok, sebagai tanda 'melanggar' aturan ketat ISIS. Aturan ketat ISIS melarang keras orang-orang merokok.
Foto: Reuters/R. Said
Cukup sudah berjanggut
Para pria saling mencukur janggut. Selama ini ISIS menerapkan beberapa aturan yang wajib dipatuhii penduduk, di antaranya menuntut para pria untuk memelihara janggut.
Foto: Reuters/R. Said
Pelukan erat
Seorang tentara perempuan SDF memeluk erat seorang wanita, selepas kawasan tersebut dibebaskan. Banyak pejuang Kurdi di Suriah yang merupakan perempuan. Pasukan SDF menuding ISIS memanfaatkan warga sebagi tameng hidup.
Foto: Reuters/R. Said
Evakuasi
Seorang anak perempuan tersenyum lebar setelah dievakuasi dari wilayah yang dikuasai milisi ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Patroli
Selama hari-hari terakhir pembebasan, SDF terus membersihkan kota dari penguasaan ISIS.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Menyelamatkan warga
Pejuang perempuan SDF menggendong seorang bayi setelah evakuasi rakyat dilakukan di kawasan terakhir yang dikuasai ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Lepaskan nikab dan burka
Beberapa perempuan membuka nikab maupun burka yang selama ini dipaksakan oleh ISIS. Bahkan ada pula yang tampak membakar busana-busana berwarna hitam di jalan-jalan.