Distribusi Pengungsi Yang Tak Rata Sulut Krisis Global
4 Oktober 2016
Hanya 10 negara di dunia yang menampung sebagian besar pengungsi, dan sebagian besarnya negara miskin. Amnesty International, peringatkan distribusi pengungsi yang tak merata akan sulut krisis global
Iklan
Akibat perang dan konflik bersenjata di Suriah, Afghanistan, Burundi dan Sudan Selatan jumlah pengungsi tahun 2016 mencapai 21,3 juta orang, dan memecahkan rekor. Demikian pernyataan Badan PBB Urusan Pengungsi, UNHCR.
Namun demikian, sekitar 58% pengungsi yang diakui UNHCR dari kawasan konflik itu, hanya bisa menemukan tempat berlindung disalah satu dari 10 negara tetangganya. Yaitu: Yordania (lebih dari 2,7 juta), Turki (lebih dari 2,5 juta), Pakistan (1,6 juta), Libanon (lebih dari 1,5 juta), Iran (979.400), Ethiopia (736.100), Kenya (553.900), Uganda (477.200), Republik Demokrasi Congo (383.100) dan Chad (369,500). "Tanggung jawab melindungi tidak terbagi merata," kata jurubicara UNHCR, William Spindler Senin kemarin.
5 Negara Islam Penampung Pengungsi Suriah
Turki, Libanon, Yordania, Irak dan Mesir adalah negara Islam yang paling banyak menampung pengungsi asal Suriah. Ironisnya negara Islam kayaraya Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Kuwait tidak menampung satupun pengungsi.
Foto: KHALED DESOUKI/AFP/Getty Images
Turki: 1,8 Juta Pengungsi
Kawasan perbatasan Turki ke Suriah menjadi tujuan utama para pengungsi yang menyelamatkan diri dari perang saudara di Suriah. Hingga Saat ini tercatat 1,8 juta pengungsi Suriah ditampung di kawasan perbatasan. Turki dan lembaga pengungsi PBB UNHCR sudah menyatakan kewalahan dan kekurangan dana. Berulangkali petugas keamanan Turki menutup pintu perbatasan dari serbuan pengungsi.
Foto: Reuters/U. Bektas
Libanon: 1 Juta Pengungsi Suriah
Libanon, negara kecil tetangga Suriah berpenduduk 4,5 juta juga kewalahan menampung lebih 1,2 juta pengungsi dari konflik berdarah di Suriah. Pemerintah di Beirut bahkan menyebut, lebih 500.000 pengungsi Suriah menetap tanpa terdata di negaranya. Ironisnya, peranan Libanon nyaris tidak banyak disebut dalam pemberitaan.
Foto: Zakira/UNICEF
Yordania: 625.000 Pengungsi Suriah
Sekitar 625.000 pengungsi Suriah kini bermukim sementara di kawasan perbatasan Yordania. Berulangkali pecah bentrokan antara petugas keamanan Yordania dengan pengungsi Suriah, seperti di kamp penampungan Al Zaatari beberapa bulan silam.
Foto: Reuters
Irak : 250.000 Pengungsi Suriah
Irak yang juga dikoyak konflik bersenjata serupa dengan Suriah, menampung sekitar 250.000 pengungsi asal Suriah. Nasib pengungsi Suriah di Irak jarang mendapat perhatian media massa.
Foto: J. Russell/TRANSTERRA Media
Mesir: 135.000 Pengungsi Suriah
Mesir yang baru saja pulih dari konflik dalam negeri berkepanjangan sebagai dampak Musim Semi Arab, menampung sekitar 135.000 pengungsi perang saudara Suriah. Walau kondisi pengungsi tidak terlalu bagus, tapi paling tidak mereka selamat dari brutalitas konflik bersenjata di negara mereka.
Foto: KHALED DESOUKI/AFP/Getty Images
5 foto1 | 5
Distribusi tidak merata perburuk krisis
Organisasi HAM Amnesty International menyatakan, tak meratanya distribusi pengungsi seperti laporan PBB itu, menyebabkan semakin buruknya krisis, mengingat sebagian besar negara penampung adalah negara miskin, yang tidak mampu memberikan bantuan selayaknya bagi pengungsi. Situasi menyengsarakan akhirnya mendorong para pengungsi untuk melakukan perjalanan sangat berbahaya ke Eropa dan Australia.
Masalahnya bukan jumlah global pengungsi. Melainkan ketimpangan, dimana, negara-negara paling kaya menerima dan menampung paling sedikit pengungsi, dan memberikan bantuan paling sedikit pula. Demikian dinyatakan Sekretaris Jenderal Amnesty International Salil Shetty.
"Anak-anak tidak mendapat pendidikan, dan orang-orang tidak mendapat makanan cukup," demikian dikatakan Audrey Gaughran, direktur Amnesti Internasional untuk isu-isu global, dalam wawancara telefon. Ia menggambarkan situasi saat ini dengan kata-kata: tidak adil dan tidak bisa dibiarkan terus begitu." Organisasi HAM menyerukan negara-negara kaya untuk menerima lebih banyak pengungsi, sesuai kemampuan mereka.
Pemeran Utama bagi Solusi Krisis Pengungsi
Krisis pengungsi di Eropa kini capai titik tergawat. Jerman dengan politik Pintu Terbuka dipuji sekaligus dikritik picu arus migran tak terkendali. Inilah aktor utama yang bisa jadi solusi krisis pengungsi Eropa.
Foto: DW/D. Cupolo
Angela Merkel, Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel dipuji sekaligus dikritik tajam dalam krisis pengungsi. Kini arus pengungsi ke Jerman memang turun. Tapi itu bukan hasil politik Merkel, melainkan karena 10 negara lain sudah menutup pintu perbatasannya. Politik pintu terbuka Merkel dinilai bisa runtuhkan Uni Eropa, jika dalam waktu dekat tidak bisa tercapai kesepakatan politik bersama Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Jean-Claude Jüncker, Uni Eropa
Presiden Komisi Eropa yang juga PM Luxemburg, Jean-Claude Jüncker menjadi sasaran kritik anggota Uni Eropa, karena ragu dan tidak tegas menangani krisis pengungsi. Informasi gelombang pengungsi yang siap masuk Eropa sudah diberikan dinas rahasia awal tahun silam. Tapi Uni Eropa tidak bertindak tepat dan biarkan krisis berlarut. Kini Jüncker harus mainkan peran kunci dalam KTT pengungsi.
Foto: Reuters/V. Kessler
Werner Faynmann, Austria
Kanselir Austria Werner Faymann adalah tokoh utama yang mengritik tajam kebijakan pintu terbuka Jerman yang sebelummya tidak dikonsultasikan matang dengan negara tetangga. Austria kewalahan terima serbuan pengungsi yang ingin masuk Jerman. Faynmann menggelar konferensi dengan 10 negara Balkan dan negara lain di rute pengungsi serta memaksa untuk penetapan batasan maksimal kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Alexis Tsipras, Yunani
Realita bahwa Yunani jadi korban utama kebijakan Jerman tak bisa ditutupi. Jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya terus mengalir ke Yunani via Laut Tengah. PM Yunani Tsipras mengeluh, negaranya yang masih dirundung krisis berat, tanggung beban tak adil dalam krisis ini dan makin kewalahan tangani pengungsi. Yunani kini kirim balik sebagian pengungsi ke Turki.
Foto: Reuters/A.Konstantinidis
Ahmet Davutoglu, Turki
PM Turki Ahmet Davutoglu adalah tokoh utama lainnya dalam solusi krisis pengungsi. Uni Eropa sudah tegaskan, kerjasama dengan Turki adalah tema sentral. Tapi taruhannya amat tinggi. Turki dnjanjikan kompensasi 3 milyar Euro. Presiden Turki, Erdogan yang lebih berkuasa dibanding Davutoglu lecehkan janji bantuan Uni Eropa terlalu kecil. Ia juga ancam kirim gelombang tsunami pengungsi ke Eropa.
Foto: Reuters/U. Bektas
5 foto1 | 5
Eropa batasi pengungsi yang masuk
Sementara ini Jerman dan Eropa juga mulai kewalahan mengatasi masalah yang timbul dari datangnya lebih dari sejuta pengungsi, terutama dari Suriah dan Afghanistan. Akibatnya, Uni Eropa menjalin kesepakatan dengan Turki, untuk meredam jumlah pengungsi yang datang ke Eropa dari Turki. Sebagai imbalannya negara-negara Eropa menjanjuikan akan memberikan dana kepada Turki antara lain untuk mendirikan fasilitas yang layak bagi pengungsi.
Kini Uni Eropa menandatangani juga kesepakatan dengan Afghanistan untuk mendukung kelancaran pemulangan puluhan ribu warga Afghanistan yang dinyatakan tidak bisa diterima sebagai pencari suaka. Menurut kesepakatan itu, pemerintah Afghanistan berjanji akan menerima kembali warga negaranya yang tidak boleh tinggal di Eropa, dan memberikan dokumen perjalanan kepada para imigran yang tidak punya surat-surat dalam waktu sebulan.
Biaya transportasi bagi mereka yang dipulangkan akan ditanggung Uni Eropa. Di samping itu, dalam konferensi donor internasional bagi Afghanistan Rabu besok, Uni Eropa diperkirakan akan menyatakan pemberian sokongan dana sekitar 1,1 milyar Dolar per tahun bagi Afghanistan, hingga tahun 2020 mendatang
ml/as (rtr, ap, afp)
10 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Pengungsi
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
Foto: picture alliance/abaca
Definisi Pengungsi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengungsi adalah: seseorang yang meninggalkan rumah atau negaranya akibat “perasaan takut karena termasuk ras, kelompok agama, nasionalitas, kelompok sosial tertentu, atau punya opini tertentu”. Definisi juga mencakup orang-orang yang lari akibat bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia. Foto: seorang anak pengungsi Suriah di Turki.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Akibat Kekerasan dan Konflik
Menurut badan urusan pengungsi PBB, UNHCR lebih dari 51 juta orang terpaksa lari dari tempat tinggal mereka akibat kekerasan dan konflik. Jumlah ini mencakup orang yang jadi pengungsi di negara sendiri, yang terpaksa tinggalkan negaranya, juga pencari suaka. Foto: warga Republik Demokrasi Kongo yang lari akibat pertempuran antara militer dan pemberontak (2013) tiba di kota Rutshuru.
Foto: Getty Images/AFP/J. D. Kannah
Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang lari ke negara lain dan ingin dapat status pengungsi, tetapi permintaannya belum dievaluasi. Sebagian besar orang jadi pengungsi akibat alasan yang jelas, tetapi hanya sedikit dari mereka memenuhi persyaratan ketat yang diperlukan untuk mendapat status pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Jumlah Besar Persulit Penanganan
Krisis pengungsi sulit diselesaikan dan perlu waktu lama. Salah satu penyebabnya, karena jumlah pengungsi amat banyak. Sebagai perbandingan: jumlah pengungsi di dunia lebih besar daripada jumlah penduduk Spanyol, atau Canada atau Korea Selatan. Gambar simbol: seorang migran berdiri di pagar yang mengelilingi tempat penampungan pengungsi Temporary Permanence Centre (CPT) di Lampedusa, Italia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Nasionalitas Pengungsi
Hingga Juni 2014, jumlah pengungsi paling banyak berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia. Jika disatukan, jumlah pengungsi dari tiga negara itu lebih dari 50% jumlah pengungsi di seluruh dunia. Foto: sebuah keluarga pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Foto: Majeed/AFP/Getty Images
Yang Mengungsi di Negara Sendiri Lebih Banyak
Kita sering mendengar berita tentang pengungsi yang lari ke negara lain. Sesungguhnya, orang yang mengungsi di negara sendiri jumlahnya jauh lebih besar. Tahun 2013 misalnya, 16,7 juta orang mengungsi ke negara lain, sedangkan 33,3 juta orang mengungsi di negara sendiri. Grafik: jumlah pengungsi intern di beberapa negara.
Tidak Tinggal di Kamp Pengungsi
Secara umum pengungsi sering dianggap tinggal di kamp pengungsi. Sebenarnya, lebih dari dua pertiga pengungsi tinggal di luar kamp pengungsi. Mereka bermukim di kota-kota atau desa-desa, dan kerap di apartemen kecil yang penuh sesak karena digunakan beberapa keluarga. Foto: seorang perempuan dan anak-anaknya yang mengungsi dari Sudan Selatan di kamp pengungsi Kule, Ethiopia.
Foto: Getty Images/AFP/Z. Abubeker
Separuhnya Anak-Anak
Sekitar 46% dari pengungsi sedunia adalah anak-anak. Mereka terpaksa berhenti sekolah. Oleh sebab itu, UNHCR dan International Rescue Committee prioritaskan pendidikan. Sayangnya, sebagian anak tidak diizinkan orang tuanya bersekolah, karena harus membantu keluarga atau menjaga adik. Foto: Seorang ibu warga Suriah memeluk anak perempuannya setelah tiba di pulau Lesbos, Yunani.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Korban Penyiksaan
Sekitar 35% pengungsi di dunia adalah orang-orang yang selamat dari penyiksaan. Selain harus mengatasi cedera fisik, mereka kerap mengalami cedera mental akibat trauma. Ini menyebabkan penyembuhan sangat sulit, terutama selama masih dalam pengungsian.
Foto: JAMES LAWLER DUGGAN/AFP/GettyImages
Mencari Tempat Pemukiman Jangka Panjang
Jika pengungsi tidak bisa kembali ke negara asal, dan tidak bisa menetap di negara tempat mereka mengajukan permintaan suaka, UNHCR berusaha mengalihkan mereka ke negara ketiga. Tetapi jumlahnya sedikit, hanya sekitar 1%. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menerima pengungsi, setelah dialihkan dari tempat mereka mengajukan suaka. Foto: pengungsi Rohingya di Aceh.