1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280509 AI Jahresbericht 2009

28 Mei 2009

Dalam laporan tahunannya yang terbaru, Amnesty International menyoroti kenyataan bahwa dunia tidak hanya sedang dilanda krisis ekonomi, melainkan juga krisis hak asasi manusia.

Foto: picture alliance/dpa

Bom waktu ekonomi, sosial dan politik bisa meledak setiap saat jika masalah hak asasi tidak segera diselesaikan. Milyaran orang di seluruh dunia menderita karena tidak mendapat perlindungan hukum, mengalami ketidakadilan dan pelecehan. Menurut Amnesty, krisis keuangan global membuat situasi hak asasi semakin buruk.

Perserikatan Bangsa Bangsa memperkirakan bahwa sekitar empat milyar orang, hampir dua pertiga warga dunia, tidak mempunyai akses ke lembaga hukum negara. Direktur Amnesty International di Uni Eropa, Nicolas Beger, mengatakan, kaum miskin seringkali menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia:

"Lama-kelamaan kemiskinan hanya dapat diberantas jika hak asasi manusia kaum miskin dihormati, dilindungi dan dijamin,“ ungkap Nicolas Berger.

Menurut Amnesty, setengah dari 157 negara yang diamatinya tahun 2008 lalu, melanggar hak dasar asasi manusia. Organisasi itu mencatat adanya peningkatan dalam pembatasan kebebasan berpendapat dan penggunaan kekerasan menghadapi para demostran.

Uni Eropa pun, kali ini cukup menyolok secara negatif, tutur Nicolas Beger. Dalam laporannya, Amnesty juga mengritik pemerintah Jerman terkait upayanya memberantas terorisme. Karena Jerman menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil penyiksaan. Selain itu, Amnesty juga menyebutkan dalam laporannya bahwa serangan terhadap kaum Roma di sejumlah negara anggota Uni Eropa, seperti Italia, Ceko dan Hungaria, juga meningkat. Anak-anak kaum Roma dimasukkan ke sekolah luar biasa atau khusus untuk anak cacat mental atau sama sekali tidak disekolahkan. Kaum Roma adalah kaum pengelana atau kaum Gipsy yang tersebar di seluruh Eropa.

Tema lain yang diangkat Amnesty dalam laporan barunya adalah pengungsi di Asia. Ratusan ribu orang di Asia dalam pengungsian. Sekitar satu juta orang di Pakistan mencari perlindungan sejak kelompok Islam radikal Taliban meningkatkan aksinya di negeri itu dan terutama sejak militer Pakistan mulai melancarakan serangannya di kawasan lembah Swat guna menumpas kelompok Taliban.

Bagi Afghanistan tahun 2008 merupakan tahun yang paling banyak terjadi pertumpahan darah sejak kekuasaan Taliban digulingkan. Sedikitnya 2.000 warga sipil tewas, tutur Direktur Amnesty International di Uni Eropa itu. "Siksaan di penjara menjadi acara harian. Jurnalis kritis diancam, dipenjara dan dibunuh. Perlakuan kejam dalam keluarga terhadap perempuan merupakan kebiasaan, begitu juga pemerkosaan dan pemaksaan. Amnesty menuntut agar warga sipil di Afghanistan mendapat perlindungan lebih banyak lagi.“

Sedangkan di Cina khususnya setelah Olimpiade, Amnesty tidak melihat adanya perbaikan terkait hak asasi manusia. Misalnya hak buruh migran tidak diperbaiki dan kritik terhadap pemerintah tetap ditekan secara keras.

Kiprah Presiden Amerika Serikat Barack Obama sampai sekarang ini, diamati oleh Amnesty International dengan 'perasaan campur'. Hingga kini baru satu tahanan yang dibebaskan dari penjara di Guantanamo. Sedangkan di penjara Amerika Serikat di Baghram, Afghanistan, masih terdapat ratusan orang yang ditahan, yang diduga sebagai pelaku teror. Mereka mendapat perlakuan yang mirip dengan tahanan di Guantanamo dan nampaknya tidak ada perubahan bagi mereka.

Sabine Ripperger / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk