1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Lockdown Ekspos Tindakan Diskriminasi Rasial Polisi di Eropa

John Silk
25 Juni 2020

Amnesty International dalam laporannya menyebut kepolisan di 12 negara Eropa melakukan tindakan diskrimnasi rasial ketika menerapkan lockdown.

Polisi memberhentikan seorang pria
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahoudeau

Kepolisian di seluruh Eropa dilaporkan telah melakukan tindakan rasisme sistemik saat menerapkan kebijakan lockdown, demikan bunyi laporan Amnesty International, yang dirilis pada Rabu (24/06).

Organisasi non-pemerintah yang fokus memperjuangkan hak assasi manusia ini mengatakan, kepolisan di 12 negara Eropa "secara tidak proporsional menargetkan etnis minoritas dan kelompok marjinal dengan kekerasan, pemeriksaan identitas secara diskriminatif, memaksa karantina dan denda'', saat menerapkan kebijakan lockdown.

Dalam penyelidikannya, Amnesty International mengungkapkan "pola bias rasial yang menggelisahkan, yang berkaitan dengan isu rasisme di kalangan polisi, dan menggaungkan keprihatinan yang lebih luas terhadap protes Black Lives Matter.“

Kematian George Floyd seorang pria Afrika-Amerika kulit hitam, oleh petugas kepolisan Minneapolis AS, pada 25 Mei lalu, telah memicu protes di seluruh dunia dan “menyoroti meluasnya tindakan diskriminatif polisi dan juga impunitas di Eropa,“ bunyi laporan tersebut.

Kawasan yang lebih miskin menjadi sasaran kekerasan

Menurut Amnesty, kawasan miskin lebih rentan mendapatkan tindakan kekerasan ketika penegakan kebijakan lockdown diterapkan. Kawasan tersebut memiliki proporsi orang dengan etnis minoritas yang lebih tinggi.

Di Seine-Saint-Denis, kawasan temiskin di Prancis misalnya, di mana warganya merupakan orang kulit hitam atau keturunan Afrika Utara, besaran denda yang ditetapkan untuk pelanggaran lockdown tiga kali lebih tinggi daripada kawasan lain di negara itu, papar Amnesty. Selain itu, aturan jam malam yang lebih panjang juga diberlakukan di kawasan miskin.

Di Inggris, kepolisian di London mencatat kenaikan 22% pemeriksaan terhadap orang-orang selama periode Maret-April tahun ini. Di periode yang sama, pemeriksaan terhadap orang kulit hitam meningkat hampir sepertiganya.

Kaum Roma dkarantina militer

Sementara itu etnis minoritas gipsi atau yang disebut kaum Roma di Bulgaria dan Slovakia, menjadi bukti nyata tindakan diskriminatif, sebut laporan tersebut. Pemerintah dari kedua negara menerapkan karantina wajib di pemukiman kaum Roma.

Di Slovakia mereka mengerahkan pasukan militer untuk menegakkan kebijakan lockdown. Amnesty beranggapan bahwa langkah ini ''tidak cocok diterapkan untuk langkah-langkah tindakan kesehatan masyarakat.“

Di Bulagria, selama karantina wajib ini, lebih dari 50.000 penduduk kaum Roma terisolasi dan menderita kelaparan parah, berdasarkan penyelidikan Amnesty.

Sebanyak 12 negara yang dilaporkan Amnesty adalah Belgia, Bulgaria, Siprus, Prancis, Yunani, Hungaria, Italia, Serbia, Slovakia, Rumania, Spanyol, dan Inggris.

rap/pkp