Video yang menunjukkan seorang ibu menyeret anaknya di trotoar sebuah jalan di kota Liverpool, Inggris, mengejutkan netizen dunia. Dipertanyakan juga, apakah yang diseret perempuan tersebut benar-benar seorang anak.
Iklan
Sebuah klip video meperlihatkan seorang perempuan tengah menyeret anaknya yang berusia empat tahun sepanjang trotoar di kota Liverpool, Inggris.
Rekaman yang pertama kali diunggah Joe Cain di akun Twitter ini menyulut berbagai komentar serta juga pertanyaan. Beberepa user menganggap sosok yang diseret ibu tersebut adalah sebuah boneka. Dalam tayangan terlihat, meskipun diseret dengan cepat, anak tersebut tidak menunjukkan reaksi sama sekali, dan tidak ada seorangpun yang melihat adegan brutal ini berusaha menghentikan aksi sang ibu.
Dikutip dari Mirror, Joe Cain menyatakan bahwa yang diseret benar-benar seorang anak. "Saya sedang berjalan-jalan di kota. Anak tersebut jatuh. Si ibu melihatnya tapi terus berjalan. Sejujurnya, anak tersebut terlihat baik-baik saja. Orang-orang yang melihatnya saja yang menganggap kejam."
Ibu sang anak, yang tidak bersedia disebutkan namanya, menyatakan kekesalannya pada mereka yang mengecam perlakuan pada anaknya tanpa mengetahui 'situasi' sesungguhnya.
Ia menjelaskan bahwa putranya mengamuk dan menolak untuk berjalan sesaat sebelum adegan tersebut terekam video. "Anak saya menderita autisme, sangat emosional dan sering membantingkan diri di lantai,” dikatakannya.
"Yang saya lakukan, seperti terlihat di di video, merupakan satu-satunya cara untuk menggerakkan anak saya," tambahnya.
Resep Ilmiah Membesarkan Anak Bahagia
Membesarkan anak yang bahagia bukan perkara mudah. Menurut studi tentang kebahagiaan yang dilakukan situs Happify, ada beberapa faktor yang memperngaruhi kebahagiaan anak. Berikut beberapa diantaranya:
Foto: karelnoppe/Fotolia
Asuhan ibu
Menurut penelitian yang berfokus pada hippocampus - bagian dari otak yang menangani stres dan memori-- Anak-anak balita dalam asuhan ibu penuh kasih sayang dan penuh dukungan, memiliki hippocampus 10 persen lebih besar ketika mulai masuk usia sekolah.
Foto: Colourbox
Pentingnya cinta ayah
Selain menegakkan aturan, ayah perlu untuk mendengarkan anak dan menjalin hubungan yang erat dengan mereka. Beri kebebasan wajar pada anak-anak. Anak-anak yang merasa ditolak atau tidak dicintai oleh orang tua mereka, lebih mengembangkan sifat permusuhan, agresif dan menunjukan atau ketidakstabilan emosi.
Foto: Fotolia/goodluz
Kebahagiaan orangtua juga berpengaruh
Kepuasan hidup orangtua bisa dalam segi pendidikan, pendapatan maupun pekerjaan yang mereka sukai, serta waktu yang diluangkan bersama keluarga. Namun orang tua juga perlu waktu untuk melakukan hal menyenangkan bagi diri sendiri, misalnya nonton film, menjalin pertemanan, dll.
Foto: Fotolia/nenetus
Pentingnya optimisme
Ajarkan anak untuk selalu optimistis. Ini berguna untuk meredakan stress ketika mereka puber. Bahkan anak umur lima tahunpun bisa memetik manfaat dari cara berpikir positif. Mereka juga bisa belajar bagaimana orangtua mereka mengatasi masalah.
Foto: Fotolia/drubig-photo
Puji anak atas usahanya, bukan otaknya
Anak yang terbiasa dipuji atas otak dan ketrampilannya, ketimbang usahanya, mengalami masa sulit saat mengalami kegagalan. Anak yang dipuji atas usahanya akan lebih memiliki motivasi dan tidak takut akan tantangan.
Foto: Fotolia/olly
Pendekatan tiap anak beda-beda
Ketika cara mengajar orangtua tak cocok dengan kepribadian anak, maka anak akan cenderung depresi dan ketakutan. Jika mereka mampu mengatasi emosi dan tingkah lakunya sendiri, maka mereka anak lebih mandiri. Demikian sebaliknya.
Foto: Fotolia/Jörg Hackemann
Lebih tangguh dari yang kita kira
80% anak yang orangtuanya berpisah tidak jatuh dalam problem psikologis yang serius. Orangtua yang memelihara komunikasi baik , mendorong anak-anak mereka mencapai cita-cita, dekat dengan keluarga dan menikmati jalinan hubungan dengan orang lain. Anak-anak yang keluarganya diselimuti konflik, cenderung terganggu dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan kesulitan mengatasi masalah emosional.
Foto: goodluz - Fotolia
Anak ingin lebih berarti
Caranya bisa dengan berbuat baik bagi temannya, menyelenggarakan acara atau bergabung dengan klub. Rasa empati juga perlu dibangun sedari dini, mulai dari menemani kawan yang sedih, memuji orang lain, berbagi dengan sesama atau meluangkan waktu dengan kakek nenek.
Foto: Monkey Business/Fotolia
Anak-anak zaman sekarang…
.. lebih sedikit waktu bermain ketimbang anak-anak 20 tahun lalu. Bermain penting untuk membangun kreativitas, ketrampilan motorik, kekuatan emosional, kognisi dan ketrampilan sosial.
Foto: Anatoliy Samara - Fotolia
Olahraga vs TV
Anak-anak yang latihan fisik atau berolahraga lebih percaya diri. Mereka yang merasa baik dalam jenis sport tertentu bahkan lebih percaya diri ketimbang yang memang benar-benar ‘jago‘ di bidang itu. Studi 7 tahun atas 4000 remaja menunjukkan, anak-anak yang banyak menonton TV lebih memperlihatkan gejala depresif., dengan peningkatan 8% dari setiap jam menyaksikan TV.