Menurut survei, sebagian besar anak muda di Jerman tidak melihat pentingnya terlibat politik. Sebagian besar melihat terlalu banyak rintangan dan percaya bahwa politisi tidak menanggapi kekhawatiran mereka dengan serius.
Iklan
Sebagian besar anak muda yang tinggal di Jerman tidak percaya bahwa keterlibatan politik dapat mengubah apa pun, demikian menurut hasil survei teranyar.
Yayasan yang menyusun laporan tersebut mengatakan bahwa politisi tidak berbuat cukup banyak untuk menjangkau kaum muda.
Kurang dari satu dari lima orang muda yang disurvei meyakini bahwa mereka dapat membuat perubahan untuk tujuan tertentu melalui komitmen pribadi, demikian temuan survei oleh lembaga penelitian Verian.
Dalam jajak pendapat yang melibatkan 2.500 responden berusia 16 hingga 30 tahun, yang dilakukan untuk Yayasan Bertelsmann Jerman, sekitar 38% responden menyatakan ketidakpercayaannya pada politik.
Sekitar 40% berasumsi bahwa kondisi sosial tidak dapat diubah, dan hampir satu dari dua sering merasa kewalahan oleh masalah-masalah di dunia.
Sekitar setengah dari responden mengatakan bahwa tidak ada cukup kesempatan bagi kaum muda untuk berpartisipasi dalam politik selain memberikan suara dalam pemilihan umum. Banyak yang merasa ada terlalu banyak rintangan yang menghalangi mereka untuk terlibat.
Kurang dari satu dari 10 responden mengatakan bahwa mereka menganggap partai politik terbuka terhadap gagasan kaum muda. Hanya 8% yang mengatakan bahwa mereka menganggap lembaga politik menanggapi masalah kaum muda dengan serius.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Apa yang dapat memperbaiki situasi ini?
Meskipun ada banyak kekecewaan terhadap partai politik, yayasan tersebut — yang berupaya untuk mendorong perubahan sosial dengan mendorong keterlibatan warga sipil — mengatakan bahwa kurangnya keterlibatan di kalangan kaum muda tidak muncul karena penolakan terhadap demokrasi.
Dari mereka yang disurvei, 61% responden mengatakan bahwa mereka percaya bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik meskipun ada kelemahannya.
Namun, hampir setengahnya mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan cara kerja demokrasi di Jerman.
"Kaum muda akan lebih aktif secara politik jika mereka tahu bahwa upaya mereka benar-benar berdampak dan bahwa argumen mereka didengar," ujar pakar yayasan tersebut untuk urusan pemuda dan demokrasi, Regina von Görtz.
"Ini akan menjadi motivasi terbesar mereka. Itulah sebabnya politisi harus melakukan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya dalam menjangkau kaum muda, menghargai pendapat mereka, dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan."
Isu-isu yang menjadi perhatian khusus kaum muda meliputi perdamaian, kesehatan mental, pendidikan, dan inflasi.
ap//hp (dpa, KNA)
Demonstran Muda Black Lives Matter Katakan: "Cukup Sudah"
Protes terhadap kekerasan polisi terus berlanjut setelah kematian George Floyd di Washington, DC. Banyak anak muda ikut berunjuk rasa dan menuntut keadilan pemerintah.
Foto: DW/C. Bleiker
Nathan (16), Sammy (17), Matthew (15), Noel (18)
Untuk pertama kalinya, para siswa menjadi "bagian dari gerakan besar" seperti yang dijelaskan oleh Noel. "Sebelumnya kami masih terlalu muda. Namun, sekarang kami sudah mengerti apa yang terjadi, kami di sini melakukan apa yang kami bisa untuk komunitas kami." Sammy berkata, "Kami ingin menjadikan Amerika tempat yang lebih baik bagi orang kulit hitam."
Foto: DW/C. Bleiker
Celeste, 21
"Nyawa Orang Kulit Hitam Penting" - Black Lives Matter, panggil siswa itu. "Namun, di sini tidak berlaku". Celeste ingin petugas kepolisian dikendalikan lebih ketat: "Polisi polisi", seperti yang tertulis di posternya. "Para demonstran diperlakukan dengan sangat buruk, itu adalah salah satu kekerasan yang dilakukan polisi", ungkap Celeste.
Foto: DW/C. Bleiker
Deborah, 18
"Saya ingin keadilan bagi George Floyd, Breonna Taylor dan untuk semua orang yang dibunuh oleh polisi setiap hari. Tidak ada konsekuensi, tidak ada yang terjadi", kata Deborah. Bisakah ia dan pengunjuk rasa lainnya membawa perubahan? "Harus! Kita tidak punya pilihan."
Foto: DW/C. Bleiker.
Addie (23), Mary (24)
"Kami berkomitmen agar hak asasi manusia dapat diterapkan di seluruh dunia, tetapi kami tidak dapat melakukan itu jika banyak pelanggaran hak asasi manusia terjadi di negara kami sendiri", kata Addie, yang bekerja untuk Think Tank. "Bersikap netral tidaklah cukup", tambah Mary, seorang anak magang di lembaga hukum. "Diam adalah pengkhianatan".
Foto: DW/C. Bleiker
Westen, 12
"Saya di sini untuk mewakili George Floyd, negara saya dan budaya saya" kata siswa yang berdemonstrasi dengan ayahnya. Apa yang terjadi pada Floyd "sangat menyedihkan".
Foto: DW/C. Bleiker
Mya, 21
"Bentuk penindasan ini, pembunuhan orang kulit hitam, telah ada di masyarakat kita selama lebih dari 400 tahun", ungkap Mya. "Sudah cukup. Kami lelah. Tapi kami juga sudah lelah saat Trayvon Martin dan Eric Garner mati. Sekarang saya akhirnya berada pada usia di mana saya bisa terlibat. Saya harus memastikan bahwa pilihan saya ini penting", tambah Mya.
Foto: DW/C. Bleiker
Kayla, 21
"Sejarah berulang dengan sendirinya dan ini saatnya untuk adanya perubahan", kata Kayla. "Kami punya hak untuk akhirnya didengar, kami sudah menunggu cukup lama. Militer seharusnya tidak berada di sini - pemerintah seharusnya membuat kita merasa lebih aman. Namun sebaliknya, kami harus melakukannya sendiri", jelas Kayla.
Foto: DW/C. Bleiker
Bryan, 25
"Saya sudah cukup melihat orang-orang di komunitas saya mati. Itu membuat saya mual", ungkap Bryan, yang juga bekerja di DPR, sambil menangis. "Hal pertama yang harus dilakukan adalah tidak memilih Trump lagi. Tidak ada alasan bagi seorang presiden untuk mendorong kekerasan dan pembunuhan warganya sendiri", tambah Bryan. (fs/ml)