Anak Vietnam Jadi Korban Perdagangan Manusia ke Eropa
Manasi Gopalakrishnan
12 Maret 2019
Laporan terbaru mengungkapkan bahwa banyak anak dari Vietnam diperdagangkan ke Inggris. Mereka dieksploitasi oleh penyelundup dan dipaksa untuk bekerja di salon perawatan kuku dan sebagai pelacur.
Iklan
Dung, seorang anak dari Vietnam, diculik oleh wanita yang memberinya makanan. Dia pingsan dan bangun kemudian di sebuah rumah di Cina. Setelah beberapa hari, dia dipaksa untuk melakukan perjalanan dan menemukan bahwa dirinya tiba di Eropa, meskipun dia tidak pernah diberitahu di negara mana dia berada.
Ketika truk dihentikan polisi di Prancis, Dung ditemukan dan dikirim ke penjara. Dia ingin memberi tahu polisi tentang situasinya, tetapi tidak ada penerjemah. Dia lalu dibebaskan, namun tertangkap lagi oleh para penyelundupnya. Begitu tiba di Inggris, Dung dipaksa melakukan pelacuran untuk membayar kembali uang yang dihabiskan untuk membawa Dung ke Inggris.
Cerita Dung adalah kisah tipikal dari ribuan anak-anak yang diculik atau dipikat oleh penyelundup manusia. Mereka menjanjikan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di luar Vietnam.
Pelacur Anak di Jerman
Diperkirakan, dari 400 ribu prostitusi di Jerman, sekitar 10 persennya masih di bawah umur. Sulit mengetahui berapa angka pastinya dan sangat sedikit informasi mengenai pelaku maupun pelanggan layanan prostitusi anak.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
Jumlah PSK
Tidak ada angka resmi tentang jumlah penyedia layanan seks di Jerman. Menurut organisasi Hydra di Berlin, diperkirakan sekitar 400.000 perempuan mengandalkan hidupnya dari bisnis prostitusi. Dari jumlah tersebut, 10 persen masih berada di bawah umur.
Foto: picture alliance / Photoshot
Negara Asal
Banyak perempuan dari Eropa Timur atau Afrika yang datang ke Jerman untuk menjajakan diri. Namun banyak prostitusi anak-anak yang memang berasal dari Jerman sendiri. Organisasi bantuan Mitternachtsmission dari Dortmund mengatakan, dua pertiga prostitusi remaja yang meminta bantuan mereka adalah anak-anak Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Pecandu Narkoba
Jumlah siswi sekolah yang melakukan kegiatan prostitusi juga terhitung banyak. Sebagian dari mereka merupakan pecandu obat bius. Mereka terjun ke dunia gelap ini untuk mendapatkan uang yang dipakai untuk membeli obat bius. Kebanyakan dari mereka adalah remaja yang lari dari rumah dan tidak punya tempat tinggal yang tetap.
Foto: Fotolia/NatUlrich
Terjerat di Dunia Hitam
Berbagai penyebab kenapa remaja di bawah umur terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Ada yang dibujuk teman atau kerabatnya. Ada juga terpedaya oleh orang yang mereka anggap baik dan mereka kemudian dipaksa melakukan prostitusi. Banyak pria yang menjerat perempuan muda ke praktik prostitusi dengan berpura-pura jadi pacarnya.
Foto: picture-alliance/ANP XTRA
Sulit untuk Keluar
Tidak mudah mengajak remaja yang menjadi korban untuk keluar dari jeratan prostitusi. Mereka sering tidak peduli atau sadar kalau dirinya sudah jadi korban prostitusi. Atau, anak perempuan yang tengah pubertas misalnya, cenderung ingin memberontak terhadap norma-norma yang ada. Mereka menganggap, prostitusi sebagai pemberontakan dan tindakan mendobrak tabu.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
5 foto1 | 5
Kisah Dung baru-baru ini diterbitkan dalam sebuah laporan berjudul "Precarious journeys: Mapping vulnerabilities of victims of trafficking from Vietnam to Europe." Didanai oleh Kementerian Dalam Negeri Inggris, penelitian ini dilakukan bersama oleh Anti-Slavery International, Every Child Against Trafficking UK (ECPAT UK) dan Pacific Links Foundation.
Selama satu setengah tahun, para peneliti menyelidiki masalah perdagangan manusia dari Vietnam ke Inggris dan di seluruh Eropa, khususnya Polandia, Republik Ceko, Prancis dan Belanda. Menurut angka terakhir dari National Referral Mechanism, yang mengidentifikasi dan melindungi para korban, lebih dari 3.100 orang dewasa dan anak-anak Vietnam diidentifikasi sebagai korban perdagangan manusia.
Tangkapan mudah bagi penyelundup
Faktor-faktor yang mendorong orang melakukan migrasi ilegal diantaranya adalah kemiskinan dan tekanan pada kaum muda untuk meningkatkan situasi ekonomi keluarga mereka. Menurut penelitian: "Keinginan akan status yang ditunjukkan dengan harta benda material ... mendorong banyak orang Vietnam, yang mencari kualitas hidup yang lebih baik, untuk mengambil risiko dengan calo tenaga kerja yang menipu dan mungkin memperdagangkan manusia, yang mengakibatkan para korban memiliki hutang yang sangat besar."
Menurut penulis, kasus perdagangan manusia ini biasanya dimulai dengan diterbangkannya anak-anak dari Vietnam ke Rusia dengan pesawat terbang, dan kemudian dengan jalan darat melalui Belarus, Ukraina, Polandia, Republik Ceko, Jerman, Belanda dan Prancis. Semakin banyak pula rute ke Eropa melalui Amerika Selatan, tambah penulis.
Anak-anak dikontrol dengan hutang mereka kepada penyelundup. Para penyelundup menuntut harga tinggi dengan meyakinkan para korban bahwa mereka akan menemukan pekerjaan yang bagus dan membayar perjalanan mereka dari Vietnam. Namun, sebagian besar dari "pekerjaan" yang dijanjikan ini tidak seperti yang diharapkan, dan para korban dipaksa untuk melakukan pekerjaan dalam kondisi eksploitatif untuk membayar kembali hutang ke penyelundup mereka.
Tidak ada yang bertanggungjawab
"Tingkat pelecehan yang dialami anak-anak yang diperdagangkan dari Vietnam ke Eropa mengejutkan," kata Jasmine O'Connor dari Anti-Slavery International kepada penulis laporan tersebut. "Pada saat mereka tiba di Inggris, sebagian besar telah dieksploitasi tanpa ampun di sepanjang jalan."
Inilah Tujuh Industri Surga Buruh Anak
Menurut Unicef, di seluruh dunia terdapat sekitar 152 juta juta anak yang bekerja sebagai buruh. Berikut tujuh sektor yang paling sering mengeksploitasi anak-anak sebagai pekerja berupah rendah.
Foto: dpa
Kopi
Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), sektor pertanian adalah yang paling aktif memanfaatkan jasa anak di bawah umur. Banyak perkebunan kopi di seluruh dunia mengeksploitasi buruh anak untuk memanen biji kopi, antara lain di Indonesia, Kolombia, Tanzani, Kenya, Uganda, Meksiko, Nikaragua, Honduras, Panama dan Pantai Gading.
Foto: dpa
Kapas
Panen kapas secara tradisional sering melibatkan anak-anak, terutama di negara yang bergantung pada ekspor kapas seperti Pantai Gading. Menurut LSM pemantau industri kapas, Cotton Campaign, buruh anak di industri kapas juga marak di Uzbekistan dan Turkmenistan, di mana bocah sering dipaksa keluarga untuk bekerja mencari nafkah.
Foto: Issouf Sanogo/AFP/Getty Images
Batu-bata
Kementerian Tenaga Jerja AS menyusun daftar berisikan 15 negara, di mana banyak buruh anak bekerja di sektor konstruksi, antara lain untuk memproduksi batu-bata. Selain Brazil dan Peru, Argentina, Cina, Korea Utara dan Ekuador termasuk yang paling banyak menyimpan kasus buruh di bawah umur.
Potret muram buruh anak yang sempat mencuat berkat kasus di Kamboja dan Bangladesh bukan hanya fenomena regional. Hampir semua negara yang mengekspor produk garmen kerepotan mengawasi praktik terlarang tersebut. Dalam gambar ini terlihat bocah pengungsi Suriah yang bekerja di pabrik kain di Gaziantep, Turki,
Foto: picture-alliance/AP Photo/L. Pitarakis
Gula
Panen tebu di sejumlah negara seperti Guatemala, Filipina dan Kamboja tidak jarang melibatkan anak-anak. ILO menemukan ribuan buruh anak bekerja di perkebunan tebu di Filipina, di mana banyak bocah berusia kurang dari tujuh tahun bekerja dengan upah rendah.
Foto: dpa
Tembakau
ILO mencatat industri tembakau adalah salah satu yang paling mengancam kesehatan buruh anak lantaran jam kerja yang panjang, terik matahari, paparan zat kimia berbahaya, kewajiban mengangkut hasil panen yang berat dan risiko diserang hewan liar. Rata-rata buruh anak di industri rokok tembakau bekerja selama 10 jam per hari.
Foto: Getty Images/AFP/C. Khanna
Emas
Buruh anak di tambang emas adalah hal lumrah di sejumlah negara Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Para bocah menghadapi risiko tinggi, mulai dari ledakan di dalam tambang atau terpapar zat kimia berbahaya. Mereka juga sering harus mengkonsumsi air kotor dan berisiko tinggi terkena penyakit malaria, meningitis dan TBC.
Foto: Getty Images/AFP/A. Ouoba
7 foto1 | 7
Kisah Dung juga menyoroti kebijakan pemerintah mengenai "negara transit" di Eropa, yang berarti bahwa korban dianggap sebagai tanggung jawab negara lain. Dalam banyak kasus, meskipun korban melapor ke pihak berwenang, mereka diperlakukan sebagai migran gelap dan bahkan penjahat - seperti yang dialami Dung. "Di bawah hukum internasional, negara memiliki kewajiban untuk melindungi anak-anak dari perdagangan dan eksploitasi. Sama sekali tidak dapat diterima, jika satu negara menganggap anak-anak Vietnam yang diperdagangkan sebagai masalah negara lain," kata Debbie Beadle dari ECPAT UK dalam laporan itu.
"Saya adalah seorang anak yang dibawa ke Eropa oleh orang-orang yang saya takuti. Di Prancis, polisi tidak membantu saya dan penyelundup saya menemukan saya lagi. Ketika di Inggris, saya diperlakukan seperti penjahat. Satu hal yang ingin saya katakan kepada orang-orang di Eropa adalah, jika itu terjadi pada anak-anak Anda, Anda tentu tidak akan mengabaikannya. Satu hal yang ingin saya tanyakan kepada pemerintah Inggris adalah, mengapa para korban Anda perlakukan seperti penjahat?"
na/hp (dw)
Ditelan Bayangan: Anak Hilang di India
Ribuan anak dilaporkan hilang di India setiap tahun. Banyak dari mereka tidak ditemukan lagi. Ada yang lari dari rumah, ada juga yang diculik dan disiksa atau dijadikan pekerja paksa.
Foto: DW/B. Das
Nasib Tragis
Menurut penelitian yang diadakan Bachpan Bachao Andolan (Gerakan Selamatkan Anak-Anak - red) setiap jamnya, 11 anak hilang di India. Sedikitnya empat dari mereka tidak ditemukan lagi.
Foto: DW/B. Das
Di Dalam Sangkar
Pinky, 16, dibebaskan dari sebuah rumah keluarga kelas menengah di New Delhi, di mana ia ditahan dan dipaksa menjadi pembantu rumah tangga tanpa bayaran.
Foto: DW/B. Das
Mencari ke Mana-Mana
Seorang ayah ini menunjukkan foto anaknya yang hilang. Di tangan lain ia memegang kotak untuk mengumpulkan sumbangan. Dengan uang itu ia membiayai perjalanannya ke pelosok negeri untuk mencari anaknya.
Foto: DW/B. Das
Yang Melarikan Diri
Anak-anak yang melarikan diri dari rumah nasibnya biasanya berakhir sebagai pekerja paksa atau pekerja ilegal di perkebunan teh, pertanian, bengkel-bengkel dan industri karpet. Anak ini diselamatkan polisi yang mengadakan razia di sebuah bengkel yang mempekerjakan anak-anak secara paksa.
Foto: DW/B. Das
Tidak Putus Harapan
Pada foto ini, seorang anak laki-laki memegang erat foto saudara perempuannya yang hilang. Bahkan setelah enam tahun, keluarganya masih membagi-bagikan foto anak mereka dengan harapan ia suatu hari akan ditemukan.
Foto: DW/B. Das
Penantian Lama
Foto ini menunjukkan seorang anak hilang yang berhasil diselamatkan, dan sekarang berada di rumah penampungan. Ia sudah tinggal di sana selama setahun, dan menunggu dipersatukan lagi dengan keluarganya.
Foto: DW/B. Das
Reuni Membahagiakan
Arjun akhirnya dipersatukan lagi dengan ibunya. Ia bercerita, ia dulu dirantai, dan dipaksa bekerja di sebuah pertanian selama setahun. Ibunya berkata, ia tidak pernah hilang harapan.
Foto: DW/B. Das
Tindakan Pencegahan yang Tragis
Seorang ibu ini sudah kehilangan seorang anaknya. Sejak itu ia tidak pernah membiarkan anak-anaknya lepas dari pengamatan.