1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Analisa Genetika Rekonstruksi Sosok Korban Kejahatan

as/yf(inovator)3 Mei 2016

Wajah manusia dari beragam etnis dan warna kulit terdiri dari ribuan puzzle berikan mimik individual. Pakar genetika Jerman kembangkan forensik DNA untuk rekonstruksi sosok korban kejahatan.

Argentinien Team Forensische Anthropologie
Foto: picture-alliance/dpa

Analisa Genetika untuk Rekonstruksi Sosok Korban Kejahatan

03:58

This browser does not support the video element.

Dalam banyak kasus kejahatan, polisi penyidik hanya menemukan sisa tulang belulang korban. Tntu pra petugas akan bertanya, siapa korban kejahatan ini? Untuk memastikan siapa korban, harus dilakukan rekonstruksi wajah.
Marion Sabo adalah ahl rekonstruksi wajah korban kejahatan di Jerman. Ia membuat rekonstruksi model wajah dari tengkorak korban secara manual. Rekonstruksi dibuat berdasar data statistik, yang dihimpun dari penyeledikian kedokteran forensik selama puluhan tahun. Prosedurnya perlu pengetahuan forensik dan antrophometri sekaligus ketrampilan tangan.
Namun Manfred Kayser seorang pakar genetika memiliki sebuah visi. Merekonstruksi berdasar analisa kode genetika. "Dilema dari analisa DNA forensik saat ini adalah, hanya orang yang dikenal yang bisa diidentifikasi, lewat pembanding. Mula-mula dibuat profil DNA tempat kejadian dan dibandingkan dengan referensi." ujar pakar genetika ini.
Saksi molekuler
Bagaimana jika tidak ada referensi pembanding? Kayser dan tim-nya hendak mengembangkan metode baru untuk membuat foto buronan. Dari kode genetika merekonstruksi sosok wajah seseorang.
Pakar genetika Manfred Kayser menjelaskan : "Kami mencoba menggantikan saksi mata. Dengan mengembangkan saksi mata molekuler. Ini bisa dimanfaatkan jika ada cukup material biologis di tempat kejadian." Sebuah sidik jari, mengandung cukup material DNA untuk dianalisa. Para peneliti sudah bisa menetapkan warna rambut dan mata dari material sidik jari.
Sekitar tiga juta ciri khas genetika membedakan satu individu dengan yang lainnya. Kayser menemukan 24 kode genetika yang menentukan warna rambut dan pupil mata. Ini hasil yang diperoleh dari riset sidik jari.
"Untuk warna mata, analisa menunjukkan akurasi tinggi, di sini untuk mata biru hingga 96 persen. Juga analisa warna rambut amat bagus. Untuk warna pirang 93 persen. Dari sini kami bisa menyimpulkan, orangnya bermata biru dan berambut pirang", jelas Kayser.
Kode DNA sangat kompleks
Analisa tepat. Sampel memang bermata biru dan rambut pirang. Tapi Kayser tidak mau berhenti hanya sampai analisa warna mata dan rambut. Para pakar genetika terus berusaha menganalisa tinggi badan dan umur. Mereka juga ingin memahami bagaimana kode genetika membentuk sosok wajah. Dengan itu, di masa depan, mereka dapat menggunakan penanda genetika, untuk membuat morfologi wajah.
Untuk itu, masih dibutuhkan banyak rangkaian penelitian, hingga dari kode DNA bisa dibuat reka wajah seseorang. Masalahnya, rancang bangun genetika yang membentuk wajah, amat kompleks.
Hingga metode analisa genetika diciptakan, Marion Sabo masih harus bekerja dengan sabar, dengan ketrampilan tangan serta pengetahuan anatomi, untuk memberi wajah pada korban pembunuhan.