Jika sampah luar angkasa tidak disingkirkan, benda-benda tersebut bisa meledak secara dashyat. Sehingga membahayakan astronot dan satelit.
Iklan
Sejak 14 tahun stasiun luar angkasa ISS mengitari bumi. Pada ketinggian lebih dari 400 kilometer dengan kecepatan 28.000 kilometer per jam tanpa mengalami kerusakan. Selubung berteknologi tinggi dari Kevlar melindungi ISS dari mikrometeorit. Tapi astronot yang bekerja selama berbulan-bulan di sana semakin terancam bahaya sampah luar angkasa.
Karena stasiun bergerak sangat cepat dan tidak ada tahanan udara yang bisa mengurangi kecepatan benda-benda terbang, kekuatannya sangat ekstrim. Pecahan kecil pun bisa merusak selubung stasiun. Ahli astrofisika Dr. Hauke Fiedler menjelaskan: "Jika sampah luar angkasa tidak disingkirkan, maka suatu saat akan terjadi ledakan dashyat dari benda-benda tersebut. Saat ini ada sekitar 28.000 bagian dari satelit dan roket yang melayang di orbit bumi. Suatu saat jumlahnya akan semakin banyak dan sulit bagi satelit untuk bisa mengitari orbit."
Satelit mengelilingi bumi bagaikan medan energi elektromagnetik. Sejak lama manusia memenuhi luar angkasa dengan teknologi, agar bisa terus tersambung dengan ponsel, alat navigasi dan televisi. Solusi untuk pembersihan sampah teknologi adalah wahana pengangkut sampah untuk satelit. Berkat teknik ini, satelit yang tidak lagi bekerja bisa dikendalikan dari bumi.
Ini berfungsi dalam eksperimen. Satelit televisi yang telah kehabisan persediaan bahan bakar dan tidak bisa bergerak dengan tenaga sendiri, kini bisa terus bergerak secara terkendali. Tujuannya agar masa hidup satelit bisa diperpanjang lagi. Baru setelah benar-benar tidak lagi berfungsi, wahana pengangkut akan mengeluarkan sampah berbahaya ini dari luar angkasa.
Beragam Ide Bersihkan Sampah Antariksa
Lebih 7000 satelit diluncurkan ke orbit Bumi selama 60 tahun terakhir. Kini hanya sepertiganya yang masih berfungsi. Sementara sisanya mengancam satelit-satelit lain. Bisakah sampah antariksa dibersihkan?
Foto: ESA–David Ducros, 2016
Sampah Beterbangan di Langit
Sampah berupa pecahan satelit atau obyek lain yang diluncurkan ke ruang angkasa mirip fenomena ruang angkasa itu sendiri. Kita tahu, obyeknya ada di langit. Tapi seberapa banyak, tidak ada yang tahu. Data lembaga antariksa Eropa-ESA menyebut sejak 1957 diluncurkan 6.600 satelit dan terdapat lebih 29.000 obyek berukuran lebih 10 sentimeter di orbit Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Bahaya Tabrakan
Pecahan satelit berdiameter satu sentimeter saja sudah merupakan ancaman bahaya. Pasalnya pecahan sampah antariksa bergerak dengan kecepatan hingga 40.000 km per jam. Tabrakan pecahan sebesar biji kopi dengan kecepatan setinggi itu dengan sebuah satelit, memiliki kekuatan impak setara sebuah granat.
Ancaman Nyata
Sampah antariksa makin sering jadi ancaman nyata bagi penduduk Bumi. Jika ukuran sampah cukup besar, saat kembali memasuki atmosfir, obyek tidak terbakar habis. Bagian satelit ini (foto) untungnya jatuh ke kawasan gurun yang jarang penduduk. Jika menimpa kawasan padat, bisa dipastikan jatuh korban jiwa.
Foto: NASA
Tukang Sampah Robot
Banyak gagasan untuk membersihkan sampah ruang angkasa. Salah satunya dengan ide robot tukang sampah ini. Sebuah robot ruang angkasa dilengkapi lengan, bertugas menangkap satelit yang sudah tidak berfungsi dan membawanya kembali ke Bumi. ESA merencanakan peluncuran tukang sampah robot ini tahun 2023.
Foto: ESA–David Ducros, 2016
Hancurkan di Langit
Gagasan lainnya, menggunakan semacam meriam laser untuk menghancurkan sampah antariksa di orbitnya. Pusat penerbangan dan antariksa Jerman-DSLR terus mengembangkan teknologi laser ini. Pecahan partikel sampah ruang angkasa yang ditembak laser, disebut akan hancur dan menjadi uap.
Foto: DLR
Jaring dan Lasso Elektrik
Lembaga antariksa AS-NASA menggagas penggunaan jaring dan lasso elektrik untuk menangkap asteroid dan itu juga bisa digunakan menangkap partikel sampah antariksa. Obyek yang dijaring dibawa kembali ke atmosfir. Yang berukuran kecil akan habis terbakar yang cukup besar bisa diamankan dari bahaya tabrakan. Sejauh ini idenya belum diwujudkan jadi kenyataan.
Foto: ESA–David Ducros, 2016
Tambang Elektrodinamik
Lembaga antariksa Jepang JAXA belum lama ini jicoba "tanmbang elektrodinamik" -KITE. Tambang elektrodinamik panjangnya 700 meter dibuat dari baja tahan karat dan aluminium. Idenya menurunkan tambang tipis dari stasiun ruang angkasa internasional-ISS untuk menurunkan kecepatan partikel. Setelah itu menyeretnya ke atmosfir agar terbakar habis. Ed: Zulfikar Albany (as/rzn)
Foto: JAXA
7 foto1 | 7
"Lalu harus dilakukan simulasi misi Deos. Deos adalah semacam lengan. Satelit yang tidak terkendali bisa distabilkan dengan lengan tersebut, lalu diarahkan untuk dijatuhkan," demikian Fiedler.
Sistem ini akan memungkinkan teknisi untuk mencapai satelit di luar angkasa dan memperbaikinya atau menyingkirkannya dari orbit. Sehingga bisa mencegah bahaya jatuhnya satelit ke bumi. Bagi para astronot, pekerjaan di luar angkasa akan menjadi lebih aman.
Begini Bentuk Eksoplanet Layak Huni Temuan NASA
Badan Antariksa AS, NASA, menemukan tiga eksoplanet layak huni yang mengorbit bintang kerdil berjarak 40 tahun cahaya dari Bumi. Seperti apa bentuknya?
Foto: NASA/JPL-Caltech
Harapan Kehidupan
Penemuan tiga eksoplanet yang mengorbit bintang kerdil bernama Trappist-1 dirayakan oleh NASA sebagai sebuah pencapaian astronomi. Penemuan tersebut mendekatkan manusia pada kehidupan lain di luar Bumi.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Layak Huni
Trappist-1 memiliki sebanyak tujuh planet. Tiga diantaranya (D, E, F) mengorbit dari jarak aman atau yang disebut dengan zona layak huni. Ilmuwan meyakini ketiga planet ini menyimpan air dalam bentuk cair.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Temuan Langka
Dari sekitar 3500 eksoplanet yang telah ditemukan ilmuwan, hanya planet di seputar Trappist-1 yang paling menjanjikan. Planet-planet itu tidak hanya berbatu, tetapi juga memiliki gaya gravitasi yang menyerupai Bumi.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Keunikan Tanpa Banding
Keunikan Trappist-1 adalah jumlah planet berbatu yang mengitarinya. Hingga kini NASA lebih banyak menemukan bintang induk bersistem tunggal, alias hanya dikitari oleh satu planet. Trappist-1 adalah satu-satunya sistem tata surya yang menyerupai Matahari.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Muda dan Bersinar
Meski belum ada, planet-planet tersebut suatu saat bisa menampung kehidupan. Usia Trappist-1 relatif muda, yakni 500 juta tahun dan masih akan bersinar hingga setidaknya 10 triliun tahun. Bandingkan dengan usia matahari yang sudah mencapai lima miliar tahun.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Impian buat Masa Depan
Namun begitu manusia belum akan mampu mengirimkan wahana ke Trappist-1. Pasalnya dengan mesin pendorong berbahan bakar cair seperti yang digunakan saat ini, sebuah wahana antariksa buatan manusia membutuhkan waktu 44 juta tahun untuk mencapai bintang kerdil tersebut.