Angela Merkel Dianugerahi Hadiah Perdamaian UNESCO
Martina Schwikowski
8 Februari 2023
Mantan kanselir Jerman Angela Merkel dianugerahi Hadiah Perdamaian UNESCO Felix Houphouet-Boigny di Pantai Gading. Hadiah tersebut diberikan atas kebijakannya yang berani membuka Jerman bagi pengungsi di tahun 2015.
Iklan
Sebuah bangunan monumental menjulang setinggi 30 m ke langit Yamoussoukro, ibu kota Pantai Gading yang sepi. Di depannya, terhampar taman cantik yang ditata secara geometris, dan sebuah globe dengan hiasan seekor merpati putih yang melambangkan perdamaian berdiri tepat di depan pintu masuk utama.
Nama lembaga pemilik bangunan itu sama mengesankannya dengan arsitekturnya: Felix-Houphouet-Boigny Foundation for Peace Research.
Di sisi lain bangunan, sebuah kain sepanjang 20 m dengan potret mantan Kanselir Jerman Angela Merkel dibentangkan, sebuah dekorasi luar biasa untuk menyambut kembalinya Merkel ke Afrika, satu tahun setelah meninggalkan jabatannya sebagai kanselir.
Merkel dijadwalkan akan menerima Hadiah Perdamaian UNESCO Felix Houphouet-Boginy di kota yang mengklaim dirinya sebagai "ibu kota perdamaian dunia” itu pada Rabu (08/02).
‘Perempuan hebat'
Tidak hanya di sisi bangunan, poster raksasa Angela Merkel juga tersebar di jalan-jalan Yamoussoukro. Merkel sukses menjadi perbincangan di kota itu.
Iklan
"Saya membaca di koran bahwa dia akan menerima hadiah itu. Dia pantas mendapatkannya karena dia perempuan hebat. Dia telah banyak mengambil tindakan untuk perdamaian,” kata seorang warga kepada DW.
"Dia perempuan yang sangat mengagumkan. Kami ingin menjadi seperti dia,” kata warga lainnya.
Kekaguman warga tidak terbatas pada sosok Merkel semata tapi juga terkait kebijakan yang diambilnya semasa memimpin Jerman.
"Dia adalah seorang pemimpin sejati. Dia telah mencapai banyak hal. Dia juga membantu migran datang ke Eropa dan membuka pintu bagi ribuan orang,” kata seorang warga.
Kebijakan ini pula lah yang membuat para juri Hadiah Perdamaian Felix Houphouet-Boigny, yang dinamai menurut nama mantan presiden Pantai Gading itu, terkesan. Bahwa Merkel di tahun 2015 dengan berani membuka negara bagi para pengungsi dan menyambut mereka.
Seruan Merkel
Kala itu, seruan tegas dari Merkel, "wir schaffen das!” ("Kita bisa melakukan ini!”) menuai pujian dan kritik. Tapi itu adalah sinyal positif Merkel terhadap kebijakan pengungsi.
"Seluruh juri tersentuh oleh keputusannya yang berani pada tahun 2015 untuk menerima lebih dari 1,2 juta pengungsi, terutama dari Suriah, Irak, Afganistan, dan Eritrea,” kata Denis Mukwege, presiden juri dari hadiah perdamaian tersebut.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay juga memuji kebijakan Merkel tersebut.
"Membuka pintu bagi mereka yang menderita adalah bagian dari membangun perdamaian,” katanya seaya menambahkan,” keputusan juri adalah pengingat bahwa car akita menangani migran dan pengungsi menjadi perhatian utama.”
Penghargaan untuk keberanian dan komitmen Merkel
Dalam kesempatan terpisah, Jean-Noel Loucou yang menjabat sebagai sekretaris jenderal Felix-Houphouet-Boigny Foundation for Peace Research mengaku melihat manfaat besar dalam komitmen Merkel.
Kepada DW, ia mengatakan bahwa telah terjadi "dengan masuknya pengungsi besar-besaran dari negara-negara yang dilanda perang seperti Suriah, Irak dan Afganistan. Dan berkat tindakan dan keberanian Kanselir Angela Merkel, Jerman telah menerima lebih dari 1,2 juta pengungsi.”
Tindakan ini lah yang menurutnya akan mendapat pengakuan oleh Hadiah Felix Houphouet Boigny 2022, sebuah hadiah yang terdiri dari uang sebesar $150.000, medali emas, dan sertifikat yang ditandatangani langsung oleh direktur jenderal UNESCO.
Para Pejuang Perdamaian
Seluruhnya 101 orang dan 24 organisasi tercatat jadi pemenang hadiah Nobel Perdamaian yang dianugerahkan sejak 1901. Kilas foto beberapa diantaranya.
Foto: picture-alliance/dpa
2013 : Organisasi Bagi Pelarangan Senjata Kimia
Organisasi bagi pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dianugerahi hadiah Nobel perdamaian 2013. Organisasi ini memantau ditaatinya konvensi senjata kimia dari tahun 1997. Saat ini organisasi aktif di Suriah, untuk memulai pemusnahan senjata kimianya.
Foto: picture-alliance/dpa
2012: Uni Eropa
Dianugerahi Nobel Perdamaian sebagai contoh bagi kerjasama damai seluruh negara anggotanya. Dengan itu Uni Eropa membantu mendorong perdamaian dan demokrasi di seluruh Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa
2011 : Tiga Aktivis Perempuan
Tiga orang perempuan dianugerahi Nobel Perdamaian untuk perjuangannya bagi hak-hak perempuan serta upaya damai bagi demokrasi dan toleransi di negaranya. Masing-masing pejuang demokrasi dari Yaman :Tawakkul Karman. Aktivis perdamaian Liberia : Leymah Gbowee dan presiden Liberia : Ellen Johnson Sirleaf.
Foto: dapd
2010 Liu Xiaobo
Komite Nobel memberi penghargaan kepada penulis Cina Liu Xiaobo atas perjuangannya yang amat panjang dan tanpa kekerasan untuk perubahan mendasar situasi hak asasi manusia di Cina. Pembangkang dan penggagas manifesto hak warga "Charta 08" sejak 2009 divonis hukuman 11 tahun penjara dengan tuduhan berniat makar.
Foto: picture-alliance/dpa
2009 Barack Obama
Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada presiden AS Barack Obama menuai kritik, terlalu dini dan ibaratnya panjar bagi pekerjaan yang belum tuntas. Obama memang mengajukan konsep bagi dunia bebas senjata atom, tapi hal itu belum ada penerapannya.
Foto: picture-alliance/dpa
2007 : Al Gore
Mantan wakil presiden AS ini bersama ketua dewan iklim PBB, Rajendra Kumar Pachauri dianugerahi Nobel Perdamaian terkait kiprahnya dalam perlindungan iklim. Dalam pidato penerimaan hadiah, Al Gore menuding Amerika Serikat dan Cina bertanggung jawab atas kelalaian terkait perlindungan iklim.
Foto: AP
2003: Shirin Ebadi
Pakar hukum asal Iran Shirin Ebadi merupakan Muslimah sekaligus perempuan warga Iran pertama yang mendapat anugerah Nobel Perdamaian dengan pujian khusus. Ebadi berjuang untuk penerapan demokrasi dan hak asasi manusia, khususnya hak kaum perempuan dan anak-anak di Iran.
Foto: DW
1993 : Frederik de Klerk dan Nelson Mandela
Frederik de Klerk sebagai presiden Afrika Selatan saat itu, memberikan kontribusi besar bagi pembubaran sistem Apartheid. Nelson Mandela ketua African National Congress berjuang untuk itu, dan dipenjarakan selama 27 tahun. Kedua tokoh diberi penghargaan untuk kontribusi mereka dalam menghapus Apartheid di Afrika Selatan.
Foto: AFP/Getty Images
1991 : Aung San Suu Kyi
Sejak akhir 1980 Aung San Suu Kyi berjuang tanpa kekerasan bagi demokratisasi dan hak asasi manusia di Myanmar yang dulu bernama Birma. Ia tidak bisa menerima langsung anugerah itu, karena bersatus tahanan dan mendekam di penjara. Anak lelakinya mewakili Aung San Suu Kyi menerima hadiah Nobel Perdamaian. Tahun 2010 ia dibebaskan dari tahanan rumah dan sejak 2012 menjadi anggota parlemen.
Foto: dapd
1990 : Mikhail Gorbachev
Dengan politik Glasnost dan Perestroikanya, Mikhail Gorbaschev memungkinkan peredaan ketegangan dan runtuhnya Tembok Berlin sekaligus juga penyatuan kembali Jerman. Tapi 1990 Gorbachev tidak bisa menerima sendiri anugerah itu, karena ketegangan politik dalam negeri Uni Soviet ketika itu.
Foto: picture-alliance/dpa
1983 : Lech Walesa
Ketua serikat buruh bebas Polandia Solidarność ini berada di dalam tahanan rumah, ketika diumumkan mendapat Nobel Perdamaian. Lech Walesa mengirim anaknya Bogdan serta istrinya Danuta untuk menerima penghargaan di Oslo. Tahun 1990 Lech Walesa menang pemilu dan menjadi presiden Polandia.
Foto: AP
1973 : Henry Kissinger dan Le Duc Tho
Henry Kissinger dan Le Duc Tho pada 23 Januari 1973 merundingkan rincian akhir kesepakatan gencatan senjata antara Amerika Serikat dengan Vietnam Utara. Kedua tokoh dianugerahi Nobel perdamaian bagi prestasinya menciptakan perdamaian di Vietnam. Le Duc Tho menolak menerima penghargaan dengan alasan di negaranya tetap belum tercipta perdamaian.
Foto: picture-alliance/dpa
1971 : Willy Brandt
Ia adalah tokoh politik pertama Jerman yang dianugerahi Nobel Perdamaian seusai perang dunia kedua. Willy Brandt diberi penghargaan untuk upayanya meredakan ketegangan dan kesetaraan dengan Blok Timur.
Foto: picture-alliance/dpa
13 foto1 | 13
Sekilas tentang Hadiah Felix Houphouet-Boigny
Hadiah Felix Houphouet-Boigny adalah penghargaan tahunan UNESCO kepada institusi dan individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap hak asasi manusia dan perdamaian di seluruh dunia.
Hadiah tersebut dibentuk tahun 1989 dengan mengambil nama Presiden Pantai Gading Houphouet-Boigny. Pada tahun 1991, Nelson Mandela dan Frederik Willem de Klerk menjadi orang pertama yang mendapat hadiah tersebut atas upaya mereka mengakhiri apartheid di Afrika Selatan.
Sejaa itu, daftar penerima hadiah semakin panjang. Misalnya pada tahun 1994, hadiah diberikan kepada Raja Juan Carlos I dari Spanyol dan mantan Presiden AS Jimmy Carter.
Sementara pada 2005, hadiah diberikan kepada Abdoulaye Wade, presiden Senegal kala itu, dan kepada mantan presiden Prancis Francois Hollande di tahun 2013.
gtp/hp
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)