1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Angela Merkel soal Isu Perubahan Iklim hingga Pengungsi

Max Hofmann
8 November 2021

Simak wawancara eksklusif DW bersama Kanselir Jerman Angela Merkel soal perubahan iklim, kebijakan pengungsi, dan pandemi virus corona.

Kanselir Jerman Angela Merkel
Kanselir Jerman Angela MerkelFoto: R. Oberhammer/DW

Angela Merkel terlihat santai dan tersenyum saat diwawancarai Kepala Pemberitaan DW Max Hofmann di kantor kanselir, Berlin. Menjelang akhir masa jabatannya, Merkel dalam wawancara ini mengungkapkan dua tantangan terbesarnya, kekecewaannya, dan soal penerusnya, Olaf Scholz.

"Saya bukan mesin, tentu saja, tapi ... hanya manusia biasa," kata Merkel, ketika ditanya tentang julukannya sebagai "mesin kompromi" pada konferensi kepemimpinan Uni Eropa terakhirnya di bulan Oktober lalu.

"Saya selalu mengadakan pembicaraan seperti itu dengan pikiran terbuka," jelas perempuan yang telah menjabat sebagai kanselir selama 16 tahun ini tentang pendekatannya dalam membuat kebijakan di konferensi internasional.

Dia juga menggunakan pendekatannya tersebut ketika berbicara dengan seorang pemimpin yang tidak memiliki nilai-nilai yang sama. "Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa jika seseorang memiliki persepsi yang berbeda secara fundamental tentang dunia, maka Anda tetap harus mendengarkan mereka; pada akhirnya, jika kita tidak saling mendengarkan lagi, kita tidak akan lagi menemukan solusi apa pun."

Jerman harus 'memimpin dengan memberi contoh'

Merkel pun menekankan keberhasilan yang Jerman toreh selama ia memimpin, seperti mempertahankan hubungan yang kuat dengan sekutu dan memulai penghentian penggunaan batu bara di negara itu. Meski begitu, dia tidak segan untuk mendiskusikan hal-hal yang ternyata hasilnya sedikit di luar harapan.

"Di Jerman tidak terlalu buruk dibandingkan dengan negara lain," katanya tentang catatan lingkungan negara itu. "Tapi kami juga salah satu negara industri terkemuka," lanjutnya seraya menambahkan bahwa dengan teknologi dan wawasan ilmiah baru, Jerman bertanggung jawab untuk "memimpin dengan memberi contoh."

Namun, Merkel menambahkan, sistem politik Jerman membuat seorang pemimpin harus membangun konsensus sebelum undang-undang baru dapat diperkenalkan. "Kami selalu membutuhkan (dukungan) mayoritas untuk keputusan kami. Ini adalah masalah yang saya diskusikan dengan aktivis iklim berulang kali. Mereka mengatakan 'Anda harus melakukan ini sekarang,' dan saya berkata 'tetapi saya masih harus mendapatkan (dukungan) mayoritas.' Ada banyak harapan sosial; ada banyak kekhawatiran. Saya selalu berkomitmen untuk ini, tetapi saya tidak bisa mengatakan bahwa saat ini hasilnya memuaskan."

"Kita harus memperhatikan perkiraan ilmiah lagi, dan itu berarti berpegang teguh pada pemanasan global 1,5 derajat Celsius (2,7 derajat Fahrenheit). (COP26) Glasgow telah menghasilkan sejumlah hasil. Tapi ini masih berjalan terlalu lambat dari sudut pandang yang dipahami kaum muda," katanya.

Situasi Afganistan 'sangat disesalkan'

Kanselir juga menyatakan keinginannya untuk hasil yang berbeda di Afganistan.

"Kami tentu saja sangat sedih dengan kenyataan bahwa kami tidak berhasil mencapai apa yang ingin kami lakukan, yaitu menemukan tatanan politik mandiri di Afganistan, di mana anak perempuan dapat bersekolah, perempuan dapat memenuhi keinginan mereka, dan dengan perdamaian abadi," kata Merkel dengan wajahnya yang tampak muram sejenak.

"Seringkali, saya bertanya dalam diskusi: mengapa begitu banyak pemuda Afganistan ingin datang ke sini, sementara pada saat yang sama laki-laki dan perempuan berseragam kami ditempatkan di sana? ... Namun demikian, kita harus menerimanya, meskipun niat terbaik kami, kami tidak berhasil menciptakan tatanan yang ingin kami lihat di sana," kata Merkel. "Kesalahan untuk ini tidak terletak pada Jerman saja. Orang-orang Afganistan, pada bagian mereka, juga tidak menyelesaikannya. Ini sangat disesalkan."

Dua peristiwa paling menantang

Ditanya tentang perjuangan terbesarnya sebagai pemimpin, Merkel merefleksikan: "Dua peristiwa yang menurut saya pribadi paling menantang adalah, pertama, banyaknya pengungsi yang tiba di sini (pada tahun 2015), yang sebenarnya saya tidak suka menyebutnya sebagai 'krisis' – karena manusia adalah manusia. Jadi, pertama, ada tekanan yang kami hadapi dari banyak orang yang melarikan diri dari Suriah dan negara-negara tetangganya. Dan sekarang ada pandemi COVID-19. Mungkin ini adalah krisis di mana kami melihat dengan jelas bagaimana orang-orang terkena dampak langsungnya, di mana kehidupan manusia dilanda ketidakpastian. Bagi saya, itu adalah tantangan terbesar."

Lebih lanjut, kanselir mengatakan Uni Eropa masih harus dapat menemukan "sistem umum untuk menangani suaka dan migrasi" dan menciptakan "keseimbangan yang mengatur sendiri antara negara asal dan negara tempat pengungsi pertama kali tiba," untuk membantu pengungsi dengan lebih baik dan melawan akar penyebab mengapa orang melarikan diri.

Ketika diminta untuk melihat kembali kutipannya yang terkenal di tahun 2015, saat Merkel berkata "Wir schaffen das," yang berarti, "Kita bisa melakukan ini," dia mengakui bahwa "tidak semuanya berjalan persis seperti yang seharusnya." Tetapi Merkel menganggapnya sebagai keberhasilan besar untuk melihat berapa banyak pengungsi yang diterima Jerman. Kini banyak banyak dari pengungsi di Jerman yang tinggal dan bekerja secara permanen di sana.

"Ya, kita berhasil. Tetapi 'kita' di sini, maksud saya sejumlah besar orang di Jerman yang membantu menyelesaikannya: banyak wali kota, banyak sukarelawan," dan banyak pihak lainnya, ungkap Merkel.

Foto Kanselir Jerman Angela Merkel tersenyum saat diwawancari Kepala Redaksi DW Max HofmannFoto: R. Oberhammer/DW

'Sinyal yang meyakinkan di dunia yang bergejolak'

Sambil tersenyum, Merkel mengatakan bahwa mengajak suksesornya yakni Olaf Scholz bersamanya pada pertemuan G20 baru-baru ini di Roma adalah hal yang wajar. Sebagai menteri keuangannya, Scholz akan selalu mendampingi Merkel.

Namun, Merkel mengajak Scholz ke banyak pertemuan tertutup sebagai tanda kontinuitas dan harmoni. Terlepas dari kenyataan bahwa mereka berasal dari partai politik yang berbeda — Scholz berasal dari kiri-tengah Sosial Demokrat — Merkel tampaknya memiliki kepercayaan penuh pada penggantinya tersebut.

"Saya pikir itu adalah sinyal penting bagi Olaf Scholz untuk menjadi bagian dari semua diskusi bilateral. Dengan begitu, bisa saya katakan, yang duduk di sini adalah orang yang mungkin akan Anda ajak bicara pada pertemuan berikutnya, dalam peran sebagai kepala pemerintahan Jerman," kata Merkel. "Saya merasa itu penting."

Perempuan berusia 67 tahun ini menambahkan bahwa penting untuk meninggalkan kesan bahwa "kanselir saat ini dan kanselir selanjutnya memiliki hubungan kerja yang baik."

"Ini mengirimkan sinyal yang meyakinkan di dunia yang agak bergejolak. Saya pikir itu adalah hal yang benar untuk dilakukan."

Akhirnya, Merkel pun ditanya tentang perasannya ketika nantinya melihat orang lain duduk di bangkunya setelah ia selesai 16 tahun menjabat.

"Anda akan terbiasa," kata Merkel seraya tersenyum lagi.

(rap/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait