Angela Merkel Turut Sedih dengan Perjuangan Orang Tua Murid
5 Februari 2021
Kanselir Jerman Angela Merkel, yang dikenal karena sikapnya yang pendiam, mengatakan bahwa dia turut sedih dengan kesulitan yang dialami keluarga yang menderita akibat lockdown.
Iklan
Tak seperti biasanya, Kanselir Jerman Angela Merkel yang sering memasang wajah dinginnya, secara emosional mengaku prihatin kepada masyarakat Jerman yang harus melalui masa berat pandemi. Ia mengatakan hal tersebut ketika mendengar keluh kesah keluarga di Jerman di tengah lockdown virus corona.
"Saya turut sedih ketika melihat kesulitan yang Anda hadapi," tutur Merkel.
"Saya tidak pernah ingin menjadi orang yang harus membuat keputusan seperti itu."
Selama 90 menit, Merkel hadir dalam sebuah pertemuan virtual dengan 14 orang tua murid pada Kamis (04/02).
Merkel berharap untuk mengambil pelajaran tentang perjuangan dan masalah khusus yang dihadapi oleh para orang tua setelah berbulan-bulan kebijakan pembatasan yang semakin ketat.
Banyak keluarga terkena dampak sejak awal krisis. Sekolah dan taman kanak-kanak tutup pada 16 Desember 2020, setelah libur Natal dimajukan.
Sekolah dan TK tetap ditutup yang berarti orang tua sering dihadapkan dengan beban ganda bekerja dari rumah seraya menyekolahkan anak di rumah.
Iklan
Apa pendapat para orang tua?
Beberapa orang tua mengeluh kesulitan ketika mereka bersama anaknya pergi bersama ke supermarket atau apotek.
"Apa yang bisa saya lakukan, saya orang tua tunggal dan saya tidak bisa meninggalkan putra saya yang berusia dua tahun di rumah tanpa pengawasan," kata seorang ibu dari negara bagian barat laut Rheinland-Pfalz.
Sementara, seorang ibu lainnya yang merupakan seorang pekerja sosial, menahan air matanya saat berbicara tentang kesulitan keluarga migran dengan orang tua buta huruf yang berjuang dengan menyekolahkan anaknya di rumah.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Perubahan kebijakan yang berpusat pada keluarga
Merkel mencatat beberapa saran dari orang tua, termasuk kritik dari orang tua yang memiliki anak berusia 13 tahun yang disebut "hari sakit anak" hanya berlaku untuk keluarga dengan anak sampai usia 12 tahun.
Kebijakan tersebut mengizinkan orang tua untuk mengambil cuti kerja untuk merawat anaknya yang sakit.
Selama pandemi, pemerintah Jerman meningkatkan jumlah hari yang diizinkan bagi orang tua untuk mengambil cuti menjadi total 20 hari. Orang tua dapat menggunakan hari-hari ketika sekolah atau taman kanak-kanak ditutup selama lockdown.
Lebih banyak pertemuan direncanakan
Merkel mengatakan bahwa dirinya juga ingin membahas usulan pemberian voucher untuk bimbingan belajar liburan musim panas dengan anggota parlemen terkait.
Dia berjanji bahwa pembukaan kembali sekolah dan pusat penitipan anak merupakan prioritas penting bagi pemerintah.
Dia mengakui bahwa pemerintah tidak "cukup siap" untuk krisis seperti itu jika menyangkut masalah sekolah.
Merkel berniat untuk tetap turut serta dalam tiga pertemuan virtual lebih lanjut tentang topik hotline krisis, seni dan budaya, serta organisasi bantuan sukarela. Diskusi berikutnya dijadwalkan pada 10 Maret.