Di Berlin, rencana anggaran Komisi Eropa ditanggapi dingin. Juru bicara pemerintah menyebutkan peningkatan drastis tidak bisa dijelaskan kepada publik. Negosiasi panjang kini menanti Presiden Komisi Ursula von der Leyen.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat memperkenalkan rancangan anggaran UE jangka panjang di Brussels, Rabu (16/07).Foto: Ansgar Haase/dpa/picture alliance
Iklan
Komisi Eropa pada Rabu (16/07) mengajukan rancangan anggaran jangka panjang senilai dua triliun euro, yang disebut sebagai "paling ambisius dalam sejarah Uni Eropa," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Namun, proposal yang diniatkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan pertahanan UE itu, langsung mendapat penolakan dari Jerman. Pemerintah di Berlin menyatakan "tidak dapat menerima” rancangan anggaran sebesar 2,3 triliun dolar AS untuk periode 2028–2034. Serikat petani Eropa pun turut menyuarakan penolakan terhadap rencana reformasi subsidi pertanian Uni Eropa yang sangat besar.
Rencana tersebut bertujuan memperkuat pertahanan Eropa, dan meningkatkan daya saing ekonomi di tengah meningkatnya konflik perdagangan dengan Amerika Serikat. Tambahan dana juga akan sekaligus melunasi utang dari pinjaman besar dari masa pandemi Covid-19.
Iklan
Demi daya saing dan keamanan
Komisi mengalokasikan 451 miliar euro di bawah tajuk "daya saing”, ditambah 131 miliar euro untuk sektor pertahanan dan luar angkasa. Peningkatan ini berjumlah lima kali lipat dari anggaran sebelumnya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sebanyak 100 miliar euro juga disiapkan untuk rekonstruksi Ukraina yang dilanda perang, bersama dana darurat baru dalam bentuk "fleksibilitas” untuk menghadapi krisis mendatang.
Namun, juru bicara pemerintah Jerman, Stefan Kornelius, mengatakan "kenaikan menyeluruh pada anggaran Uni Eropa tidak dapat diterima, pada saat seluruh negara anggota tengah melakukan upaya besar untuk menyeimbangkan anggaran nasional mereka."
Bagaimana Perang Putin Memengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Jerman juga menolak usulan komisi untuk mengenakan pajak lebih tinggi pada perusahaan dengan omzet lebih dari 100 juta euro.
Kisruh subsidi pertanian
Selain postur yang dianggap kelewat gemuk, banyak anggota parlemen UE juga menilai proposal anggaran tidak menyediakan cukup dana untuk program prioritas, seperti adaptasi iklim dan subsidi pertanian. Sektor pertanian sejak lama merupakan pos pengeluaran terbesar dalam anggaran UE.
Komisioner Anggaran Piotr Serafin menyampaikan, dalam rencana baru sekitar 300 miliar euro akan dialokasikan untuk mendukung petani, turun dari sekitar 387 miliar euro dalam anggaran tujuh tahun yang berlaku saat ini.
Brussels menyatakan akan ada perombakan terhadap skema subsidi dalam Kebijakan Pertanian Bersama (CAP), dengan sebagian dana dialihkan ke pos anggaran lain. Namun masa depan CAP dipercaya akan menjadi medan politik, setelah para petani menegaskan penolakan, sambil menggelar unjuk rasa di Brussels, Rabu (16/07).
Ratusan petani Eropa memadati depan gedung Komisi Eropa, dalam aksi protes yang digelar kelompok lobi pertanian pan-Eropa Copa-Cogeca. Mereka menyebut hari pengajuan rancangan anggaran sebagai "Rabu Hitam” bagi petani, dan menuduh Brussels berupaya "membongkar fungsi 'komunal' dari CAP lewat pemotongan tersembunyi".
EU 'prepared to respond' as Trump tariffs shock Europe
02:41
This browser does not support the video element.
Hasutan Orban
Peringatan tersebut pernah diucapkan pada gelombang protes petani di berbagai negara Eropa tahun lalu. Ketika itu petani turun ke jalan menentang impor murah, marjin keuntungan yang menyusut, dan beban regulasi lingkungan.
Sementara itu, Hongaria, yang dikenal sebagai pengkritik keras Brussels sekaligus sekutu terdekat Rusia di Eropa, memanfaatkan sentimen petani untuk menyerang rencana anggaran besar bagi rekonstruksi dan pertahanan Ukraina.
"Ukraina akan mendapat suntikan dana besar, sementara petani Eropa menjadi korban,” kata Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.
Pengajuan anggaran ini membuka babak negosiasi intens selama dua tahun antara Parlemen Eropa dan 27 negara anggota. Beberapa negara, termasuk Jerman, enggan menyetor lebih banyak ke kas bersama.
Berbeda dengan periode sebelumnya, kali ini Uni Eropa masih menanggung utang dari masa pandemi Covid-19, ketika negara-negara anggota berutang bersama sebesar 800 miliar euro untuk menopang ekonomi. Pembayaran cicilan utang pandemi diperkirakan memakan 25 hingga 30 miliar euro per tahun mulai 2028.
Anggaran sebelumnya (2021–2027) bernilai sekitar 1,2 triliun euro, bersumber dari kontribusi nasional dan penerimaan langsung seperti bea cukai.
Lima Tahun Sejak Pandemi, COVID-19 Masih Jadi Momok
Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan lebih 7 juta orang meninggal akibat COVID-19. Lima tahun setelah pecahnya pandemi, pemimpin dunia dan masyarakat masih harus menghadapi dampaknya.
Foto: LUIS TATO/AFP/Getty Images
Situasi darurat global
Desember 2019, penyakit paru-paru baru didiagnosis di Wuhan, Cina dan menimbulkan kematian. Dalam beberapa minggu, virus corona baru memicu tantangan global: Tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Otoritas kesehatan dengan cepat mengembangkan tes usap untuk mendiagnosis penyakit ini, dalam foto sedang dilakukan oleh tenaga medis di Beijing
Foto: NOEL CELIS/AFP/Getty Images
Petugas medis bekerja hingga lewat batas
Dengan cepat menjadi jelas bahwa COVID-19 sering kali berakibat fatal, terutama bagi warga lanjut usia atau mereka yang sebelumnya memiliki catatan kondisi medis. Tenaga medis seperti perawat ini di Brussels ini bekerja hingga kelelahan. Fakta bahwa virus ini terus bermutasi selama pandemi, menambah tantangan dunia medis.
Foto: ARIS OIKONOMOU/AFP/Getty Images
Sistem kesehatan nyaris ambruk
Jumlah pasien yang sangat banyak membuat banyak rumah sakit mencapai batasnya. Di rumah sakit di kota Chongqing, Cina, Desember 2022 tempat tidur dijejali di lobi rumah sakit. Di India, sistem kesehatan nyaris ambruk, dengan orang-orang yang putus asa menunggu di luar fasilitas kesehatan yang penuh sesak. Saat itu India mencatatkan 2.000 kematian per hari akibat COVID-19.
Foto: NOEL CELIS/AFP/Getty Images
Italia kewalahan
Di Eropa, Italia terdampak sangat berat. Akhir Maret 2020, truk militer mulai mengangkut korban meninggal COVID-19 di Bergamo ke krematorium di sekitar area, karena fasilitas di kota tersebut sudah kelebihan beban. Lombardy pernah mencatatkan 300 kasus kematian hanya dalam satu hari.
Foto: MIGUEL MEDINA/AFP/Getty Images
Masker: Repot tapi perlu
Kala itu, sulit membayangkan kehidupan sehari-hari tanpa masker wajah, yang sangat penting untuk membantu membatasi penyebaran virus. Di awal pandemi, masker dijahit dari kain, tetapi masker N95 segera menjadi standar. Di banyak tempat, memakai masker di tempat umum menjadi kewajiban selama dua tahun lebih. Peneliti menegaskan, masker yang dipakai dengan baik, membantu mengurangi sebaran infeksi
Foto: MAHMUD HAMS/AFP/Getty Images
Sepinya jalanan bagai dikota hantu
Jalanan New York sepi sejak tahap awal pandemi. Hampir semua negara menerapkan pembatasan kontak dan lockdown (penguncian) panjang untuk melindungi orang dari virus. Tempat penitipan anak dan sekolah sebagian besar tetap tutup, begitu juga kafe, restoran, pub, kolam renang, dan salon rambut. Di mana-mana orang berusaha bekerja dari rumah.
Foto: TIMOTHY A. CLARY/AFP/Getty Images
"Bye, bye" kehidupan sosial
Pandemi memaksa banyak bisnis terhenti. Perdagangan dan perekonomian runtuh, dan kehidupan sosial terputus di mana-mana, sehingga menyebabkan krisis keuangan global. Bahkan setelah pembatasan dilonggarkan, langkah-langkah perlindungan tetap diberlakukan, misalnya pemakaian layar pembatas plastik di toko dan restoran, seperti yang terlihat di ibu kota Thailand, Bangkok
Foto: MLADEN ANTONOV/AFP/Getty Images
Atur jarak, jangan derkat-dekat, ah!
Di Mission Dolores Park, San Francisco, lingkaran di rumput menunjukkan seberapa dekat orang diperbolehkan duduk, jarak tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan risiko infeksi. Meskipun infeksi menurun selama bulan-bulan musim panas, langkah-langkahhigiene, dengan jaga jarak sering kali tetap ketat. Di beberapa negara, orang bahkan tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka.
Foto: JOSH EDELSON/AFP/Getty Images
Antre vaksinasi
Agustus 2021, para warga India akhirnya bisa divaksinasi dengan vaksin Covishield. Di Uni Eropa, vaksin COVID-19 pertama dari BioNTech/Pfizer tersedia akhir 2020. Lalu, vaksin dari Moderna dan AstraZeneca disetujui melalui prosedur percepatan. Orang lanjut usia dan sakit, dan tenaga kesehatan, menjadi yang pertama divaksin. Banyak negara miskin harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan vaksin.
Foto: DIPTENDU DUTTA/AFP/Getty Images
Dilarang biar aman, malah protes
Langkah-langkah ketat untuk memperlambat sebaran COVID-19 mendapat penolakan dari beberapa kalangan di seluruh dunia, seperti yang terlihat di Paris pada September 2021. Di banyak negara, termasuk Jerman, ekstremis sayap kanan menyusup ke dalam protes tersebut. Teori konspirasi jadi bagian tak terpisahkan dari oposisi menentang kebjiakan resmi dan vaksin. Virus corona diklaim 'senjata biologis.'
Foto: BENOIT TESSIER/REUTERS
Balik lagi ke sekolah
Di Jerman, anak-anak kembali ke sekolah setelah liburan musim panas 2020, setelah berbulan-bulan belajar di rumah akibat lockdown (penguncian). Homeschooling menjadi ujian berat bagi orang tua dan siswa, dan menurut studi, bahkan lima tahun setelah pandemi dimulai, banyak anak dan remaja masih menderita kesepian dan masalah kesehatan mental.
Foto: INA FASSBENDER/AFP/Getty Images
Kompetisi tanpa sorak sorai
Pada Juli 2021, para pesepeda ini menunjukkan keterampilan mereka di Olimpiade Tokyo, namun hampir tidak ada yang bisa mendukung mereka. Setelah pecahnya pandemi, acara olahraga yang awalnya direncanakan pada 2020 ditunda setahun — namun virus corona masih menguasai dunia setahun kemudian. Akibatnya, Olimpiade Musim Panas digelar di depan tribun yang sebagian besar kosong.
Foto: LIONEL BONAVENTURE/AFP/Getty Images
Berakhir dengan kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengakhiri keadaan darurat kesehatan internasional 5 Mei 2023, namun menyatakan virus corona tetap berbahaya. Menurut WHO, sekitar 7 juta orang dipastikan meninggal akibat COVID-19, namun perkiraan lain menyebutkan jumlah totalnya mencapai 20 juta. Di London, simbol hati merah digunakan untuk memperingati orang-orang yang meninggal akibat COVID-19.
Foto: JUSTIN TALLIS/AFP/Getty Images
13 foto1 | 13
Kenaikan kontribusi anggota
Dalam anggaran baru, kontribusi nasional akan naik sedikit dari 1,13 persen menjadi 1,15 persen dari Pendapatan Nasional Bruto (GNI) negara anggota, ditambah 0,11 persen khusus untuk pelunasan pinjaman Covid-19.
Menteri Urusan Eropa Prancis, Benjamin Haddad, memuji "ambisi” Komisi Eropa, sementara Menteri Keuangan Belanda, Eelco Heinen yang mendukung penghematan, menyebut usulan anggaran "terlalu tinggi”.
Namun, parlemen Eropa punya pandangan berbeda. Dalam pernyataan bersama, anggota parlemen yang bertugas menggiring anggaran, menyebut proposal Komisi Eropa tidak cukup.
"Bagaimanapun Anda membungkusnya, yang kita hadapi adalah pembekuan investasi dan belanja dalam nilai riil,” kata mereka.