Menurut lembaga survei, migrasi akan jadi salah satu isu terpenting jelang pemilu federal 23 Februari. Seperti apa angka konkretnya? Berikut data terbaru pemerintah Jerman.
Iklan
Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi, BAMF, menyampaikan laporan tahunan tentang jumlah imigrasi dan emigrasi untuk tahun 2023 pada pertengahan minggu ini. Berdasarkan data BAMF, jumlah orang yang datang ke Jerman menurun tajam dibandingkan tahun 2022.
Pada presentasi laporan migrasi baru-baru ini di Berlin, Menteri Dalam Negeri Federal Nancy Faeser menunjukkan bahwa jumlah permohonan suaka baru saat ini menurun lagi.
Statistik tahun 2024 menyebutkan, 210.000 aplikasi suaka baru diajukan ke otoritas Jerman pada tahun lalu. Jumlah ini turun sekitar sepertiga dibandingkan 2023.
Hampir dua juta orang berimigrasi pada tahun 2023, dan sekitar 1,3 juta orang beremigrasi. Jumlah ini termasuk orang-orang yang mengajukan suaka, datang untuk alasan kemanusiaan atau ingin bekerja, belajar, atau melakukan penelitian di Jerman.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Dibandingkan dengan angka imigrasi tahun 2022, jumlah imigran pada 2023 berkurang sekitar setengahnya. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa lebih sedikit pengungsi akibat perang Ukraina yang datang ke Jerman. Karena meluasnya perang agresi Rusia pada bulan Februari 2022, sekitar satu juta warga Ukraina menjadi mayoritas dari 1,4 juta imigran tahun itu.
Setelah puncak migrasi pada tahun 2015, imigrasi neto, yaitu keseimbangan antara mereka yang berimigrasi dan beremigrasi, terus menurun hingga tahun 2020. Dalam tahun 2020 dan 2021, jumlah imigrasi neto hanya 220.000 dan 330.000 akibat pandemi corona dan pembatasan perjalanan.
Iklan
Jumlah migrasi pengungsi dari Ukraina menurun
Meskipun jumlah warga Ukraina yang datang pada tahun 2023 jauh lebih sedikit dibandingkan tahun pertama perang, mereka tetap merupakan kelompok imigran terbesar pada tahun 2023, diikuti oleh pencari suaka dari Suriah. Menurut angka BAMF, Turki ketiga terbesar para imigran di Jerman.
Jumlah permohonan suaka baru meningkat lagi pada tahun pelaporan 2023 setelah mencapai titik terendah sekitar 102.000 pada tahun Corona 2020. Akan tetapi, jumlah tersebut masih jauh di bawah rekor tertinggi pada tahun 2016, yakni 720.000 pencari suaka baru.
Kehidupan dan Sejarah Imigran di Jerman
Jerman adalah negara yang jadi tujuan imigran kedua terbesar setelah AS. Selama 60 tahun Jerman sudah menerima imigran. Sekarang sebuah pameran menengok kembali sejarah ini.
Foto: DW/J. Hennig
Nomor Dua di Dunia
Tahun 2013, sekitar 1,2 juta orang berimigrasi ke Jerman. Jerman, baik Barat dan Timur, sudah mengiklankan diri sebagai negara tujuan pekerja tamu sejak 1950-an. Sekarang, imigran terutama berasal dari negara-negara yang baru jadi anggota Uni Eropa. Mereka memperkaya kebudayaan dan keanekaragaman kuliner di Jerman.
Foto: DW/J. Hennig
Para "Gastarbeiter" (Pekerja Tamu)
Di tahun 1950-an Jerman Barat mengalami kemajuan ekonomi. Untuk mengatasi situasi kurangnya pekerja, pemerintah mempromosikan kemungkinan kerja bagi pekerja tamu dari luar negeri. Mulai 1950-an, sebagian besar orang yang datang ke Jerman sebagai pekerja, hidup dalam kemiskinan di negara asalnya.
Foto: DW/J. Hennig
Kantor Penghubung
Antara 1955 dan 1968 Jerman Barat menandatangani kesepakatan dengan Italia, Spanyol, Yunani, Turki, Maroko, Korea Selatan, Portugal, Tunisia dan Yugoslavia. Di negara-negara itu didirikan kantor khusus untuk orang-orang yang ingin melamar pekerjaan.
Foto: DW/J. Hennig
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum pekerja diijinkan datang ke Jerman, kesehatan mereka diperiksa lebih dulu. Hanya mereka yang sehat dan mampu bekerja mendapatkan pekerjaan di Jerman Barat.
Foto: DW/J. Hennig
Yang Kesatu Juta
Armando Rodrigues de Sá dari Portugal (38), menjadi pekerja ke 1 juta, disambut kedatangannya di stasiun kereta api Köln-Deutz pada September 1964. Pengrajin kayu itu mendapat hadiah sepeda Motor, yang kini masih tersimpan di Museum Haus der Gesichte Bonn.
Foto: DW/J. Hennig
Seberangi Eropa dengan "Türkenkutsche"
Dengan Ford Transit ini, Sabri Güler mengadakan perjalanan dari utara ke selatan Eropa. Pedagang bahan pangan dari Turki itu menjadikan mobil ini sebagai toko keliling. Ford model ini sangat disukai imigran Turki, karena bisa memuat banyak barang. Karena itu, di Jerman Ford Transit sering disebut "Türkenkutsche" (Kereta Turki).
Foto: DW/J. Hennig
Pekerja Kontrak di Jerman Timur
Pertengahan 1960-an pekerja tamu juga dibutuhkan di Jerman Timur yang komunis. Mereka disebut pekerja kontrak, dan terutama bekerja di industri tekstil. Sebagian besar dari mereka berasal dari negara sosialis seperti Vietnam, Kuba dan Aljazair. Pekerja imigran di Jerman Timur lebih sedikit daripada di Barat. Tahun 1989 jumlahnya hanya 190.000, sedangkan di Jerman Barat sudah lima juta orang.
Foto: DW/J. Hennig
Makanan Khas dari Berbagai Negara
Banyak pekerja tamu akhirnya tinggal di Jerman dan mendatangkan keluarga mereka. Mereka membawa serta banyak kebiasaan dan tradisi dari tanah air mereka ke Jerman. Sehingga keanekaragaman budaya menyebar. Ini tampak paling jelas jika melihat menu di restoran. Döner (Turki) sekarang jadi salah satu makanan cepat saji yang paling disukai di Jerman.
Foto: DW/S. Soliman
Kepala Berita Yang Negatif
Tahun 1980-an dan 1990-an muncul perdebatan di Jerman, karena timbulnya kekhawatiran terbentuknya "geto" kaum migran di kota-kota. Di samping itu, kriminalisasi remaja yang berlatar belakang imigran meningkat, dan diberitakan banyak media. Awal tahun 1990-an di Jerman Barat dan Timur terjadi sejumlah kekerasan rasisme.
Foto: DW/J. Hennig
Tradisi vs. Kebudayaan Barat
Di keluarga-keluarga imigran juga terjadi konflik kebudayaan. Sutradara Jerman-Turki Fatih Akin mengangkat pertentangan pendidikan Muslim-Turki dan kehidupan gaya Barat dalam filmnya "Gegen die Wand". Di festival film Berlinale 2004, film itu jadi produksi Jerman yang kembali mendapat penghargaan Beruang Emas, setelah 17 tahun sebelumnya penghargaan selalu diraih negara lain.
Foto: DW/J. Hennig
Pangeran Balam I
Organisasi karnaval dari kota Aachen, "Koe Jonge" mendeklarasikan Balam Bayarubanga asal Uganda jadi "pangeran". Balam I adalah pangeran karnaval pertama di Jerman yang berkulit hitam. Dengan langkah itu, organisasi pencinta karnaval ini memberikan sinyal menentang rasisme dan mendukung integrasi. Kostum pangerannya diserahkan Balam I untuk dipamerkan di museum Haus der Geschichte di Bonn.
Foto: DW/J. Hennig
11 foto1 | 11
Jerman tetap jadi tujuan utama pencari suaka di Uni Eropa
Dibandingkan dengan negara-negara lain di Uni Eropa, Jerman akan tetap menjadi negara tujuan paling populer bagi pencari suaka pada tahun 2023 dan 2024. Spanyol, Prancis, dan Italia mengikuti.
Menurut aturan prosedur suaka Uni Eropa, negara-negara masuk pertama, yaitu negara-negara di perbatasan luar Uni Eropa seperti Yunani, Italia, dan Spanyol, sebenarnya bertanggung jawab utama atas para pencari suaka.
Akan tetapi, sebagian besar masih berhasil menyeberangi perbatasan dari Eropa Tengah dan Utara. Menurut Menteri Dalam Negeri Faeser, peningkatan kontrol perbatasan di perbatasan Jerman pada tahun 2024 membantu mengurangi "pendatang ilegal" dan, sebagai hasilnya, jumlah permohonan suaka berkurang.
Saat menyampaikan laporan migrasi, Faeser menunjukkan bahwa sekitar 25 juta dari 84 juta orang di Jerman punya latar belakang migrasi, yaitu mereka sendiri yang berimigrasi atau lahir dari setidaknya satu orang tua imigran.
Jerman telah menjadi negara tujuan imigrasi selama beberapa dekade. Dalam kampanye pemilihan saat ini, Faeser menyerukan lebih banyak rasa hormat terhadap prestasi para migran yang bekerja di rumah sakit, perusahaan, dan industri serta "menjaga negara tetap bisa berlangsung."