Angka Kelahiran Minim, Kota di Korsel Gelar Acara Perjodohan
30 November 2023
Belatar belakang lagu-lagu Natal, 100 laki-laki dan perempuan berkumpul di sebuah hotel di Kota Seongnam dekat Seoul. Berdandan dan mengenakan pakaian terbaiknya, mereka berharap dapat menemukan jodoh.
Iklan
Mereka adalah peserta acara kencan massal yang diselenggarakan Kota Seongnam, sebuah upaya pemerintah setempat untuk meningkatkan angka kelahiran. Korea Selatan secara keseluruhan memang mengalami masalah dengan minimnya angka kelahiran. Itu sebabnya, pemerintah kota menggelar acara kencan kilat perjodohan ini. Pemerintah berharap para peserta yang menemukan jodohnya secepat mungkin juga secepatnya melahirkan bayi.
Para peserta, berusia kisaran 20-an dan 30-an, duduk dengan tenang bersebelahan sampai seorang pelatih interaksi memulai acara dengan permainan batu-kertas-gunting. Ruangan dengan dipenuhi suara obrolan dan gelak tawa.
Pemerintah kota tampaknya bertekad untuk mengatur perjodohan. Mereka menyiapkan anggur merah, potongan coklat, permainan, layanan rias gratis, bahkan pemeriksaan latar belakang untuk para lajang yang berpartisipasi.
Lee Yu-mi, 36 tahun, yang bekerja di pemerintah kota, mengatakan dia harus mendaftar tiga kali untuk akhirnya mendapat tempat di acara tersebut. "Saya tidak menyangka acaranya akan sekompetitif ini," kata dia.
Biaya perumahan dan pendidikan di Korsel terlalu tinggi
Ini adalah acara kelima tahun ini yang diselenggarakan di Seongnam. Sejauh ini ada 198 orang di antara 460 peserta yang meninggalkan acara tersebut sebagai "pasangan" dan setuju untuk bertukar kontak dengan pasangan mereka, kata pemerintah kota.
Iklan
Ibu Kota Korea Selatan, Seoul, telah mempertimbangkan acara serupa, tetapi menunda rencana tersebut setelah mendapat kritik bahwa hal itu hanya akan membuang-buang uang saja. Karena banyak orang memilih untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak terutama karena tingginya biaya perumahan dan pendidikan anak.
Namun, Hwang Da-bin, yang mengambil bagian dalam acara serupa bulan September lalu, mengatakan bahwa acara yang digelar pemerintah kota jauh lebih menghemat biaya daripada mengikuti acara sosial lainnya atau mendaftar ke agen kencan profesional.
"Kami menghadapi krisis demografi yang nyata dan pemerintah perlu melakukan apa pun yang bisa dilakukan. Saya tidak mengerti orang-orang mengeluhkan hal ini," kata Hwang Da-bin.
Tingkat reproduksi di Korea Selatan turun ke rekor terendah 0,78 tahun lalu. Korea Selatan mencatat jumlah harapan memiliki anak paling rendah di dunia untuk setiap perempuan, jauh di bawah angka 1,66 di Amerika Serikat dan 1,3 di Jepang pada tahun 2021. Angka rata-rata tingkat reproduksi di antara negara-negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, OECD, adalah 1,58 pada tahun yang sama.
11 Film Korea Selatan yang Harus Kamu Tonton
Film-film yang diproduksi Korea Selatan telah dikenal selama beberapa dekade terakhir. Berikut adalah beberapa pencapaian yang menjadi hit di seluruh dunia dan membantu membangun reputasi sinematik Korea Selatan.
Foto: Zuma Wire/IMAGO
Korea Selatan, negara perfilman
Film-film Korea Selatan menjadi pembicaraan di seluruh dunia. Festival film (seperti dalam foto di Busan) suah menjadi agenda internasional. Format cerita yang inovatif dan standar estetika yang tinggi telah menarik hati para penonton. Berikut adalah 11 film dalam dunia perfilman Korea yang beragam.
Foto: Zuma Wire/IMAGO
The Housemaid (1960)
Jauh sebelum tahun 2000-an, sebelum perfilman Korea Selatan benar-benar melejit, Kim Ki-young memproduksi "Hanyo" ("The Housemaid"), film erotis yang sampai sekarang masih dianggap sebagai salah satu film Korea terbaik sepanjang masa. Melodrama yang difilmkan dengan sempurna ini mengisahkan perselingkuhan antara pria kaya dan pembantu rumah tangga yang berujung pada kehancuran keluarga.
Foto: ANN / KOFA/picture alliance
Peppermint Candy (1999)
Film kedua karya sutradara Lee Chang-dong (foto) diawali dengan bunuh diri pengusaha Yongho. Kisah hidup Yongho kemudian diceritakan dalam alur mundur, dari masa saat ini ke masa lalu. Sedikit demi sedikit, terungkap penyebab keputusannya untuk mengakhiri hidup.
Foto: Jo Iwasa/AP/picture alliance
Oldboy (2003)
Film ini sendiri secara signifikan mendongkrak popularitas perfilman Korea Selatan. Menceritakan seorang pria yang dikurung di sebuah ruangan kecil selama 15 tahun. Setelah dibebaskan, dia melakukan aksi balas dendam. Film kedua, dalam trilogi balas dendam oleh Park Chan-wook, adalah mahakarya yang dipenuhi dengan adegan mimpi yang tak terlupakan.
Foto: Mary Evans/IMAGO
Spring, Summer, Fall, Winter ... and Spring (2003)
"Spring, Summer, Fall, Winter ... and Spring" merupakan mahakarya sutradara Kim Ki-duk. Dia kemudian dituduh melakukan pelecehan seksual di tengah gerakan #MeToo, dan meninggal karena komplikasi COVID-19 pada tahun 2020 dalam usia 60 tahun. Film yang menggambarkan siklus kehidupan yang tak terhentikan ini berkisah tentang seorang biksu Buddha dan muridnya yang menjalani masa hidupnya sampai tua.
Foto: Sony Pictures/Mary Evans/IMAGO
Memories of Murder (2003)
Karya spektakuler Bong Joon-ho ini dinilai sebagai film kriminal paling sukses dari Korea Selatan. Film ini didasarkan peristiwa nyata terkait seorang pembunuh berantai yang menewaskan 10 perempuan di utara negeri antara tahun 1986-1991. Dua petugas polisi berusaha menyelesaikan kasus ini, yang membuat banyak momen lucu meskipun film thriller ini memiliki topik yang berat.
Foto: Yonhap/picture alliance
Poetry (2010)
Disutradarai oleh Lee Chang-dong, film ini bercerita tentang pensiunan Yan Mi-ja, yang menderita demensia dini. Dia menghadiri kelas puisi untuk mempelajari kembali cara menangkap keindahan dunia dengan kata-kata. Saat kehilangan ingatan, dia secara bersamaan memperoleh kosa kata baru dan cara memandang sekelilingnya. Melalui matanya, penonton melihat tragedi yang terjadi.
Foto: Kino International/Courtesy Everett Collection/picture alliance
Right Now, Wrong Then (2015)
Film karya Hong Sang-soo (kiri) menceritakan kisah seorang sutradara terkenal yang tiba di sebuah kota untuk acara pemutaran film, di mana dia bertemu dengan seorang perempuan muda yang cantik. Mereka menghabiskan hari bersama. Perasaan serba salah menyelimutinya saat malam. Namun, pria itu mendapat kesempatan kedua. Apakah kisah ini berakhir bahagia?
Foto: Urs Flueeler/dpa/picture alliance
The Handmaiden (2016)
Drama erotis karya Park Chan-wook ini menceritakan pemburu warisan yang ingin mencuri uang seorang ahli waris. Dia menyamar sebagai pembantu dan berupaya membuat ahli waris jatuh cinta padanya. Namun, dia sendiri justru jatuh cinta dengan calon korbannya. Dikotomi sederhana antara yang baik dan yang buruk larut dalam tiga bagian dan melalui berbagai perspektif.
Foto: Cannes Film Festival / Handout/dpa/picture alliance
The Wailing (2016)
Dalam film thriller misteri dari Na Hong-jin ini, muncul orang asing di sebuah desa kecil. Tak lama kemudian, pembunuhan mengerikan mulai terjadi. Film horor ini mengacu pada berbagai motif genre, cerita rakyat kuno, dan kisah tentang pemujaan setan.
Foto: Cannes Film Festival / Handout/dpa/picture alliance
Parasite (2019)
"Parasite" bukan hanya film berbahasa non-Inggris pertama yang memenangkan Piala Oscar. Di banyak negara, film Korea ini menjadi yang paling banyak ditonton sepanjang masa. Film karya sutradara Bong Joon-hoo ini menyajikan kritik tajam terhadap kapitalisme lewat penggambaran sebuah keluarga dari lingkungan miskin di Seoul yang berhasil memasuki kehidupan satu keluarga kaya.
Foto: Yonhap/picture alliance
Decision to Leave (2022)
Thriller misteri dari Park Chan-wook (kanan atas) menceritakan seorang detektif yang jatuh cinta pada janda dari pria yang diduga meninggal karena kecelakaan. Film ini ditayangkan perdana di Cannes pada tahun 2022, dan memenangkan penghargaan sutradara terbaik. Decision to Leave diikutsertakan dalam Film Fitur Internasional Terbaik di Oscar 2023, tetapi gagal masuk babak final. (ha/yf)
Jung Jae-hoon, profesor di departemen kesejahteraan sosial di Universitas Perempuan Seoul, mengatakan "tidak masuk akal” untuk mengharapkan acara seperti ini akan menyebabkan angka kelahiran meningkat. "Anda perlu mengeluarkan lebih banyak uang secara langsung untuk mendukung kehamilan, persalinan, dan mengasuh anak,” katanya.
Meski banyak kritik, ribuan orang telah mendaftar untuk acara kencan kilat tahun ini yang diselenggarakan oleh Kota Seongnam. Wali Kota Seongnam Shin Sang-jin mengatakan, menyebarkan pandangan positif mengenai pernikahan pada akhirnya akan membantu meningkatkan angka kelahiran, tetapi itu hanya satu upaya dari banyak upaya lain yang harus dilakukan, misalnya menurunkan biaya perumahan dan pendidikan anak.
"Angka kelahiran yang rendah tidak dapat diselesaikan dengan satu kebijakan saja,” kata Shin Sang-jin. "Ini juga merupakan tugas kota untuk menciptakan lingkungan bagi orang-orang yang ingin menikah untuk menemukan pasangannya."
hp/as (Reuters)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.