Jumlah pemohon suaka di Jerman tahun ini diperkirakan turun jauh, setelah mencapai puncak tahun 2015. Jerman sekarang menerapkan skema dana insentif bagi mereka yang ingin pulang ke negaranya.
Iklan
Jumlah pencari suaka baru yang tiba di Jerman akan di bawah 200 ribu orang, kata Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere hari Minggu (17/12). Kepada surat kabar Jerman „Bild am Sonntag" dia mengatakan, jumlah kedatangan pemohon suaka baru yang diterima di Jerman pada akhir November mencapai sekitar 173 ribu orang.
Tahun 2015 pada puncak krisis pengungsi, Jerman membuka pintu dan menerima hampir satu juta pengungsi dan pemohon suaka. Tahun 2016 jumlahnya turun menjadi 280 ribu orang. Sebagian besar pengungsi datang dari Suriah, Irak dan Afghanistan.
Keputusan Kanselir Angela Merkel untuk menerima kedatangan ratusan ribu pengungsi pada tahun 2015 tanpa persiapan yang matang sempat memicu kritik, terutama dari kalangan konservatif kanan.
Kondisi itu dimanfaatkan partai populis kanan AfD yang mengangkat isu anti imigran dan anti Islam. Dalam pemilu nasional bulan September lalu, AfD berhasil mengumpulkan 13 persen suara dan menjadi fraksi ketiga terbesar di parlemen, setelah CDU/CSU dan SPD.
Penutupan rute Balkan dan pengawasan laut
Penurunan tajam jumlah pencari suaka kemungkinan besar dipengaruhi oleh kebijakan ketat untuk menutup apa yang disebut "rute Balkan". Inilah rute darat yang sering digunakan para pemohon suaka dari Timur Tengah untuk mencapai Eropa Barat, yaitu melalui Yunani, Makedonia, Serbia, Romania atau Turki. Salah satu elemen penting dalam kebijakan ini adalah kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki mengenai pengawasan arus pengungsi.
Sementara Italia, didukung oleh Jerman dan Uni Eropa, juga mengintensifkan pengawasan di Laut Mediterania untuk menghentikan arus migran dari Afrika utara.
Kebijakan pengungsi sempat menurunkan angka popularitas Kanselir Angela Merkel, yang harus berjuang meraih lagi kepercayaan publik dan dari partainya sendiri.
Mendagri puji skema dana insentif
Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere memuji keputusan pemerintah Jerman untuk membayar insentif keuangan dan mendorong pencari suaka yang permohonannya ditolak agar bersedia kembali ke negara asalnya.
Jerman sebelumnya juga memberikan pencari suaka yang ditolak bantuan keuangan untuk kembali ke negara asalnya, termasuk biaya yang berkaitan dengan perjalanan. Di bawah skema baru ini, satu keluarga sekarang dapat menerima hingga € 3.000 dan individu sampai € 1.000 jika mereka secara sukarela kembali ke negaranya sampai akhir Februari.
Menurut de Maiziere, Kementerian Dalam Negeri telah menerima sekitar 200 aplikasi dana insentif dalam 10 hari pertama setelah skema itu diluncurkan. Sebagian besar pemohon dana insentif berasal dari Rusia, Irak dan Afghanistan.
Para Imigran Yang Mengubah Wajah Dunia
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)