1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Anjing Pelacak Jerman Berpotensi Mendeteksi COVID-19

24 Juli 2020

Para peneliti di Jerman mengungkapkan anjing pelacak Bundeswehr dapat membedakan sampel pasien yang terinfeksi virus corona dengan yang sehat. Tingginya tingkat akurasi, diharapkan dapat diaplikasikan di kehidupan nyata.

Anjing pelacak Bundeswehr
Foto: picture-alliance/dpa/T. Frey

Para ilmuwan di Universitas Kedokteran Hewan Hanover telah menemukan bahwa anjing pelacak terlatih dapat digunakan untuk mendeteksi COVID-19 dengan tingkat akurasi yang relatif tinggi, ungkap sebuah studi yang dipublikasikan pada Kamis (23/07).

Delapan anjing pelacak dari Bundeswehr dilatih untuk membedakan antara mukus (lendir) dan air liur pasien yang terinfeksi virus corona dengan yang tidak terinfeksi. Mereka kemudian dihadapkan dengan sampel-sampel positif dan negatif secara acak oleh mesin.

Anjing-anjing tersebut mampu mendeteksi mukus yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dengan tingkat keberhasilan 83%, dan mukus yang tidak terinfeksi dengan tingkat 96%. Jika digabung, tingkat keberhasilan keseluruhan adalah 94%.

Dalam kesimpulan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Infectious Diseases, berdasarkan lebih dari 1.000 sampel yang diendus, tim peneliti mengatakan bahwa anjing dapat memainkan peran dalam mendeteksi individu yang terinfeksi.

Anjing pelacak yang biasanya dilatih untuk mencari bahan peledak atau narkoba ini juga telah digunakan sebelumnya untuk mendeteksi berbagai jenis kanker dan hipoglikemia pada penderita diabetes. Kemampuan tersebutlah yang memotivasi para ilmuwan untuk meneliti potensi kemampuan anjing pelacak untuk mendeteksi virus corona.

"Kami pikir ini berhasil karena proses metabolisme dalam tubuh pasien yang sakit benar-benar berubah dan kami berpikir bahwa anjing dapat mendeteksi aroma spesifik dari perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien tersebut," ujar Profesor Maren von Köckritz- Blickwede, seorang spesialis biokimia infeksi.

"Apa yang harus jelas adalah ini hanya studi awal," kata Holger Volk, ketua departemen kedokteran kelompok hewan kecil Universitas Kedokteran Hewan Hanover. "Ada banyak potensi untuk membawa ini lebih jauh - untuk benar-benar menggunakan anjing-anjing ini di lapangan."

Dalam kesimpulan penelitian, tim memproyeksikan penggunaan anjing pelacak untuk mendeteksi individu yang menular di tempat-tempat tertentu.

"Di negara-negara dengan akses tes diagnostik yang terbatas, anjing pelacak kemudian dapat memiliki potensi untuk digunakan mendeteksi massal orang yang terinfeksi," kata kesimpulan itu. "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami potensi dan keterbatasan penggunaan anjing untuk mendeteksi penyakit yang menyerang sistem pernapasan."

Sampel mukus dan air liur yang diendus anjing pelacak tersebut disebut tidak berbahaya. Namun, pertanyaannya adalah apakah anjing pelacak dapat mendeteksi virus corona aktif pada tubuh pasien.

Para peneliti juga meneliti seberapa baik anjing dapat membedakan antara sampel dari pasien COVID-19 dan sampel dari pasien yang memiliki penyakit lain seperti flu.

rap/pkp