Annan Siap Laporkan Hasil Kunjungan Suriah ke PBB
16 Maret 2012Laporan utusan khusus Liga Arab dan PBB untuk Suriah, Kofi Annan ditunggu dengan tegang di New York, Jumat (16/3). Mantan sekretaris jenderal PBB itu akan memberikan penilaiannya, menyangkut situasi aktual di Suriah yang dilanda konflik internal, yang sudah menewaskan sedikitnya 8.000 orang. Pembicaraannya dengan rezim penguasa di Damaskus belum lama ini dinilai gagal.
Para diplomat menyebutkan, penilaian Annan merupakan faktor yang amat menentukan bagi dimulainya kembali prakarsa Amerika Serikat dan mitranya, untuk merangkul Rusia dan Cina ke pihaknya, dalam menggulirkan resolusi yang mengecam tindakan rezim di Damaskus.
Utusan khusus Liga Arab dan PBB itu akan melakukan konferensi video jarak jauh dari Jenewa, untuk menyampaikan pendapatnya, mengenai pencarian solusi konflik berdarah di Suriah. Annan sebelumnya telah menyampaikan saran kepada rezim di Damaskus, antara lain segera dihentikannya pertempuran, dimulainya dialog dengan oposisi dan dibukanya akses bagi bantuan humaniter.
Pimpinan Suriah sudah bereaksi menanggapi saran Annan, namun masih banyak pertanyaan belum terjawab. Setahun setelah pecahnya aksi menentang rezim presiden Bashar al Assad, juga tidak terlihat pertanda aksi kekerasan akan segera berakhir.
Rusia tetap bela rezim Suriah
Sementara itu Rusia tetap melindungi rezim Bashar al Assad. Wakil menteri luar negeri Mikhail Bognanov menyatakan, keraguan atas legitimasi kekuasaan Assad adalah kontraproduktif. "Pernyataan yang menuntut Assad lengser tidak mendukung upaya perdamaian di negara yang dilanda perang itu", ujar Bognanov Jumat (16/3).
"Hal itu memberikan sinyal yang keliru kepada oposisi, bahwa dialog dengan Assad tidak ada gunanya. Rakyat Suriah harus menentukan sendiri siapa pimpinannya," tambahnya lagi.
Bognanov juga mengritik keputusan enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk yang menarik para duta besarnya dari Suriah.
Negara Teluk bereaksi tegas
Sebelumnya 6 negara anggota Dewan Kerjasama Teluk dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Riyadh, menyebutkan, sebagai tanda protes atas berlanjurnya aksi kekerasan terhadap oposisi, mereka menutup semua kedutaannya di Damaskus. Dewan Kerjasama Teluk terdiri dari Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab.
"Rezim di Suriah membantai rakyatnya sendiri, memilih opsi militer dan menolak semua prakarsa yang bertujuan mencari solusi krisis", kata sekretaris jenderal Dewan Kerjasama Teluk, Abdel Latif al Sajani. Ia juga mengimbau masyarakat internasional untuk bertindak tegas dan kompak, untuk mengakhiri pembantaian di Suriah.
Juga Uni Eropa sedang mempertimbangkan melakukan langkah serupa. Dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa pekan depan di Brussel, akan dibahas kemungkinan menutup seluruh 27 kedutaan anggota Uni Eropa di Damaskus.
Agus Setiawan (afp,dpa,rtr, dapd)
Editor : Vidi Legowo-Zipperer