Antara Bisnis dan Tradisi
31 Agustus 2012Di Venesia diputar karya seni, sementara bisnis dilakukan di Toronto. Demikian omongan dari kalangan perfilman. Kota Italia tersebut punya tradisi lama. Festival Venesia dianggap sebagai jenis festival film paling tua di dunia. Sebaliknya, Toronto baru dianggap sebagai pesaing serius sejak beberapa tahun terakhir. Festival film di Kanada ini dimulai beberapa hari setelah festival Venesia. Kini banyak sutradara dan produsen terkenal yang memilih untuk datang ke Toronto. Bukan suatu kebetulan, direktur festival Venesia yang baru, Alberto Barbera, mengumumkan keinginannya untuk mendirikan kembali pasar film di kota itu. Film dan lisensi bisa dibeli dan dijual disana. Film layar lebar adalah bisnis raksasa.
Di Venesia (29 Agustus - 8 September) tahun ini hanya dua film melibatkan Jerman yang turut berkompetisi. Sutradara Austria Ulrich Seidl memutar film barunya "PARADIES: Glaube" atau "surga: kepercayaan". Kisahnya tentang perempuan Katholik yang berusaha mengajak sesama warganya untuk bertobat. Saat suaminya, orang Mesir dan Muslim, kembali pulang, dimulai perang kecil pribadi menyangkut perkawinan dan agama. "PARADIES: Glaube adalah film yang bercerita tentang persimpangan jalan sebuah perkawinan dan kerinduan akan cinta", kata Ulrich Seidl.
Investasi Jerman bagi Sutradara Senior AS
Karya baru sutradara gaek Hollywood Brian De Palma "Passion" diproduksi dengan uang Jerman. Remake film jenis thriller Perancis ini bercerita tentang dua perempuan yang memperebutkan kekuasaan di dunia bisnis internasional. Syuting film sepenuhnya dilakukan di Berlin dan studio Babelsberg. Bintang film Jerman seperti Karoline Herfurth dan Rainer Bock juga turut bermain.
Bagi penggemar film Jerman, lebih menarik untuk menyimak acara sampingan dan pertunjukkan khusus yang digelar selama Festival Film Venesia. Pada pertunjukkan tengah malam akan diputar film "Du hast es versprochen" atau "Kamu sudah menjanjikannya", film pertama sutradara Berlin Alexandra Schmidt. Ini satu-satunya film produksi murni Jerman di Venesia tahun ini. Film "Du hast es versprochen" tentang dua sahabat perempuan yang setelah bertahun-tahun kembali bertemu. Hubungan keduanya berkembang menjadi mimpi buruk.
.
Di acara sampingan, juga diputar film yang dibuat dengan sokongan dana dari Jerman. Seperti film sutradara perempuan Haifaa Al-Mansour, "Wadjda". Ini film pertama yang diputar di Arab Saudi. Perusahaan Berlin Razor Film turut memproduksinya. Perusahaan film ini terkenal sejak terlibat pembuatan film bertema Timur Tengah, "Waltz with Bashir". "Wadjda" berkisah tentang anak perempuan berusia 11 tahun di ibukota Arab Riyadh yang ingin memenuhi impian hidupnya. Yakni memiliki sepeda. Di Arab Saudi, perempuan dilarang bersepeda. Film ini akan menjadi perdebatan di kampung halaman sang sutradara, walau tidak akan diputar di bioskop-bioskop Arab.
Pada Festival Film Internasional Toronto ke 37 (6-16 September) sekurangnya 29 film Jerman akan turut serta. Termasuk nama-nama yang sudah dikenal. Seperti Margarethe von Trotta dan Tom Tykwer. Film baru von Trotta "Hannah Arendt" bercerita tentang empat tahun menentukan dalam kehidupan filsuf Jerman-Yahudi Hannah Arendt, dimainkan oleh Barbara Sukowa.
"Cloud Atlas", film baru sutradara ternama Jerman Tom Tykwer diproduksi bersama dua sutradara lainnya, Lana dan Andy Wachoski, sosok di balik trilogi film Matrix. "Cloud Atlas" diadaptasi dari novel penulis AS David Mitchell. Sebagian besar syuting film dilakukan di Jerman. Biaya produksi sebesar 100 juta Dolar, bisa jadi merupakan film Jerman termahal sepanjang masa. Bintang utama film, antara lain Tom Hanks dan Halle Berry.
"Cloud Atlas" adalah gabungan film fantasi, melodrama, sejarah, dan fiksi ilmiah. Tidak heran, jika para produser memilih Toronto sebagai lokasi pemutaran perdana "Cloud Atlas". Tujuannya tentu agar pasar di Amerika Utara turut terjangkau. Karena di sana uang terbanyak bisa dihasilkan. Hanya di Amerika, dan tidak di Venesia, film dengan anggaran sebesar itu bisa dipasarkan dengan maksimal.
Jochen Kürten / Vidi Legowo-Zipperer
Editor : Hendra Pasuhuk