Greenpeace Indonesia kepada DW mengungkapkan dampak kerusakan hutan dan lahan yang terjadi di hampir seluruh Indonesia, yang memiliki kaitan dengan operasional bisnis Sukanto Tanoto.
Iklan
Nama pengusaha Sukanto Tanoto kembali mencuat ketika kolaborasi jurnalis internasional "OpenLux" mengungkap operasi pengemplangan pajak para miliarder dunia. Belum lama ini Sukanto dan anaknya, Andre Tanoto diketahui membeli sebuah gedung mewah di Düsseldorf dan bekas istana Raja Ludwig di München, Jerman yang harganya mencapai triliunan rupiah.
Daftar panjang kerusakan hutan dan konflik sosial yang melibatkan masyarakat adat turut mencoreng reputasi konglomerat dengan harta kekayaan 1,6 miliar dolar AS atau setara Rp 23,5 triliun itu (berdasarkan data Forbes per 10 Oktober 2020).
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Syahrul Fitra membeberkan "dosa” yang dilakukan Sukanto selama perjalanan kariernya yang berkaitan dengan perusakan hutan, konflik dengan masyarakat adat, dan kejahatan ekonomi.
"Kalau kejahatan kehutanan, misalnya, grup-grup perusahaan Royal Golden Eagle (RGE) yang di bawah kendali Sukanto Tanoto terlibat dalam kasus perusakan hutan alam besar ketika membangun hutan tanaman industri di Sumatera dan Kalimantan. Jutaan hektar sudah dikonversi untuk perkebunan kayu dan terus berlanjut hingga saat ini,” kata Syahrul kepada DW.
Melalui PT ITCI Hutani Manunggal (IHM), Sukanto memegang konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas lebih dari 161 ribu hektare di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kayu yang dihasilkan kemudian dipasok IHM ke PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), salah satu anak perusahaan Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL Group) yang bergerak di bidang kertas dan bubur kertas.
RAPP dan APRIL Group juga merupakan perusahaan milik Sukanto, di bawah kelola RGE.
Selain itu, tak heran jika Sukanto memiliki julukan "Raja Sawit” karena memiliki bisnis kelapa sawit mulai dari perkebunan, pabrik pengolahan, hingga perdagangannya. Seluruh bisnis tersebut di bawah payung Asian Agri dan Apical.
Upaya Dunia Kembalikan Hutan yang Hilang
Hutan mencakup sekitar sepertiga dari luas daratan di dunia. Namun, selama beberapa dekade, hamparan tersebut telah banyak berkurang. Banyak negara akhirnya melakukan berbagai upaya mengembalikan pohon-pohon yang hilang.
Foto: picture-alliance/dpa/All Canada Photos
Cina
Beijing telah meningkatkan upaya untuk menanam miliaran pohon di seluruh kota di Cina, terutama wilayah bagian utara yang terancam seperti gurun. Pemerintah telah berjanji untuk meningkatkan luas hutan hingga 30% sampai tahun 2050. Meskipun, data dari World Bank mengatakan hanya ada 22% peningkatan luas hutan. Para kritik berkata bahwa spesies asing dan pertanian monokultur mengancam sumber air.
Foto: picture-alliance/dpa/Xinhua News Agency
Irak
Di Irak, hujan yang terbatas, menurunnya permukaan air, kenaikan suhu yang tinggi dan situasi keamanan yang tidak stabil dapat memperburuk penggurunan. Terinspirasi dari teknik yang dipakai di Cina, Irak memakai kotak jerami untuk menahan tanah dan menyediakan dasar untuk rumput, tanaman yang lebih besar. Para ahli berharap upaya ini dapat menahan bukit pasir.
Foto: picture-alliance/dpa/Photoshot/K. Dawood
Niger
Niger telah mengambil langkah yang berbeda. Petani lokal membantu penghijauan kembali seluas 50.000 kilometer persegi dengan berbagai tumbuhan lokal dan teknik menumbuhkan pohon dari akar yang sudah ada. Teknik ini dikembangkan oleh ahli agronomis dari Austalia, Tony Rinaudo yang telah diakui oleh Right Livelihood Award pada tahun 2018.
Foto: CC / vodkamax
Burkina Faso
Salah satu program PBB, yakni REDD+ kini membantu petani dalam upaya menanam pohon dengan skala yang besar, hingga lebih dari 300.000 hektar tanah untuk membantu mitigasi penggurunan di Burkina Faso. Hutan-hutan di Burkina Faso terancam karena perluasan peternakan dan pertumbuhan penduduk.
Foto: picture alliance / Roberto Nistri
India
Upaya penanaman pohon menjadi upaya yang sangat besar di India, negara yang hampir 30% tanahnya mengalami degradasi karena peternakan, urbanisasi, dan penggurunan. Warga India telah bergabung dalam kampanye untuk memecahkan rekor dengan menanam ribuan juta bibit. Pemerintah berjanji untuk mengembalikan 26 juta hektar tanah pada tahun 2030.
Foto: picture-alliance/AP/R. Kumar Singh
Peru
Hutan hujan Amazon terancam karena peternakan, ekstraksi sumber daya dan kebakaran yang terjadi pada tahun 2019. Deforestasi di Brasil mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade tahun lalu. Di negara tetangga Peru, upaya reboisasi menargetkan lahan yang rusak oleh penambangan emas ilegal, serta situs arkeologi Machu Picchu, yang berisiko longsor dan kebakaran hutan.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/R. Abd
Australia
Kebakaran hutan yang terjadi di Australia memusnahkan seperlima hutan dan membunuh sekitar 1 miliar hewan. Pada bulan Desember, World Wide Fund for Nature meluncurkan rencana untuk "menyelamatkan dan menumbuhkan" 2 miliar pohon pada tahun 2030. "Solusi ini dapat dicapai dengan melindungi pohon yang ada, memungkinkan hutan yang ditebang untuk beregenerasi dan menanam pohon baru," kata WWF.
Seorang veteran penanam pohon dari Kanada telah melakukan reboisasi selama beberapa dekade di lahan pribadi dan publik. Undang-undang mewajibkan industri kehutanan untuk menanam kembali setelah tebang habis. Dalam kampanye pemilihan 2019, Perdana Menteri Justin Trudeau berkomitmen untuk menambah 2 miliar pohon selama dekade berikutnya.
Foto: picture-alliance/dpa/All Canada Photos
Inggris
Di Inggris utara, pohon-pohon hanya menutupi 7,6% dari pedesaan. Tapi Hutan Utara baru akan dibentuk dari Liverpool barat ke Hull timur selama 25 tahun ke depan. Hal ini mengikuti keberhasilan Hutan Nasional yang berada lebih jauh ke selatan. Diharapkan dengan lebih banyak pohon akan membantu meringankan perubahan iklim, mengurangi banjir dan menciptakan lapangan kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/Loop Images
Jerman
Pada KTT hutan nasional September lalu, Berlin mencurahkan € 800 juta (sekitar 13 triliiun rupiah) untuk membantu merawat dan mengisi kembali pohon-pohon di seluruh Jerman, yang telah menderita akibat cuaca panas dan kering, juga serangan kumbang. Pakar kehutanan sedang mencari spesies asli yang kuat yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Pförtner
Indonesia
Penebangan liar menjadi masalah bagi Indonesia selama bertahun-tahun. Selain karena praktik industrialisasi, kondisi hutan kini memburuk karena lemahnya penegakan hukum. Hal ini membuat Yayasan Lindungi Hutan Indonesia menginisiasi upaya menanam lebih dari 50.000 pohon di beberapa wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, WWF-Indonesia juga ikut serta dalam penanaman lebih dari 127.000 bibit mangrove.
Foto: CC BY 2.0/Ron from Nieuwegein
Rumania
Penebangan liar yang meluas - sebagai akibat dari perusahaan kayu dan pembuat furnitur di Eropa Barat - menghancurkan beberapa hutan di Eropa. Menurut Greenpeace, Rumania kehilangan sekitar 3-9 hektar hutan per jam karena perusahaan kayu yang tidak jujur. Pada awal 2020, Kementerian Lingkungan Hidup mengumumkan rencana untuk menanam kembali lebih dari 1.000 hektar hutan yang terkena dampak ini.
Pada 2015, bencana kebakaran dan kabut asap diperkirakan menghanguskan 2,6 juta hektare lahan dan hutan yang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 220 triliun, serta menjadi salah satu faktor penyebab lebih dari 100 ribu kematian dini.
Hingga September 2019, luas areal terbakar diperkirakan mencapai 857.756 hektare. Kebakaran pun terus berlanjut hingga bulan Oktober. Dampak paling nyata adalah penderitaan jutaan orang yang hidup dalam pekatnya asap selama berbulan-bulan.
"Soal perusakan hutan, dia juga terlibat kasus kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 dan 2019. Namun sebenarnya dari semua periode kebakaran itu, perusahaan Sukanto terlibat. Selama 2015-2019, ada 65 ribu hektare luas area terbakar dan kerusakan terbesarnya itu terjadi saat mendekati tahun 2015. Periode sebelum 2015, mereka hajar habis-habisan mengkonversi hutan-hutan alam di Riau,” ujar Syahrul.
Akibat kasus kebakaran hutan, perusahaan-perusahaan yang dimiliki pria bernama asli Tan Kang Hoo itu menerima banyak tekanan dari para konsumennya di dalam dan luar negeri, hingga akhirnya pada tahun 2015 APRIL Group menerbitkan kebijakan sustainable forest management policy (SFMP) atau pengelolaan hutan lestari versi 2.0.
Kebijakan tersebut memastikan kegiatan bisnis perusahaan yang bebas dari deforestasi dengan menghentikan pemanenan kayu yang bukan berasal dari tanaman dan memperkuat upaya konservasi alam.
Namun komitmen itu tampaknya tidak membuahkan hasil yang maksimal ketika kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi pada tahun 2019. "Pasca kebakaran 2015 mereka wajib merestorasi lahan gambut. Tetapi dimana restorasi itu dilakukan dan seperti apa bentuk restorasi yang mereka lakukan itu kami tidak bisa melihat dan mengakses sejauh mana kemajuannya. Buktinya tahun 2019 kebakaran terjadi lagi, ini artinya upaya restorasi tidak efektif,” tegas Syahrul.
"Jika benar sudah melakukan restorasi, seharusnya mereka eskpose ke publik.”
Iklan
Konflik sosial dan kejahatan ekonomi
Berdasarkan hasil investigasi Rainforest Action Network (RAN) yang dirilis pada tahun 2020, organisasi lingkungan itu menemukan bahwa APRIL Group melanggar komitmen Nol Eksploitasi dan berkonflik dengan lebih dari 500 kelompok masyarakat. Contohnya di wilayah Danau Toba, Sumatera Utara, lebih dari 3.000 keluarga terdampak operasional perusahaan bubur kertas Toba Pulp Lestari milik APRIL.
Hingga saat ini kelompok masyarakat adat terus berupaya merebut kembali hutan dan tanah adat mereka yang membentang di lebih dari 25 ribu hektare.
"Konflik sosial yang melibatkan grup-grup perusahaan APRIL dan RGE, mereka masuk ke dalam lokasi itu terkadang tidak melibatkan masyarakat sehingga mereka tidak tahu dan tiba-tiba hutannya sudah dibuka dan dikuasai perusahaan,” ujar Syahrul.
Syahrul juga mengungkapkan belum lama ini, Toba Pulp Lestari memanipulasi laporan ekspor produk pulp yang menjadi bahan dasar untuk baju yang diproduksi perusahaan retail fashion Zara dan H&M.
Terkait kejahatan ekonomi, pada tahun 2012 Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan denda Rp 1,259 triliun atas kasus penggelapan pajak yang dilakukan 12 staf dan direksi Asian Agri, perusahaan milik Sukanto Tanoto.
Pada 17 September 2014, Asian Agri berhasil melunasi pembayaran denda tersebut. Asian Agri juga mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung dan dikabulkan, sehingga membatalkan putusan pengadilan pajak pada tahun 2015 dan pemerintah diharuskan mengembalikan Rp 2,8 triliun. (ha/as)
Tanah Hutan Butuh Puluhan Tahun Untuk Pulih dari Si Jago Merah
Kebakaran dan penebangan hutan adalah perusakan hutan yang sistematis. Peneliti memperingatkan tanah hutanlah yang menanggung beban terberat untuk benar-benar teregenerasi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Tertimbun di bawah permukaan yang hitam
Ketika Yunani tengah bersedih atas kebakaran hutan yang menelan sebanyak 80 korban jiwa musim panas lalu, para peneliti dari Australian National University (ANU) menemukan bahwa tanah hutanlah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk pulih dari keganasan api. Para ilmuan hanyalah awal untuk mengerti bagaimana dan sejauh mana api berdampak pada kehidupan di bawah permukaan hutan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Karmaniolas
Tanah butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk pulih
Ilmuwan Australia dalam studi terakhirnya menemukan bahwa pemulihan tanah hutan akibat kebakaran membutuhkan waktu 80 tahun dan 30 tahun akibat pembabatan pohon. Meneliti di lebih 80 lokasi area perhutanan di tenggara Australia, para peneliti menguji lebih dari 700 sampel tanah yang mengalami sembilan tipe kerusakan berbeda – termasuk kebakaran, pembabatan, dan penebangan pasca kebakaran.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Enam bulan berlangsung
Enam bulan pasca kebakaran hutan mengepung area di barat daya Berlin pada musim panas 2018, sebagian besar dari tanah yang terdampak telah dibersihkan. Banyak dari pepohonan yang tersisa menjadi hitam. Para ilmuan percaya selain kebakaran hutan itu sendiri, pascakebakaran bisa mengakibatkan hilangnya nutrisi tanah dan berdampak panjang pada tanah hutan.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Intervensi manusia menggangu siklus alam
Di banyak tempat, kebakaran hutan adalah bagian penting dari siklus alam. Beberapa pohon, seperti eucalyptus, membutuhkan api untuk melepas bibitnya. Peneliti mengatakan bahwa api akibat kebarakaran yang baru saja terjadi sebetulnya bisa menyuntikkan nutrisi dalam jumlah banyak ke dalam tanah. Tetapi, kekeringan yang berkepanjangan, penebangan dan pemadaman api bisa merusak siklus alami ini.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Ekosistem kuno memusnahan sampai ke dasar
Pinhal de Leiria, hutan di Portugal berusia 700 tahun ini musnah ketika kebakaran menghantam sepenjuru Eropa pada musim panas 2018 lalu. Delapan puluh persen dari area hutan – rumah bagi serangga, burung dan mamalia – hancur mengenaskan. Terlepas dari bantuan relawan lokal, tetap saja untuk regenerasi tanah butuh waktu setengah abad.
Foto: picture-alliance
Hilangnya nutrisi penting
Selama kebakaran berlangsung, suhu tanah bisa mencapai 500 derajat celcius, memicu hilangnya nutrisi pertumbuhan, seperti fosforus, karbon organic dan nitrat. Tanah hutan jauh lebih sulit untuk pulih jika kebakaran terus terjadi di lokasi yang sama. Tanpa nutrisi tersebut, tanah tidak akan mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan menyimpan karbon.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Lehti
Hilang tanah, hilang kehidupan
Tanah adalah hal yang esensial untuk ekologi hutan. Tanah adalah fondasi bagi kehidupan bawah tanah . Ilmuwan menyatakan manfaatnya bagi pertumbuhan tanaman, menutrisi komunitas seperti jamur dan bakteri. Mereka menyimpan karbon dalam jumlah banyak.
Foto: picture-alliance/F. Herrmann
Bukan hanya api
Bukan hanya api yang merusak komposisi tanah. Pembabatan hutan dengan mesin dan pembakaran puing-puing sisa penebangan juga berdampak. Penebangan berdampak pada terpaparnya permukaan tanah hutan, pemadatan tanah, pelepasan nutrisi tanah dan karbon dioksida ke atmosfer.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Tahun-tahun panas menanti
Hutan Treuenbritzen di Jerman hanyalah bayangan dari kejayaan terdahulu. Hampir seluruh pohon yang ada adalah batang yang berabu dan tanah hutan menjadi hitam. Hutan ini tengah menghadapi masalah serius untuk bisa regenerasi. Kekeringan menjadi ancaman bagi kebakaran hutan selanjutnya dan menjadikannya sebagai siklus lain dari hutan untuk bisa tumbuh kembali.