1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikFinland

Antisipasi Ancaman Rusia, Finlandia Bangun Pagar Pertahanan

20 April 2023

Finlandia memperkuat pertahanan di perbatasan untuk menghadapi potensi ancaman dari Rusia. Sejak invasi Ukraina, negara yang baru saja masuk NATO ini mulai menyusun strategi pertahanan jika diserang.

Perbatasan Finlandia-Rusia di Imatra
Perbatasan Finlandia-Rusia di ImatraFoto: Teri Schultz/DW

Finlandia sejak dulu menjadi target ancaman dari Moskow. Sejak menjadi anggota terbaru NATO, negara itu meningkatkan kesiagaan di kawasan perbatasannya. "Kami sudah tahu bahwa garis merah untuk Rusia adalah aksesi kami ke NATO,” kata Juha Martelius, wakil direktur jenderal kebijakan pertahanan Kementerian Pertahanan Finlandia. "Kami sedang menunggu semacam reaksi" setelah bendera biru-putih Finlandia dikibarkan di markas NATO pada 4 April lalu.

Memang rencana pembangunan pagar pertahanan sepanjang 200 kilometer di sepanjang perbatasan timur sudah ada sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Tapi sekarang, ancaman dari Timur semakin nyata.

Dalam beberapa tahun terakhir, setiap negara Uni Eropa dan NATO yang berbatasan dengan Rusia atau Belarus telah menjadi sasaran gelombang besar pencari suaka yang dikendalikan oleh Moskow. Latvia, Lituania, dan Polandia mengalami kedatangan pengungsi terbanyak pada 2021. Tetapi arus pengungsi juga terjadi pada tahun 2015 dan 2016 di perlintasan perbatasan di Lapland Finlandia. Dari negara-negara ini, Finlandia menjadi negara terakhir yang memutuskan membangun pagar pertahanan. Dan ternyata pembangunan pagar pertahanan itu kini menjadi kepentingan mendesak.

Bendera NATO berkibar di Balai Kota HelsinkiFoto: Teri Schultz/DW

'Tahun Nol' dimulai sekarang

"Kami telah melihat apa yang telah dilakukan Rusia di Ukraina, jadi segalanya mungkin terjadi," jelas Juha Martelius. "Setelah itu, orang-orang menyadari bahwa ini adalah 'tahun nol' untuk hubungan baru kami dengan Rusia. Tidak masalah hasil akhir seperti apa yang akan terjadi di Ukraina: Kami akan memiliki hubungan yang sama sekali berbeda dengan Rusia daripada sebelumnya."

Di Imatra, kota yang paling dekat dengan proyek pagar pertahanan, Walikota Matias Hilden mengatakan tidak ada yang antusias dengan proyek tersebut, tetapi warga sudah menerimanya. "Agak sedih bahwa kami membutuhkannya," katanya kepada DW dalam sebuah wawancara di Balai Kota Imatra.

Dia menjelaskan bahwa satu dekade yang lalu, bahasa Rusia sudah umum terdengar di toko atau spa, dan mobil mewah asal Rusia adalah pemandangan biasa di jalan-jalan kota, yang terletak hanya hanya 7 kilometer dari perbatasan.

"Orang Rusia biasa membeli properti " di daerahnya pada waktu itu, kata Matias Hilden. Para pelancong Rusia juga menjadi sumber penghasilan bagi warga setempat. Beberapa dari bisnis itu memang harus tutup ketika ada pandemi COVID-19. Tetapi situasi makin memburuk setelah turis Rusia sama sekali tidak datang lagi karena sanksi yang diberlakukan Barat terhadap Rusia.

Matias Hilden mengatakan, sekarang tidak ada yang mengharapkan kembalinya hubungan persahabatan. "Baik untuk mempersiapkan ancaman yang mungkin akan terjadi di masa depan," tambahnya.

Penjaga perbatasan Finlandia, Kolonel Mika RytkonenFoto: Teri Schultz/DW

Penjaga perbatasan: 'Kita harus siap'

Menteri Pertahanan Juha Martelius mengatakan, di Kementerian Pertahanan juga ada kekhawatiran tentang kemungkinan Rusia menyerang. "Kami sudah tahu bahwa Rusia bersedia menggunakan kekuatan militer dalam beberapa kasus ekstrem. Sekarang kami tahu, Rusia juga siap menggunakan kekuatan militer dalam kasus-kasus yang tampaknya tidak ekstrem."

Kolonel Mika Rytkonen, komandan satuan penjaga perbatasan Finlandia, menekankan bahwa tidak ada indikasi Rusia berencana untuk melancarkan serangan besar. Tetapi jika itu terjadi, hal itu akan berlangsung dalam waktu yang "sangat singkat."

Namun dia menambahkan, "apakah ada yang tahu apa yang akan dilakukan Rusia di masa depan? Setidaknya saya tidak tahu. Tapi kita harus siap."

(hp/gtp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait