Antrabez: Grup Band Narapidana Luncurkan Album Perdana
1 November 2016
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan di Kerobokan, Bali, membentuk grup band bernama Antrabez (Anak Terali Besi). Delapan narapidana narkoba itu baru saja merilis album perdananya; "Saatnya Berubah".
Iklan
Para penghuni Lembaga Pemasyarakatan di Kerobokan, Bali, membentuk grup band bernama Antrabez (Anak Terali Besi). Delapan narapidana narkoba itu baru saja merilis album perdananya.
Nama band mereka Antrabez, akronim dari "anak terali besi", dibentuk bulan Juli lalu. Personelnya delapan orang, enam pria dan dua wanita: Oktaf, Rifa, Miky, Daus, Ronald, Febri, Tantri, dan Sila. Hukuman penjara mereka bervariasi dari tiga bulan sampai empat tahun. Minggu lalu, Antrabez meluncurkan albumnya dari balik dinding penjara.
Di areal penjara di pulau lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar, Bali, delapan orang anggota rock band ini berlatih dan menggubah lagunya. Mereka mengangkat tema-tema sosial, antara lain soal penyalahgunaan narkoba.
"Orang-orang di luar sana bisa mengatakan bahwa kita adalah sampah masyarakat," kata gitaris Oktav Sicilia, 35 tahun, yang dihukum tiga tahun penjara karena kepemilikan ganja.
"Tapi kadang-kadang, sampah berguna - ketika kita daur ulang sampah, kadang-kadang kita menciptakan produk yang lebih baik," kata dia.
Lewat program rehabilitasi di penjara, yang diberikan kepada orang-orang yang tertangkap menggunakan narkotika dan obat dalam jumlah kecil, mereka mendapat instrumen memberikan band dengan instrumen.
Sicilia mengakui, sulit menemukan waktu untuk berlatih sebagai narapidana dalam kelompok campuran lelaki dan perempuan. Kadang-kadang tidak semua anggota bisa tampil.
Meskipun harus berjuang keras, band ini terus berusaha mencari dana untuk merilis album perdananya yang diberi judul "Saatnya Berubah".
Otoritas Lembaga Pemasyarakatan di kerobokan berharap, keberhasilan mereka akan menjadi contoh manfaat dari program rehabilitasi narapidana narko. Mereka akhirnya bisa melakukan rekaman di sebuah studio komersial.
Jokowi dan Ilusi Hukuman Mati
Presiden Jokowi menggunakan hukuman mati sebagai jurus andalan dalam perang melawan narkoba. Padahal berbagai studi ilmiah membuktikan hukuman mati tidak mampu menurunkan angka kejahatan. Oleh Rizki Nugraha
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
Keyakinan Jokowi
Gigih cara Presiden Joko Widodo membela hukuman mati. Indonesia berada dalam darurat narkoba, dalihnya, meski angka kematian akibat narkoba jauh lebih rendah ketimbang rokok atau akibat kecelakaan lalu lintas. Tapi realitanya hukuman mati adalah hukum positif di Indonesia dan dia yakin, membunuh pelaku bisa menciptakan efek jera buat yang lain. Benarkah?
Foto: Reuters/Olivia Harris
Pepesan Kosong
Studi ilmiah di berbagai negara menyebutkan sebaliknya. Hukuman mati tidak serta merta mampu mengurangi kriminalitas. Sebuah penelitian di Amerika Serikat oleh American Civil Liberties Union bahkan menemukan negara bagian yang menerapkan hukuman mati justru mengalami peningkatan tindak kriminal. Kepolisian AS juga menganggap eksekusi mati sebagai cara paling tidak efektif memerangi kriminalitas
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Sato
Jagal Paling Produktif
Hukuman mati di Indonesia adalah peninggalan era kolonial Belanda. Rajin diterapkan oleh Suharto buat melenyapkan musuh politiknya, hukuman mati kemudian lebih banyak dijatuhkan dalam kasus pembunuhan. Pada era Jokowi pemerintah aktif menggunakan hukuman mati terhadap pengedar narkoba, jumlahnya lebih dari 60 eksekusi, baik yang sudah dilaksanakan atau masih direncanakan.
Cacat Keadilan
Sejak menjabat presiden 2014 silam, Jokowi telah memerintahkan eksekusi mati terhadap lebih dari 60 terpidana. Celakanya dalam kasus terpidana mati Pakistan, Zulifkar Ali, proses pengadilan diyakini berlangsung tidak adil. Ali diklaim mengalami penyiksaan atau tidak didampingi penerjemah selama proses persidangan, tulis Jakarta Post.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Nagi
Bantuan dari Atas
Terpidana mati lain, Freddy Budiman, bahkan mengklaim mampu mengedarkan narkoba dalam skala besar dari dalam penjara berkat bantuan pejabat di kepolisian dan Badan Narkotika Nasional. Sejauh ini tidak satupun pejabat tinggi kepolisian yang pernah diselidiki terkait tudingan semacam itu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Nur
Pendekatan Keamanan
Kendati terbukti tidak efektif, pemerintahan Jokowi menjadikan hukuman mati sebagai ujung tombak dalam perang melawan narkoba. Ironisnya pemerintah terkesan belum serius menyelamatkan pengguna dari ketergantungan. Saat ini BNN cuma memiliki empat balai rehabilitasi di seluruh Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Solusi Buntu
Menurut BNN, tahun 2011 kasus penyalahgunaan narkoba mencapai hingga 2,8 juta orang. Angka tersebut naik sebesar 0,21 persen dibandingkan tahun 2008. Tapi kini tingkat penyalahgunaan narkoba diyakini meningkat menjadi 2,8 persen alias 5,1 juta orang. Padahal hukuman mati sudah rajin diterapkan terhadap pengedar narkoba sejak tahun 2004.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Uang Terbuang?
Terlebih eksekusi mati bukan perkara murah. Untuk setiap terpidana, Polri menganggarkan hingga 247 juta, sementara taksiran biaya versi Kejaksaan Agung berkisar di angka 200 juta. Artinya untuk 60 terpidana mati yang telah atau masih akan dieksekusi, pemerintah harus mengeluarkan dana hingga 15 milyar Rupiah.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/S. Images
Geming Istana
Beberapa pihak bahkan mengatakan satu-satunya yang berhasil dicapai Jokowi dengan mengeksekusi mati pengedar narkoba adalah memancing ketegangan diplomasi dengan negara lain. Namun begitu Jokowi bersikeras akan tetap melanjutkan gelombang eksekusi mati terhadap terpidana narkoba.
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
9 foto1 | 9
"Ketika mereka rekaman, ada tim pengawal yang diturunkan. Namun tidak mungkin saya borgol mereka, bagaimana main gitar kalau diborgol. Jadi saya ikat mereka dengan hati saya," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan kerobokan, Slamet Prihantara.
Hari Sabtu lalu (29/10), Antrabez tampil dalam konser di penjara sesama narapidana dan penjaga penjara. tanpa pemain gitar bas mereka. Album baru mereka berisi tujuh lagu.
Mereka juga baru saja merilis dua video musik, salah satunya berjudul "Syukuri Ujianmu" yang menampilkan gambar-gambar hitam dan putih dari kehidupan penjara.
Kepala Lapas Slamet Prihantara yang menghubungi produser video Erick Est untuk membantu Antrabez.
"Ketika saya pertama kali belajar lagu-lagu mereka, ternyata mereka benar-benar bagus, sangat menyentuh, dan semuanya tentang kisah nyata mereka," kata Erick Est.
Narkoba yang Bisa Ditemukan di Rumah Anda
Di dapur atau di kamar mandi, zat-zat yang memabukkan ternyata bisa ditemui di rumah, tanpa kita menyadarinya. Jika tidak hati-hati, bumbu dan obat ini bisa menuntun pada kecanduan, bahkan pada kematian.
Foto: Fotolia/alco81
Obat Anti Mabuk Perjalanan
Obat ini mengandung Diphenhydramin, yang dalam dosis yang tepat dapat mencegah rasa mual dan pusing. Namun Diphenhydramin dapat mengakibatkan halusinasi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Ini karena, Diphenhydramin memicu apa yand disebut sindrom antikolinergik, yang dapat mempercepat detak jatung, dan dapat mengakibatkan kejang-kejang.
Foto: Fotolia/Doruk Sikman
Biji Pala
Dianggap sebagai alternatif murah bagi pecandu ectasy. Myristicin merupakan kandungan senyawa aktif pala yang dapat memabukkan. Dalam jumlah besar, pala bisa mendorong orang menjadi hiper aktif dan dapat menyebabkan halusinasi selama beberapa hari. Empat gram biji pala mampu membuat orang mabuk. Mengkonsumsi lebih dari 20 gram pala, dapat menyebabkan delirium parah dan bahkan menghentikan jantung.
Foto: Colourbox
Sirup Obat Batuk
Dosis tepat sirup obat batuk yang mengandung Dextromethorphan (DXM) dapat meredakan batuk Anda. Namun jika diteguk satu botol, obat ini bisa mengakibatkan halusinasi, paranoia dan pusing. Dosis tinggi obat ini memicu produksi hormon Dopamin dan memblokir reseptor yang disebut NMDA. Penyumbatan ini dapat mengakibatkan skizofrenia.
Foto: Fotolia
Pembersih Cat Kuku, Lem, Cat, Pernis, Spidol
Narkoba sederhana, mudah didapat, murah…. dan sangat berbahaya. Benda-benda ini kerap disalahgunakan oleh para remaja, dengan cara menghirupnya. Paru-paru akan menghisap 50 persen gas dari produk kimiawi ini. Jika senyawa gas ini masuk ke aliran darah, sel darah merah akan mengangkutnya ke otak, menyebabkan halusinasi.
Foto: picture-alliance/dpa
Deodoran
Kaleng deodoran biasanya diisi dengan gas propana atau butana. Gas ini mudah larut dalam lemak dan karena itu cepat didistribusikan ke otak. Jika dihirup, gas butana akan menggantikan oksigen dalam darah, dan menembus sistem saraf. Tubuh akan melepaskan adrenalin dalam jumlah besar, membuat orang mabuk.
Foto: imago/CTK/CandyBox
Plester Penghilang Rasa Sakit
Fentanyl unsur aktif pada plester bagi pasien penderita kanker atau gangguan persendian untuk menghilangkan rasa sakit lebih kuat hingga 100 kali dibandingkan dengan morfin. Para pecandu narkoba mengkonsumsi Fentanyl dengan cara dihisap atau ditelan. Konsumsi berlebihan kerap berujung pada kematian, karena fentanyl dapat memperlambat pernafasan.