Apa Benar Jerman Kekurangan Tenaga Kerja Terampil?
Klaus Ulrich
2 Mei 2019
Seberapa besar kekurangan pekerja terampil di Jerman? Di beberapa sektor industri, pekerja memang langka dan perusahaan kesulitan merekrut tenaga kerja baru. Sektor apa saja?
Iklan
"Jerman tidak kekurangan tenaga kerja terampil," kata pakar pasar kerja Karl Brenke dari Institut Penelitian Ekonomi Jerman (DIW) kepada DW. Namun dia mengakui, ada masalah di beberapa sektor, tapi hal itu tidak berlaku secara umum.
Kelangkaan tenaga kerja saat ini memang terasa, terutama di sektor-sektor industri yang berkembang pesat. Tapi jika perekonomian mengalami kelesuan, masalahnya tidak terlalu mendesak lagi.
Menurut Brenke, kurangnya tenaga kerja terampil yang dialami saat ini sebenarnya kesalahan pelaku ekonomi sendiri. Karena ketika bisnisnya mengalami perkembangan baik, mereka tidak memberi terlalu banyak perhatian untuk mendidik tenaga-tenaga terampil atau membuat profesi itu atraktif bagi tenaga kerja baru.
"Contohnya di sektor perawatan, di mana kondisi kerjanya buruk dan upahnya rendah. Cepat atau lambat, tenaga kerja terampil makin langka," kata Karl Brenke. Hal yang sama berlaku bagi tenaga pengajar untuk banyak bidang pendidikan dan pelatihan. "Kita seperti tertidur di belakang kemudi, dan sekarang ada kemacetan di beberapa bidang kerja." Namun secara keseluruhan, Jerman tidak punya masalah besar memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil.
Belum ada peningkatan upah yang drastis
Diskusi tentang kekurangan pekerja terampil telah berlangsung selama bertahun-tahun. Para pengamat berpendapat, jika kelangkaan kerja memang benar-benar mencolok, maka di sektor-sektor tertentu, tingkat upah dan gaji akan melonjak drastis. Namun, hal ini nyatanya belum terjadi.
"Pasar tenaga kerja tidak berbeda dengan pasar lain. Ketika barang-barang tertentu langka, harga naik. Di pasar kerja, itu berarti upah harus naik, tapi kita belum melihatnya," kata pengamat pasar kerja Karl Brenke.
Tren upah saat ini memang tidak seburuk 10 tahun yang lalu, tetapi tingkat kenaikan masih moderat dan tidak luar biasa. Itu sebabnya Brenke menyimpulkan, kelangkaan tenaga kerja terampil di Jerman tidak berlaku secara keseluruhan."
Kelangkaan di beberapa sektor
Di beberapa sektor, seperti bidang perhotelan, gastronomi dan perawatan kesehatan,tenaga kerja terampil memang makin langka. Banyak lowongan kerja yang tidak terisi. Perusahaan-perusahaan cenderung berusaha mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada, dengan memberi insentif tambahan, atau menawarkan penundaan masa pensiun dengan imbalan menarik.
Dari Jakarta ke Pulheim: Cerita Seorang Au Pair di Jerman
Herwina adalah seorang Au Pair dari Jakarta yang kini tinggal bersama satu keluarga Jerman di Pulheim, Jerman. Simak ceritanya dalam sajian galeri gambar berikut ini.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Au Pair di keluarga Jerman
Herwina, pemudi 23 tahun asal Jakarta ini sekarang bermukim di Pulheim, kota kecil dekat Köln untuk menjalani program Au Pair. Sebagai seorang Au Pair lulusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Jakarta ini tinggal bersama dan menjadi bagian dari satu keluarga yang disebut “Gastfamilie”. Gastfamilie Herwina di Pulheim adalah keluarga Hübner, yang memiliki dua anak.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Anggota keluarga baru
Seorang Au Pair adalah bagian dari Gastfamilie. Begitu pula halnya bagi Herwina yang adalah bagian dari keluarga Hübner. Untuk kedua anak keluarga Hübner, Lou dan Kian, Herwina dianggap sebagai kakak. Tugas Herwina adalah menjemput Kian pulang dari TK, lalu menemani Kian dan kakaknya, Lou, bermain dan belajar.
Foto: privat
Wajib memiliki kemampuan bahasa Jerman dasar
Herwina memanfaatkan waktu luangnya di pagi hari untuk memperdalam kemampuan Bahasa Jermannya. Oleh karena itu, ia mengunjungi kelas bahasa Jerman di Volkhochschule (VHS) Köln. Di sana ia belajar bahasa Jerman level B2. Peningkatan kemampuan bahasa menjadi satu bentuk hak yang dinikmati seorang Au Pair. Berbagai biaya terkait sekolah bahasa ditanggung oleh Gastfamilie.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Satu tahun bersama
Salah satu tujuan Herwina menjadi Au Pair adalah karena keinginannya yang besar untuk bisa ke Jerman dan menjadi bagian dari masyarakat Jerman. Ia telah mencoba melamar beasiswa untuk bisa lanjut kuliah di Jerman, namun gagal. Herwina pun tak hilang akal. Mencoba peruntungan untuk menjadi Au Pair, ia pun berhasil. Herwina akan tinggal bersama keluarga Hübner dari Oktober 2018 sampai Oktober 2019.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Lanjut kuliah
Oleh karena program Au Pair hanya dibatasi selama satu tahun di satu negara, maka setelah tidak lagi menjadi Au Pair Wina akan mencoba untuk melanjutkan kuliah S2 di Jerman. Sisa waktu hingga Oktober nanti masih akan ia manfaatkan untuk memperdalam bahasa Jermannya supaya bisa memenuhi persyaratan kuliah di universitas di Jerman. (na/ts)
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
5 foto1 | 5
Di sektor perawatan kesehatan, situasinya sudah cukup parah. Pemerintah Jerman kini berusaha mendatangkan tenaga kesehatan dari luar negeri, misalnya dari Cina, dengan menawarkan berbagai fasilitas dan bantuan pelatihan.
Kelangkaan tenaga kerja antara lain terjadi, karena dulu banyak perusahaan menawarkan pensiun dini kepada pekerja dalam rangka penyusutan jumlah pekerja. Memang ada masanya, angka pengangguran di Jerman cukup tinggi, sehingga pemerintah dan sektor industri cenderung memudahkan persyaratan pensiun dini. Tujuannya agar lebih banyak tenaga kerja baru yang masuk dunia kerja, dan angka pengangguran bisa diturunkan.
"Masalahnya, yang tertarik dengan tawaran pensiun dini biasanya tenaga kerja yang punya keahlian dan gaji cukup tinggi. Mereka bahkan masih mendapat insentif pajak", kata Karl Benke. Ketika tenaga-tenaga ahli ramai-ramai meninggalkan perusahaan, ternyata tidak mudah merekrut tenaga kerja baru dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan.
Sekarang, karena khawatir tidak bisa merekrut tenaga kerja baru, banyak perusahaan berusaha mempertahankan pekerja yang ada. Bahkan ketika ada otomatisasi dan teknologi baru, mereka cenderung mempertahankan pekerja, yang dalam situasi normal sudah mereka berhentikan atau dipensiunkan. hp/vlz (dw)
Yang Berbeda Saat Bekerja di Jerman
Tertarik bekerja di Jerman? Sebaiknya kenali dulu kebiasaan orang Jerman saat bekerja.
Foto: picture-alliance/dpa
Tepat Waktu
Orang Jerman akan hadir 5 menit sebelum rapat dan masing-masing akan menunggu dengan diam tanpa berbicara apapun selain menawarkan kopi. Mereka pun mulai mengeluh jika rapat tidak mulai tepat waktu. Kalau orang Inggris suka memulai 10 menit berbicara topik-topik ringan dengan para kolega rapat pun sering dimulai 10 menit terlambat. Kalau di Indonesia....?
Foto: Colourbox/Y. Iluhin
Berpakaian tak formal ke kantor
Gaya berpakaian pegawai Jerman sangatlah tidak formal dibandingkan pegawai pada umumnya di negara lain. Jeans dan polo shirt adalah pakaian yang normal, wanita pun tidak menggunakan hak. Tak hanya perempuan, para lelaki Jerman suka pakai syal saat bekerja di dalam ruangan terutama jika suhu mencapai 20 Derajat. Saat musim panas perempuan akan menggunakan blus santai dan sepatu terbuka.
Foto: DW
Bebas Email saat liburan
Kolega dan bos saling menghormati hari libur pegawai– Anda pun punya hak untuk meletakkan tagline ‘tidak di kantor’ atau ‘hubungi saya hanya jika mendesak’ pada email Anda. Bahkan perusahaan besar seperti Daimler punya kebijakan: email masuk akan di hapus saat libur atau ditandai sebagai tidak terbaca. Jika manajer mengeluh, maka ia punya masalah kepemimpinan
Foto: Imago/imagebroker
Kerja bukan ngobrol
Orang Jerman terkenal sangat produktif. Mereka tidak akan membuang waktu membuka Facebook atau bahkan mengobrol dengan para kolega tentang siaran TV kemarin malam. Mereka lebih suka menyelesaikan pekerjaannya daripada nongkrong di Kantin. Sisi lainnya, memang suasana kerja di Jerman lebih kaku dan kurang humor.
Foto: Colourbox
Kurang enak badan? Pergi ke dokter!
Jika di Indonesia rata-rata kita tetap ngantor saat flu, beda halnya di Jerman. Saat Flu Anda bisa menggunakan asuransi Anda dan pergi ke dokter. Dokter akan memberikan Anda surat sakit dan waktu secukupnya untuk beristirahat. Rata-rata orang Jerman mengunjungi dokter 18 kali setahun.
Foto: Colourbox
Formalitas di tempat kerja
Orang Jerman akan memanggil koleganya dengan panggilan ‘Bapak’ (Herr) atau ‘Ibu’ (Frau) meskipun mereka duduk dalam satu kantor yang sama bertahun tahun. Jika seseorang memiliki gelar doktor, mereka pun akan dipanggil dengan gelar itu. Kini banyak perusahaan teknologi dengan banyak pekerja asing yang tak lagi bergaya formal – mereka hanya akan memanggil‚‘kamu‘ (du) atau ‘Anda‘ (Sie).
Foto: picture-alliance/dpa
Mulai bekerja sangat awal
Orang Jerman mulai bekerja sangat pagi. Mulai bekerja pukul 06.30 adalah hal yang biasa. Keuntungannya adalah pukul 15.00 mereka pun bisa pulang. Saat musim panas ini adalah keuntungan besar, karena orang bisa bersantai di taman atau berenang di danau setelahnya. slc/hp (liveworkgermany)