Bagi para imigran asal Indonesia yang bermukim di AS, administrasi Presiden Trump merupakan tantangan tersendiri. Apa lagi dampak pemerintah Trump bagi Indonesia? Berikut opini Uly Siregar.
Iklan
Setahun setelah dilantik, tepatnya 20 Januari 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih gemar mengagetkan dunia dengan pernyataan-pernyataan provokatif. Dari soal perang nuklir dan ancaman terbuka terhadap Korea Utara, hingga yang terakhir dalam rapat tertutup di Gedung Putih Presiden Trump mengeluh tentang imigran yang disebutnya datang dari negara-negara ‘shithole' yakni negara-negara miskin dari benua Afrika. Meskipun belakangan pihak Gedung Putih menyangkal penggunaan kata spesifik tersebut, namun sulit bagi masyarakat AS dan dunia untuk percaya penyangkalan tersebut. Apalagi Trump memiliki tendensi gemar menghina dan gampang menggunakan kata-kata yang bernada merisak.
Komentar tak bermartabat bermuatan rasisme dari Trump ini ditanggapi dengan keras, baik dari dalam negeri Amerika Serikat sendiri, maupun dari pelbagai negara di penjuru dunia. Afrika Selatan, contohnya, mengeluarkan protes diplomatik melalui kementerian luar negeri. Diplomat-diplomat Afrika Selatan di AS juga mengadakan pertemuan untuk mengungkapkan keprihatinan mereka. Pengusaha Kenya, Wangui Muraguri, seperti dikutip Associated Press menganggap pernyataan Trump sebagai definisi rasisme yang sesungguhnya. Haiti yang termasuk dalam daftar negara yang dihina secara langsung menyatakan pihak otoritas meminta administrasi Trump menjelaskan dalam pertemuan formal apa maksud dari pernyataan yang sangat merendahkan tersebut.
Pengaruhnya bagi Indonesia
Bagi Indonesia, pernyataan bernada rasisme dari Trump juga memiliki implikasi tersendiri. Trump secara ekplisit menyatakan ketidaksukaannya terhadap imigran yang berasal dari negara-negara kurang makmur. Ia lebih menyukai imigran yang datang ke AS berasal negara-negara Eropa seperti Norwegia yang notabene masyarakatnya mayoritas ras kulit putih. Dengan asumsi ini, imigran asal Indonesia jelas bukan imigran yang ideal di mata Trump.
Padahal Trump sendiri memiliki kepentingan yang siginifikan di Indonesia. Menurut laporan ABC News, Trump dan pengusaha Harry Tanoesoedibjo atau lebih dikenal dengan sebutan Harry Tanoe menandatangani kesepakatan untuk mengembangkan Trump Internasional Hotel and Tower Lido. Konstruksi jalan tol menuju lokasi ini yang tadinya sempat mangkrak pada bulan Juni 2015, dilanjutkan kembali oleh pemerintah daerah. Dengan dibangunnya jalan tol tersebut, harga properti Trump pun meningkat, diperkirakan mencapai tiga kali lipat. Pertemuan bisnis antara Trump dan Harry Tanoe ini dikawal oleh wakil ketua DPR dan politisi Fadli Zon. Kongkalikong yang mengawinkan politisi dan pengusaha ini disebut-sebut sebagai tidak etis, apalagi pembangunan jalan tol menuju properti tersebut dibangun atas biaya pemerintah.
Selain di Lido, Trump dan Harry Tanoe juga menjalin kesepakatan bisnis di Bali. Mereka membangun resort yang disebut-sebut sebagai resort terbesar di Bali. Pemandangan yang ditawarkan pun spektakuler: Pura Tanah Lot. Kepada ABC News Harry Tanoe mengatakan, "Akan menjadi kompleks besar, lebih dari 100 hektar, akan dibangun hotel, vila, kondominium, dan country club—yang bekerja sama dengan Trump.”
Trump: Populis, Mogul, Presiden
Pengusaha real estate, penulis buku, bintang televisi, dan kini presiden AS ke-45. Berikut langkah kehidupan sosok yang dianggap banyak orang sebagai konyol.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersama Keluarga
Diapit oleh keluarga yang menjadi pendukung terberatnya: Donald Trump bersama istri, Melania, kedua putrinya, Ivanka dan Tiffany, putranya Eric dan Donald Junior, serta cucunya Kai dan Donald Junior III. Tiga anak Trump merupakan "Senior Vice President" dalam "Trump Organization".
Foto: picture-alliance/dpa
1984
Foto ini diambil saat Trump meresmikan kasino Harrah's di Trump Plaza, Atlantic City. Selain warisan yang diterimanya, kasino ke-5 yang dibuka di AS setelah dilegalkannya judi ini merupakan salah satu dari sekian banyak investasi Donald Trump yang membawanya menjadi miliarder.
Foto: picture-alliance/AP Images/M. Lederhandler
Sang Ayah: Frederick Junior
Modal untuk memulai bisnis sebesar satu juta US Dollar diperoleh Trump dari ayahnya, Frederick. Setelah kematiannya pada 1999, Frederick mewariskan kekayaan sebesar 400 juta US Dollar kepada Donlad Trump dan tiga saudaranya, Maryanne, Elizabeth dan Robert.
Foto: imago/ZUMA Press
Miliarder dengan Namanya
Keagresifannya dalam berinvestasi membawa Trump pada banyak kegagalan, namun juga membawa keberhasilan jangka panjang misalnya Trump Tower di New York City. Kekayaannya saat ini dikatakan sebesar 10 miliar US Dollar. Tapi para pakar menaksir, hanya sepertiga dari jumlah tersebut yang dikantongi Donald Trump.
Foto: Getty Images/D. Angerer
"Very good, very smart"
"Sangat baik, sangat cerdas" - demikian Trump menggambarkan dirinya. Dikatakannya, ia kuliah di universitas elit, Whartin di Philadelphia, dan menggondol gelar sarjana pada tahun 1968..
Foto: picture-alliance/AP Photo/B.J. Harpaz
Pendidikan Militer
Sebelumnya, saat Trump berusia 13 tahun, ayahnya mengirimkan dia ke sekolah militer di Cornwall-on-Hudson untuk belajar disiplin. Ia menyelesaikan pendidikannya di sini bahkan dengan mendapat peringkat perwira. Trump pernah mengatakan bahwa di sana ia lebih banyak mengambil manfaat pelatihan militer daripada di dinas militer sendiri.
Foto: picture-alliance/AP Photo/
Lolos dari Perang Vietnam
Walau genggam pendidikan militer, namun Donald Trump bisa menghindar dikirim ke Vietnam. Bermasalah pada tumit menjadi alasan kenapa ia tidak bisa di kirim ke medan perang.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Istri Pertama: Ivana
Pada tahun 1977, Trump menikah dengan model asal Ceko, Ivana Zelníčková. Pernikahan, yang kerap digoyang rumor perselingkuhan, ini membuahkan tiga anak. Ivana lah yang mempopulerkan panggilan bagi Trump: "The Donald".
Foto: Getty Images/AFP/Swerzey
Keluarga Nomor 2
Tahun 1990 Donald Trump menceraikan istrinya Ivana. Ia kemudian menikahi Marla. Dari pernikahan dengan istrinya yang berusia 17 tahun lebih muda ini, Trump dikaruniai seorang putri, Tiffany.
Foto: picture alliance/AP Photo/J. Minchillo
Selalu Tampil dengan Gadis
Trump senang tampil di muka umum. Ia kerap menghadiri kontes kecantikan dan berpose dengan model muda belia, Dari tahun 1996 sampai 2015, acara kontes kecantikan Miss Universe ada di tangannya.
Foto: picture-alliance/dpa/K. Lemm
The Art of the Deal
Bagaimana meraup jutaan Dollar dengan cepat? Buku Trump berjudul The Art of Deal berisi otobiografi serta panduan bagi pengusaha ambisius, Bukunya ini tidak saja terjual laris, tapi juga melejitkan nama Trump.
Foto: Getty Images/AFP/M. Schwalm
Arena bagi Trump
Sepertinya tidak ada orang lain seperti Trump yang mampu mengalihkan semua lensa kamera ke arahnya, seperti misalnya di arena wrestling seperti tampak dalam foto. Ia juga sempat memandu "The Apprentice", acara realitas TV. Lewat program ini, Trump terkenal dengan perkataan favoritnya: "You're fired!" "Anda dipecat!"
Foto: Getty Images/B. Pugliano
Trump di Panggung Politik
Sebenarnya Trump hampr sama sekali tidak punya pengalaman politik. Namun pada 16 Juni 2015 ia mengumumkan bahwa ia mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari Partai Republik. Slogannya: "Make America Great Again". Kampanyenya yang kerap dengan pernyataan menentang imigran, Muslim, perempuan serta lawannya telah mengundang amarah banyak pihak.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Jabatan Terhormat
Tidak banyak yang bisa membayangkan bahwa sosok populis, yang mengundang banyak cemoohan ini, bisa memimpin AS dan ikut membawa dunia menjadi lebih baik. Namun jalan hidupnya juga menunjukkan: Donald J. Trump memiliki kemampuan untuk berubah bagaikan bunglon.
Bagi pendukung Trump yang konservatif, kesepakatan bisnis Trump di Indonesia sesungguhnya dianggap memiliki konflik kepentingan. Trump dikenal keras terhadap negara Muslim dan membuat kebijakan bermuatan rasisme dan Islamofobia yang menganaktirikan kaum Muslim. Contoh kebijakan yang keras dan diskriminatif adalah dikeluarkannya keputusan presiden (executive order) yang melarang masuknya warga dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Islam ke AS. Entah bagaimana Trump bisa bersikap sama kerasnya terhadap Indonesia yang merupakan negara dengan warga Muslim terbesar di dunia, sementara ia berinvestasi di Indonesia dengan perantara Fadli Zon yang dekat dengan kaum Islam garis keras di Indonesia. Hal yang sama pun dipertanyakan pada Fadli Zon, mengapa ia mau menjalin relasi khusus dengan Trump yang jelas-jelas sering menampakkan sikap memusuhi kaum Muslim. Dalam hal ini, kekuatan uang yang berbicara.
Dalam satu tahun kepemimpinan Trump, belum ada sikap Trump yang menunjukkan keberpihakan pada kaum Muslim—yang merupakan faktor penting bagi Indonesia dan rakyatnya yang mayoritas Muslim. Trump justru kedapatan menghina agama Islam. Pada bulan November 2017, di Twitter Trump me-retweet tiga video bermuatan hoax yang mendiskreditkan umat Islam. Pendukung-pendukung fanatik Trump dari generasi tua seperti Bill O' Reilly hingga deretan kaum muda Konservatif seperti Tomi Lahren pun tak jemu-jemunya memojokkan Islam. Kebencian yang diumbar terus-menerus menjadi kebutuhan bagi Trump untuk memuaskan pendukungnya yang kebanyakan memang tergolong Islamofobia.
Trump Yang Mungkin Tidak Anda Ketahui
Tahukah Anda bahwa presiden AS ini sama sekali tidak minum alkohol dan pernah meraih piala Razzie sebagai peran pembantu terburuk dalam sebuah film? Simak fakta menarik lainnya pada galeri berikut!
Foto: Getty Images/AFP/W. McNamee
Tidak Harus Bekerja
Warisan uang dari ayah Trump sebenarnya akan lebih menguntungkan jika tidak dijadikan dana investasi ribuan bisnis Donald Trump dan hanya disimpan dalam bentuk reksadana yang kini nilainya sudah pasti berlipatganda.
Foto: picture-alliance/AA
Remaja Nakal
Saat remaja Trump bermasalah di sekolahnya di Queens. Orangtuanya lalu memutuskan untuk 'memberi hukuman' dengan memindahkan Trump ke sekolah militer di New York. Dari sana, Trump kuliah di Fordham University, lalu pindah ke University of Pennsylvania's Wharton School. Ia lulus tahun 1968.
Foto: picture alliance/landov
Tidak Minum Alkohol
Banyak yang tidak mengetahuinya. Tapi Trump sama sekali tidak minum alkohol. Mungkin ini ada hubungannya dengan kematian kakak laki-lakinya Fred yang kecanduan akohol. Tapi ironisnya, tahun 2006 ia mendirikan pabrik destilasi vodka dengan produk yang diberi nama Trump Vodka.
Foto: fotolia/Storm Flash
Tidak Pernah Gunakan ATM
Saat diwawancarai Conan O’Brien dalam acara televisi Late Night With Conan O’Brien,Donald Trump mengaku belum pernah menggunakan mesin ATM.
Foto: Fotolia/meryll
Makan Pizza dengan Garpu dan Pisau
Tidak seperti kebanyakan orang, Trump hanya menyantap pizza dengan menggunakan pisau dan garpu. Alasannya, karena lebih nyaman dan agar ia tidak kotor.
Foto: Colourbox
Germaphobia
Trump menderita fobia yang disebut germaphobe. Ia terobsesi dengan kebersihan dan takut terkena kuman jika bersentuhan dengan orang lain. Sulit bagi seorang calon presiden. Tapi sebisa mungkin, Trump selalu menghindari untuk bersentuhan dengan orang lain.
Foto: Reuters/L. Jackson
The Game
Papan mainan ini dirilis Milton Bradley tahun 1989 menyusul kesuksesan Trump di dunia real estate. Pada "The Game", pemainnya bisa mencoba dan mengikuti cara Trump menjadi kaya atau kehilangan semuanya. Permainan ini gagal total di pasaran.
Foto: Getty Images/S. Platt
Razzie Award
Trump sudah sering tampil sebagai cameo di banyak film. Tapi perannya yang terburuk adalah di film Ghosts Can’t Do It. Film ini meraih piala Razzie sebagai film terburuk di tahun 1990 dan Trump 'menang' sebagai pemeran pembantu pria terburuk.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/a75
Walk of Fame
Trump memiliki bintang di Hollywood Walk of Fame tahun 2007 berkat kepopuleran show televisinya The Apprentice. Juli 2016, orang tak dikenal memasang tembok disekeliling bintang Trump, lengkap dengan kawat berduri diatasnya dan stiker bertuliskan 'jangan masuk' dan 'berhenti membuat orang bodoh jadi terkenal'.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Stern
Tawarkan Gratis Main Golf Seumur Hidup Bagi Obama
Trump pernah menawarkan presiden AS Barack Obama untuk main golf secara gratis seumur hidup di salah satu lapangan golf miliknya. Syaratnya, Obama harus mengundurkan diri sebagai presiden.
Foto: picture alliance/dpa/D. Lawson
10 foto1 | 10
Tantangan imigran Indonesia
Bagi imigran asal Indonesia yang bermukim di AS, administrasi Presiden Trump merupakan tantangan tersendiri terutama di area keimigrasian. Sebagai bagian dari kaum minoritas kulit berwarna mereka gampang jadi sasaran perlakuan rasisme. Sikap Presiden yang tak ramah pada imigran kulit berwarna menjadi amunisi bagi kaum rasis untuk mengekpresikan kebencian mereka tanpa takut.
Di luar urusan keimigrasian dan kecenderungan tindak-tanduk Trump yang bernuansa rasisme, bagaimana pun AS dan Indonesia sama-sama memiliki kepentingan untuk tetap menjaga hubungan baik. Yang paling gampang melintas dalam ingatan adalah bercokolnya perusahaan tambang Freeport McMoran. Indonesia, khususnya Papua, merupakan faktor berpengaruh bagi kepentingan ekonomi AS. Tak hanya sekadar investasi ekonomi, ia juga mewarnai kepentingan politik di kedua negara. Kepentingan ekonomi pula yang membuat Trump tak bisa bertindak terlalu keras melarang warga Indonesia datang ke AS, seperti yang ia lakukan pada tujuh negara berpenduduk mayoritas Islam. Pada akhirnya kepentingan ekonomi hingga kini masih menjadi faktor penentu yang melampaui kepentingan ideologi, bahkan mengatasi antipati dan sentimen agama.
Penulis: Uly Siregar (ap/vlz)
Bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
@sheknowshoney
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Muslimah AS Geluti Bela Diri
Mengantisipasi serangan kebencian, para Muslimah di Amerika Serikat belajar ilmu bela diri. Kecemasan atas serangan terhadap kaum minoritas meningkat sejak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Membantu perempuan berkembang
Women’s Initiative for Self-Empowerment (WISE) merupakan wadah yang memberikan kesempatan bagi perempuan Islam dan Yahudi yang termarjinalisasi di Amerika Serikat dan Eropa untuk berkembang. Organisasi ini menawarkan pelatihan wira usaha, kepemimpinan dan latihan bela diri.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Perempuan menjaga diri sendiri
Data intelejen FBI menunjukkan tingkat kekerasan terhadap kaum Muslim di Amerika Serikat meningkat 67 persen tahun 2015. Untuk itu, kebutuhan untuk dapat membela diri menjadi bagian dalam program ini, terutama bagi kaum perempuan.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Mengapa bela diri?
Organisator WISe dan pelatih bela diri di pusat pelatihan ini percaya, dengan memiliki kemampuan bela diri, maka perempuan akan semakin lebih percaya diri dan meningkatkan keamanan terhadap dirinya sendiri.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Rajin berlatih
Di pusat pelatihan bela diri di New York, selama empat puluh lima menit durasi latihan, perempuan berlatih melakukan gerakan ofensif dan defensif. Mereka belajar mengatasi aksi penyerang yang ingin menarik jilbab atau rambut, dengan cara menginjak jari kaki mereka, misalnya, lalu mengayunkan lengan memukul siku.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Antisipasi serangan
Kelompok ini juga mempelajari bagian tubuh penyerang yang paling rentan - mata, hidung, tenggorokan, lutut. Mereka belajar mengatasi jika - seseorang menyerang di bagian dagu misalnya dan bagaimana melindungi kepala dari pukulan dengan menggunakan kepalan tangan dan lengan bawah.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Menjaga silaturahmi
Selain belajar beladiri, wira usaha dan kepemimpinan, di sini para perempuan juga bisa saling bertukar pikiran tentang masalah-masalah sosial yang tengah dihadapi. Menariknya, mereka berasal dari berbagai latar belakang negara. Mereka jadi saling mengenal, membangun jaringan dan persahabatan.
Foto: Getty Images/Spencer Platt
Saat AS di bawah kepemimpinan Trump
Setelah serangan 11 September 2001, tingkat kekerasan terhadap kaum Muslim di Amerika Serikat meningkat. Dicemaskan kepemimpinan Presiden AS Donald Trump yang dianggap tidak pro imigran bakal memperburuk situasi.