1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Apa itu AI Washing dan Kenapa Menyesatkan?

Rachel Nduati
1 Agustus 2024

Tingginya minat terhadap aplikasi kecerdasan buatan mengundang praktik nakal perusahaan multinasional untuk memasarkan produk dengan label AI, tanpa mengandung teknologi terkait. Kenapa fenomena ini dianggap merugikan?

Ilustrasi kecerdasan buatan
Ilustrasi kecerdasan buatanFoto: Oliver Berg/dpa/picture alliance

Bayangkan jika Anda membeli robot penyedot debu dengan harga lebih mahal karena iming-iming teknologi kecerdasan buatan. Padahal, produk terkait cuma memiliki sebuah sensor sederhana untuk mencegah robot menabrak perabotan.

Teknologi AI belakangan ramai dipasarkan di berbagai produk demi menarik minat konsumen atau sebagai alasan menaikkan harga jual, meski cuma menggunakan teknik sederhana.

Layaknya greenwashing, pemasaran menyesatkan dengan iming-iming AI dianggap bisa mendistorsi pasar dan mengancam kelangsungan bisnis perusahaan teknologi.

Kenapa AI Washing bermasalah?

Pemasaran yang menyesatkan soal aplikasi AIdikhawatirkan bisa menghambat pengembangan teknologi, dan menyulitkan pasar mendeteksi terobosan secara dini.

Christoph Lütge dari Institut Etika Kecerdasan Buatan yang berpusat di München, mengatakan karena istilah AI digunakan dengan cara yang sangat beragam, perusahaan terdorong untuk membuat klaim tak berdasar.

"Tantangannya adalah sulit untuk menangani pemasaran menyesatkan dengan AI dari sudut pandang hukum karena istilahnya terlalu samar. Dari sudut pandang etika, situasinya berbeda. Sebaiknya memang ada pakar yang bisa membimbing badan regulasi dan masyarakat sipil dari sudut pandang etika," ungkapnya kepada DW.

How is AI changing the way we work?

01:18

This browser does not support the video element.

Distorsi pasar teknologi

Maraknya AI-Washing juga menjadi masalah bagi para investor karena menciptakan kebisingan yang mengacaukan orientasi pasar.

Perusahaan juga bisa terdorong untuk membidik tujuan yang mustahil karena terlalu mempercayai teknologi AI.

Awal tahun ini, Komisi Sekuritas dan Bursa AS, SEC, mengumumkan penyelesaian tuntutan terhadap dua perusahaan investasi, Delphia dan Global Predictions, karena membuat pernyataan palsu dan menyesatkan tentang dugaan penggunaan kecerdasan buatan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kedua perusahaan sepakat untuk menyanggupi tuntutan SEC di luar sidang dan membayar denda perdata total sebesar USD400.000.

Menurut SEC, Delphia yang berkantor pusat di Toronto membuat klaim palsu bahwa mereka "menggunakan data kolektif untuk membuat teknologi kecerdasan buatan miliknya lebih handal sehingga dapat memprediksi perusahaan dan tren mana yang akan menjadi besar dan berinvestasi di dalamnya sebelum orang lain" padahal sebenarnya mereka tidak memiliki kemampuan AI dan pembelajaran mesin seperti yang diklaim.

Dalam kasus lain, Global Predictions yang berkantor pusat di San Francisco secara keliru mengeklaim di situs web dan media sosialnya bahwa mereka adalah "penasihat keuangan AI teregulasi pertama" dan secara keliru menyatakan bahwa platform mereka menyediakan "perkiraan yang didorong oleh para ahli."

Can AI help you find love?

01:47

This browser does not support the video element.

"Kami telah melihat berkali-kali bahwa ketika teknologi baru muncul, teknologi tersebut dapat menciptakan kehebohan dari investor serta klaim palsu oleh mereka yang mengaku menggunakan teknologi baru tersebut," kata Ketua SEC Gary Gensler dalam sebuah pernyataan pers.

"Penasihat investasi tidak boleh menyesatkan publik dengan mengatakan bahwa mereka menggunakan model AI padahal tidak. Pencucian AI seperti itu merugikan investor." Perusahaan besar seperti Coca-Cola dan Amazon juga menghadapi reaksi keras karena diduga terlibat dalam apa yang disebut AI-Washing. Perusahaan pertama meluncurkan produk Coca-Cola Y3000 September lalu, yang, katanya, dibuat dengan bantuan AI.

Regulasi di Uni Eropa

Laporan tahun 2019 oleh perusahaan modal ventura MMC Ventures yang berpusat di London menemukan bahwa dari lebih dari 2.830 perusahaan startup di Eropa diklasifikasikan sebagai perusahaan AI. Namun, 40 persen di antaranya tidak memiliki kapasitas teknologi AI.

Undang-Undang AI Uni Eropa mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 2024, dengan ketentuan yang mulai berlaku secara bertahap selama enam hingga 36 bulan. Undang-undang ini memiliki kategori risiko terbatas, yang memastikan bahwa pengguna diberi tahu bahwa mereka berinteraksi dengan sistem AI yang memungkinkan mereka membuat keputusan yang tepat.

Namun, Heidrich mengatakan: "Meskipun Undang-Undang AI tidak bertanggung jawab untuk mengatur bidang AI-washing, undang-undang ini mungkin membantu karena undang-undang tersebut memastikan organisasi sangat transparan tentang AI sehingga ini dapat membantu secara tidak langsung membatasi iklan palsu dari perusahaan karena adanya persyaratan transparansi."

(rzn/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait