Apa Kata Media Asing Tentang Persiapan Pemilu di Indonesia
15 April 2019
Pemilu serentak yang akan dilakukan di Indonesia tanggal 17 April mendatang menarik perhatian sejumlah media asing. Berbagai tema terkait kebijakan pemerintah hingga persiapan pemilu pun dibahas.
Iklan
Pemilu serentak yang akan dilakukan di Indonesia pada tanggal 17 April mendatang menarik perhatian sejumlah media asing. Berbagai tema terkait kebijakan pemerintah hingga persiapan pemilu pun dibahas. Bagaimana media asing menyoroti persiapan pemilu di Indonesia?
Sejumlah media berbahasa Jerman menyoroti isu pluralisme dan intoleransi beragama di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini. Deutschlandfunk Kultur mempertanyakan meningkatnya intoleransi beragama di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dengan mengambil kasus contoh penistaan agama yang dialami Sukmawati Soekarnoputri.
Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) menyoroti Presiden Joko Widodo yang pergi umroh ke Arab Saudi di masa minggu tenang dan betapa tema keagamaan kian menjadi sentral dalam dunia perpolitikan di Indonesia.
FAZ menulis bahwa selama bertahun lamanya Indonesia telah menjadi contoh agama Islam yang toleran dan juga kesinambungan antara kehidupan berdemokrasi dan beragama. Namun dalam beberapa tahun belakangan, pengaruh aliran wahabisme dari Arab Saudi dan interpretasi para pemimpin agama yang lebih ortodoks menyebar luas di masyarakat.
Hal serupa juga disoroti oleh radio dan televisi Swiss (SRF) yang korespondennya mengatakan bahwa agama di Indonesia bukan lah persoalan pribadi. SRF juga mengatakan bahwa Jokowi selama masa kampanye sering diserang berkaitan dengan agamanya.
Soroti tema ekonomi dan lingkungan
Media berbahasa Inggris BBC juga masih menulis masalah intoleransi beragama sebagai perhatian utama menjelang pemilu tahun ini. Bahwa kedua kandidat berusaha sebaik mungkin menampilkan citra sebagai seorang Muslim untuk meraih simpati massa.
Selain itu, BBC juga menyoroti rumitnya hubungan Indonesia dengan Cina menjelang Pemilu. Di satu sisi, Cina memainkan peran penting dalam hubungan dagang dengan Indonesia. Namun di sisi lain negara ini juga kurang populer di antara para pemilih.
Sementara CNBC menulis bahwa para investor akan lebih merasa nyaman dengan kebijakan Presiden Joko Widodo dan gaya pemerintahannya.
Diskusi Pemilu Presiden 2019 Ala Milenial Indonesia di Jerman
Diskusi seputar Pemilu 2019 kerap mereka lakukan. Dengan diskusi yang mengedepankan nilai positif dari masing-masing calon presiden, mereka percaya Pemilu 2019 akan menjadi pesta demokrasi yang meriah dan menyenangkan.
Foto: DW/R. A. Putra
Pengalaman berharga
Mengikuti Pemilu 2019 di luar negeri yang akan dialami pertama kali oleh empat sekawan Ardan, Qinta, Sina dan Kevin membuat mereka bersemangat. “Kami antusias sekali pada Pemilu ini, ditambah lagi kami sedang di luar negeri, suasananya berbeda, cara memilihnya berbeda,” kata mahasiswa Indonesia bernama lengkap Hamzah Shafardan tersebut.
Foto: DW/R. A. Putra
Berdiskusi untuk masa depan Indonesia
Kondisi politik Indonesia serta banyaknya berita hoax, mendorong mereka sering mengadakan diskusi membahas pemberitaan seputar Pemilu Presiden 2019. “Kita biasa lihat berita dari media sosial contohnya Instagram atau Youtube tentang Pemilu Presiden. Dari situ muncul diskusi tentang kandidat mana yang pantas kita pilih,” kata mahasiswa Universität Bonn asal Tangerang, Kevin Olindo.
Foto: DW/R. A. Putra
Tukar pikiran tentang calon presiden
Dikotomi politik yang begitu kentara di tanah air terkadang membuat mereka jengah. Menurut Qinta Kurnia Fathia “Kita semua pasti menginginkan pilihan yang terbaik, jadi lebih baik kita bertukar pikiran berfokus pada nilai positifnya dibanding saling menjatuhkan”.
Foto: DW/R. A. Putra
Saling menghormati pilihan masing-masing
Walau mereka sering berdiskusi, pilihan politik masing-masing individu tentu berbeda. Namun mereka tidak pernah mempersoalkan hal tersebut. “Bila kita memperdebatkan pilihan politik orang lain, itu tidak etis. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat dan memilih sesuai yang ia yakini,” kata Ardan.
Foto: DW/R. A. Putra
Pendidikan yang utama
Sebagai mahasiswa mereka sangat berharap, presiden yang terpilih nantinya akan makin memperhatikan dunia pendidikan di Indonesia. Seperti yang diungkapkan Sinatryasti Purwi Agfianingrum, “yang jelas presiden yang bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, juga dapat meningkatkan mutu sumber daya manusianya melalui pendidikan”. (Rizki Akbar Putra/yp/as)
Foto: DW/R. A. Putra
5 foto1 | 5
Dalam dua bulan pertama tahun 2019, investor asing masuk ke pasar saham Indonesia dan membeli saham senilai sekitar Rp 10,47 triliun. "Kemenangan Prabowo akan membawa sentimen bagi investor," tulis CNBC.
Investor asing masuk ke pasar saham Indonesia dalam dua bulan pertama 2019. Mereka membeli saham bersih senilai 10,47 triliun rupiah ($ 740,18 juta) pada bulan Januari dan Februari tahun ini, menurut bursa efek negara itu..
Aljazeera menyayangkan tema lingkungan yang kurang mendapatkan sorotan dalam masa kampanye. Padahal, media itu menulis kalau sepertiga hutan hujan di Indonesia akan menghilang pada tahun 2020 akibat penebangan ilegal dan perluasan perkebunan kelapa sawit.
Pemilu kompleks dan rumit
Media berbahasa Inggris lainnya, Guardian, menyoroti Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan total jumlah pemilih sebanyak 192,8 juta, pemilu kali ini juga akan menjadi pemilihan presiden secara langsung yang terbesar di dunia.
Harian ini juga menyebut bahwa pemilu yang berlangsung pada tanggal 17 April itu sebagai "Pemilu satu hari yang paling rumit di dunia."
Pemilu di India memang pesertanya lebih banyak, namun secara keseluruhan dilakukan selama enam minggu, jadi lebih relaks, tulis Guardian.
Bukan hanya memilih presiden, pada pemilu kali ini masyarakat juga akan memilih calon anggota legislatif pada hari yang sama.
"Ini berarti pada 809.500 TPS, para pemilih akan memilih calon dari lebih 250.000 kandidat untuk 20.538 kursi legislatif di lima level pemerintahan dalam waktu hanya enam jam," tulis Guardian.
Media ini pun menyayangkan akan ada sekitar 1,6 juta orang suku asli di pedalaman Indonesia yang tidak dapat memilih karena tidak memiliki KTP.
Hasil survey Saiful Mujani Research Centre belum banyak mengubah peta elektabilitas tokoh politik di Indonesia. Siapa saja yang berpeluang maju ke pemilu kepresidenan 2019.
Foto: Imago/Zumapress
1. Joko Widodo
Presiden Joko Widodo kokoh bertengger di puncak elektabilitas dengan 38,9% suara. Popularitas presiden saat ini "cendrung meningkat," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan.
Foto: Reuters/Beawiharta
2. Prabowo Subianto
Untuk sosok yang sering absen dari kancah politik praktis pasca pemilu, nama Prabowo masih mampu menarik minat pemilih. Sebanyak 12% responden mengaku akan memilih mantan Pangkostrad itu sebagai presiden RI.
Foto: Reuters
3. Anies Baswedan
Selain Jokowi dan Prabowo, nama-nama lain yang muncul dalam survey belum mendapat banyak dukungan. Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, misalnya hanya mendapat 0,9%.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Agung Rajasa
4. Basuki Tjahaja Purnama
Nasib serupa dialami bekas Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Sosok yang kini mendekam di penjara lantaran kasus penistaan agama itu memperoleh 0,8% suara. Jumlah yang sama juga didapat Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Foto: Getty Images/T. Syuflana
5. Hary Tanoesoedibjo
Pemilik grup MNC ini mengubah haluan politiknya setelah terbelit kasus hukum berupa dugaan ancaman terhadap Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto. Hary yang tadinya beroposisi, tiba-tiba merapat ke kubu Presiden Joko Widodo. Saat inielektabilitasnya bertengger di kisaran 0,6%
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
6. Agus Yudhoyono
Meski diusung sebagai calon pemimpin Indonesia masa depan, saat ini popularitas Agus Yudhoyono masih kalah dibanding ayahnya Soesilo Bambang Yudhoyono yang memperpoleh 1,9% suara. Agus yang mengorbankan karir di TNI demi berpolitik hanya mendapat 0,3% dukungan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Naamani
7. Gatot Nurmantyo
Jumlah serupa didapat Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang belakangan terkesan berusaha membangun basis dukungan. Nurmantyo hanya mendapat 0,3%. Meski begitu tingkat elektabilitas tokoh-tokoh ini akan banyak berubah jika bursa pencalonan sudah mulai dibuka, klaim SMRC.