NASA berhasil mengungkap misteri puluhan tahun. Uranus berbau seperti telur busuk. Ini karena awan gasnya kaya hidrogen sulfida.
Iklan
Tim peneliti menemukan bukti hidrogen sulfida, gas berbau busuk yang biasanya terdapat pada telur busuk, di lapisan atas awan di planet Uranusplanet Uranus.
"Bahkan setelah beberapa dekade pengamatan dan kunjungan oleh pesawat antariksa Voyager 2 NASA, Uranus memegang satu rahasia penting - komposisi awannya," kata NASA dalam siaran pers Selasa (24/04).
Misteri akhirnya terungkap berkat penelitian yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature Astronomy.
Kelompok ilmuwan, termasuk fisikawan Glenn Orton dari Jet Propulsion Laboratory di California, berhasil mendeteksi gas dengan menganalisis cahaya inframerah yang dipantulkan dari Uranus. Penelitian mereka didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh teleskop raksasa Gemini North di Mauna Kea, Hawaii.
Melacak Jejak Kehidupan di Planet Mars
Curiosity mendarat di Mars 5 tahun lalu. Lab sains ini terus melacak jejak kehidupan di planet merah itu. Beragam instrumen mengirim data dalam jumlah besar. Apakah ditemukan bukti kehidupan di Mars?
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/JPL-Caltech/MSSS
Teknik Teranyar Lacak Kehidupan
Curiosity dilengkapi Spektrometer khusus didukung teknik Laser. Dengan itu, sampel bisa dianalis dari jarak jauh. Stasiun meteorologi terintegrasi mengukur temperatur, tekanan atmosfir, radiasi, kelembaban dan kecepatan angin. Robot penjelajah Mars juga dilengkapi alat analisa ikatan organik, untuk melacak jejak kehidupan di luar Bumi.
Foto: NASA/JPL-Caltech/MSSS
Analisa di Laboratorium
Teknik paling modern yang dibawa Curiosity memungkinkan analisa sampel oleh beragam instrumen. Sampel tanah Mars mula-mula difilter, dipilah berdasarkan ukurannya dan dikirim ke berbagai alat analisa canggih.
Foto: picture alliance/AP Photo/NASA
Robot Penjelajah Terbesar dan Termodern
Curiosity menjadi robot penjelajah Mars terbesar dan termodern. Rover ini mendarat di permukaan planet merah 6 Agustus 2012 dan terus bekerja mengumpulkan data. Motornya digerakan baterai isotop radioaktif yang parktis tidak akan habis. Curiosity hingga kini sudah menjelajah 17 km permukaan Mars dan tetap fit serta penuh energi.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa/Jpl-Caltech/Msss
Mengebor Tanah Mars
Untuk membuktikan bahwa kehidupan di Mars secara teoritis dimungkinkan, lengan robot juga mengebor tanah di planet merah itu. Pada tahun 2013 Curiosity mengambil sampel tanah pada kedalaman tertentu di sekitar kawah Gale. Tapi sejauh ini laboratorium peneliti belum menemukan bukti eksistensi kehidupan.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Misi Sebelumnya Pembuka Jalan
Ini Rover Sojourner yang didaratkan di Mars 1997. Data yang dikumpulkan rover perdana itu mendukung sukses tiga misi berikutnya. NASA mendaratkan dua robot kembar pada 2004, Spirit dan Opportunity. Rover menjelajah gunung, mengambil sampel tanah dan didera musim dingin serta badai pasir Mars. Spirit beroperasi di Mars selama 6 tahun, sementara Opportunity masih aktif hingga sekarang.
Foto: picture alliance/dpa
Robot Tangguh
Opportunity pada 2015 sudah menjelajah permukaan planet merah itu sejarak 42 km. Sebuah rekor fantastis. Robot dilengkapi 3 unit Spektrometer serta beberapa kamera 3D. Saat ini Opportunity beroperasi di Perseverance Valley. Setelah melakukan tugas lebih dari 13 tahun, Opportunity terbukti masih tangguh dan fit.
Foto: picture-alliance/dpa
Inilah Lanskap Planet Mars
Citra Mount Sharp ini direkam kamera yang dipasang di Curiosity. Lanskap di planet merah itu mengingatkan pada pemandangan gurun pasir di Bumi. Rover Mars tersebut dirancang untuk terus melakukan misinya, minimal 5 tahun mendatang atau lebih lama lagi. Ambisi jangkan panjangnya, mengirim misi berawak ke planet tetangga Bumi ini. Penulis.Fabian Schmidt (as/yf)
Foto: Reuters
7 foto1 | 7
Amonia vs Hidrogen Sulfida
"Kami curiga bahwa gas hidrogen sulfida mempengaruhi milimeter dan spektrum radio Uranus untuk beberapa waktu, tetapi kami tidak dapat mengaitkan penyerapan yang diperlukan untuk mengidentifikasinya secara positif," kata Orton. "Sekarang, bagian dari teka-teki itu terungkap."
Para ilmuwan menduga bahwa awan di Neptunus, tetangga Uranus, juga mengandung hidrogen sulfida. Ini memberikan "perbedaan mencolok" dari dua planet gas lainnya, Yupiter dan Saturnus. Para peneliti mendeteksi amonia di atas awan mereka tetapi bukan hidrogen sulfida, kata NASA. Yupiter dan Saturnus lebih dekat ke Matahari daripada Uranus dan Neptunus.
"Perbedaan komposisi atmosfer ini menjelaskan pertanyaan tentang pembentukan dan sejarah planet," kata NASA dalam siaran pers.
Misi Menyibak Misteri Planet Merkurius
Planet Merkurius belum banyak diteliti dan disaput sejumlah misteri. Peluncuran wahana riset BepiColombo diharap bisa lebih banyak mengungkap rahasia planet yang lokasinya terdekat ke matahari itu.
Foto: DLR/ESA
Masih Diliputi Banyak Misteri
Sejauh ini hanya dua wahana antariksa tak berawak yang terbang dekat ke Merkurius. Salah satunya adalah Messenger milik NASA. Wahana penelitian ini mengorbit planet terdekat ke matahari itu sebanyak 4.000 kali sebelum 2015 dijatuhkan secara terprogram ke permukaan Merkurius. Messenger kirimkan lebih dari 250.000 gambar sebelum bahan bakarnya habis.
Foto: picture-alliance/dpa
Malam Amat Panjang
Satu malam di Merkurius setara dengan 176 hari Bumi. Rotasi planet ini membuat matahari hanya terbit 176 hari sekali. Para ilmuwan yang membuat wahana riset juga harus memperhitungkan perbedaan suhu amat tinggi antara siang dan malam. Di malam hari, suhunya bisa mencapai minus 176°C dan siang hari plus 425°C.
Foto: picture-alliance/dpa
Tidak Punya Atmosfir
Suhu di Merkurius siang hari amat panas, tapi tidak sepanas dugaan semula, karena lokasi planet ini terdekat ke Matahari. Di planet tetangganya Venus, suhu jauh lebih panas lagi. Penyebabnya, Merkurius tak punya atmosfir seperti halnya Venus. Karena itu radiasi panas dengan cepat dipantulkan kembali.
Foto: Reuters/NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington
Tidak Stabil dan Eksentrik
Merkurius adalah planet terkecil di dalam tata surya dan lokasinya terdekat ke matahari. Tapi jalur orbitnya tidak stabil dan terus melebar. Penyebabnya, planet terbesar di tata surya, Yupiter terus menariknya dari jalur orbit. Jika ini terus berlangsung, dalam waktu ratusan juta tahun mendatang, Merkurius bisa bertabrakan dengan Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Mirip Permukaan Bulan
Permukaaan planet ini bopeng-bopeng mirip bulan. Inilah kawah-kawah yang terbentuk di masa purba, saat planet dibombardir hujan asteroid dan meteorit. Beberapa kawah bahkan berdiameter hingga ratusan kilometer.
Foto: NASA, JHU APL, CIW
Perkenalkan BepiColombo
Wahana riset ruang angkasa BepiColombo akan diluncurkan 2018. Ini adalah proyek bersama lembaga antariksa Eropa-ESA dan Jepang JAXA. BepiColombo terdiri dari dua satellit: "Mercury Planetary Orbiter" (MPO) dan "Mercury Magnetospheric Orbiter" (MMO). Wahana dijadwal memasuki orbit Merkurius pada tahun 2024 dan memulai misi risetnya. Penulis: Judith Hartl (as/ap)
Foto: DLR/ESA
6 foto1 | 6
Uranus adalah tempat yang 'tidak menyenangkan'
Uranus adalah planet ketujuh dari Matahari dan diameternya sekitar empat kali dari Bumi. Dinamai dari dewa Yunani Uranus, yang merupakan ayah Kronos dan kakek dari Zeus dalam mitologi Yunani. Mirip dengan Saturnus, planet ini memiliki sistem cincin, tetapi cincinnya redup dan lebih sulit dikenali.
Kondisi di planet bermusuhan dengan manusia, dengan bau hidrogen sulfida merupakan masalah yang relatif kecil.
"Jika manusia malang yang pernah turun melalui awan Uranus, mereka akan bertemu dengan kondisi yang sangat tidak menyenangkan dan berbahaya," kata penulis utama penelitian, Patrick Irwin dari University of Oxford. Namun, "Terkekspos di atmosfer minus 200 derajat Celcius yang sebagian besar terbuat dari hidrogen, helium, dan metana akan memakan korban jauh sebelum menyadari baunya."
Darko Janjevic, dpa (vlz/ml)
Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai
Selama lima tahun wahana nirawak Juno mengorbit planet Jupiter buat menjawab teka-teki seputar raksasa gas tersebut. Foto-foto yang dikirimkan ke Bumi menampilkan jutaan badai yang berpusar di jantung sang dewa langit
Foto: NASA
Berjuta Topan dan Badai
Jupiter adalah raksasa gas yang berulangkali menyelamatkan Bumi dari hujan meteor. Intinya diselimuti samudera Hidrogen cair dan atmosfirnya dipenuhi awan Hidrogen dan Helium. Tanpa permukaan berbatu yang menghadang angin, badai di Jupiter bisa berlangsung selama jutaan tahun. Mempelajari pergerakan gas di permukaan Jupiter bisa membantu manusia memahami sistem cuaca di Bumi.
Foto: NASA
Bintik Hitam Misterius
Citra teranyar yang dijepret oleh wahana nirawak NASA, Juno, menampilkan keunikan Jupiter yang belum pernah dilihat sebelumnya: Berjuta badai berpusar secara acak, seakan tanpa struktur yang baku. Terutama kemunculan mata badai berwarna hitam pekat menjadi teka teki yang hingga kini belum terpecahkan oleh ilmuwan.
Foto: NASA
Api dari Jantung Planet
Dengan rata-rata temperatur minus 145 derajat Celcius, cuaca terhangat di Jupiter bisa membuat Bumi membeku dalam sekejap. Tapi berbeda dengan Bumi, suhu di Jupiter berubah sesuai ketinggian, lantaran panas tidak datang dari Matahari, melainkan memancar dari bagian dalam planet. Sebab itu pula musim badai di Jupiter bisa berlangsung selama 70 tahun.
Foto: NASA
Keindahan Badai
Citra teranyar yang dijepret Juno diolah oleh ilmuwan amatir Jason Major dengan memanipulasi warna untuk memperjelas detail pada pusaran badai dan formasi awan Jupiter. Untuk membuat gambar menjadi lebih spektakuer, ia memusatkan fokus pada salah satu pusaran badai Jupiter sehingga terlihat seperti lukisan. NASA kemudian mempublikasikan hasil olahan Major.
Foto: NASA
Bintik Merah Raksasa
Gambar ini diambil Juno pada Desember 2016 dari jarak 459.000 kilometer. Bintik merah raksasa dan saudara kecilnya, Oval BA, terlihat jelas ketika sebagian planet bermandikan warna hijau dan biru. Pada gambar ini, formasi awan tebal di Kutub Selatan Jupiter menyembunyikan jutaan badai yang berpusar di bawahnya.
Foto: NASA
Pojok Penuh Gejolak
Kawasan di barat Bintik Merah Raksasa atau selatan sabuk Ekuator merupakan salah satu bagian langit Jupiter yang paling bergolak. NASA mengklaim gambar ini memiliki resolusi yang jauh lebih baik ketimbang foto serupa yang dibuat dari Bumi atau wahana lain sebelumnya. Tahun 2010 sabuk awan yang dulunya membagi kawasan ini tiba-tiba menghilang dan membuat takjub ilmuwan.
Foto: NASA
Mutiara Maut
The Pearl atau Mutiara Jupiter merupakan kumpulan pusaran badai raksasa yang terletak pada 40 derajat lintang selatan. Kawasan yang juga disebut "Rangkaian Mutiara" ini menyimpan delapan badai sekaligus yang berputar dengan kecepatan lebih dari 600 kilometer per jam. Sejak 1996, formasi badai berbentuk oval ini berfluktuiasi dari enam hingga sembilan pusaran.