Jelang pemilu legislatif Eropa pada 6-9 Juni mendatang, DW mengupas pencapaian yang sudah dibukukan Parlemen Eropa di Strassbourg dan di mana parlemen justru memperkeruh kebuntuan.
Iklan
Pekan ini, koridor utama di gedung Parlemen Eropa dipenuhi derap kaki para politisi yang lalu lalang menghadiri berbagai sesi pencoblosan, untuk merampungkan daftar legislasi di penghujung masa bakti.
Sementara di ruang pers, jurnalis berebut tempat demi kesempatan terakhir mewawancarai politisi sebelum dimulainya masa kampanye jelang pemilihan legislatif Juni mendatang.
Parlemen Eropa periode 2019-2024 tercatat meniti ragam krisis besar, antara lain keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit, pandemi Covid-19 dan invasi Rusia di Ukraina.
Lantas apa pencapaian legislatif periode silam dan di mana kebuntuan justru bersarang? Berikut analisis DW.
Komitmen perlindungan iklim
Pemilu 2019 menjaring jumlah terbesar kader partai-partai berhaluan lingkungan dan pro-iklim di Eropa. Pesta demokrasi di Strassbourg diikuti aksi mogok iklim „Gelombang Hijau” pada bulan September dan pengumuman Komisi Eropa pada Desember untuk memangkas emisi hingga 55 persen hingga tahun 2030.
Sejak itu, Parlemen Eropa sibuk menyiapkan kerangka hukum untuk mendorong penghematan emisi. Ia mencakup rencana larangan kendaraan berbahan bakar fosil dalam satu dekade ke depan dan pajak impor bagi produk padat emisi.
"Parlemen Eropa terbukti berpengalaman menyusun undang-undang yang berkaitan dengan kebijakan lingkungan hidup,” kata Peggy Corlin, kepala wadah pemikir Robert Schuman Foundation di Brussels, Belgia.
Pemilu Eropa: Antara Kebangkitan Partai Nasionalis dan Partai Lingkungan
Warga Eropa baru saja selesai melaksanakan pemilihan anggota parlemen Uni Eropa Minggu (26/05). Pemilu kali ini mencatat sejarah keterlibatan para pemilih yang tertinggi.
Foto: Reuters/Y. Herman
Apa sebenarnya Parlemen Eropa?
Parlemen Eropa saat ini memiliki 751 anggota dari seluruh negara dari 28 negara. Bila Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa, anggota parlemen nantinya akan berkurang menjadi 705 orang. Sejak 1979, anggota parlemen Eropa dipilih langsung oleh warga negara yang memiliki hak pilih. Parlemen bertugas membuat hukum dan perundangan atas nama 512 juta warga di 28 negara anggota.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel
Partisipasi pemuda meningkat
Kejutan terbesar pada pemilu kali ini adalah tingginya tingkat partisipasi. Sekitar 51 persen warga yang memiliki hak suara menggunakan hak pilih mereka. Jumlah ini meningkat sekitar delapan persen jika dibandingkan dengan partisipasi pada pemilu 2014. Adanya kekhawatiran terkait perubahan iklim dan masalah imigran membuat partisipasi di kalangan pemilih muda meningkat.
Foto: P. Sentenac
Kejayaan bagi Partai Hijau
Kekhawatiran terkait laju perubahan iklim membuat partai berhaluan lingkungan memperoleh kejutan peningkatan suara di Eropa. Di Jerman sendiri Partai Hijau memperoleh 20 persen suara mengalahkan partai tua Sosialdemokrat SPD. Ini adalah hasil terbaik yang pernah diperoleh oleh Partai Hijau Jerman, Die Grüne.
Foto: Getty Images/AFP/I. Fassbender
Partai pendukung Brexit menang di Inggris
Pemilu Uni Eropa menjadi tidak biasa di Inggris yang berencana keluar dari blok namun belum juga terlaksana. Partai pendukung Brexit pimpinan Nigel Farage yang baru didirikan justru memperoleh suara terbanyak sebesar 31,5 persen. Ini adalah pukulan berat bagi partai konservatif, setelah Theresa May menyatakan akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri, Jumat (24/05).
Foto: AFP/B. Stansall
Kemenangan partai populis
Pemilu kali ini juga menjadi kebangkitan bagi sejumlah partai berhaluan ultra kanan di negara seperti Prancis dan Italia. Secara keseluruhan mereka mendapatkan 150 kursi di parlemen. Di Prancis, ultra kanan pimpinan Marine Le Pen (foto) muncul sebagai kubu terkuat, mengalahkan partai Presiden Emmanuel Macron. Performa partai ultra kanan Jerman AfD tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.
Foto: Reuters/P. Rossignol
Krisis identitas warga Eropa
Uni Eropa memang tengah dilanda krisis terkait identitas kenegaraan akibat kedatangan para imigran dari negara yang terlibat perang dan krisis kemanusiaan. Ini membuat partai populis ultra kanan memperoleh peningkatan kursi di parlemen. Pada pemilu 2009 partai populis hanya memperoleh 11 persen kursi di parlemen Eropa, namun pada 2014 naik menjadi 20 persen. (ae/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/MTI/G. Varga
6 foto1 | 6
Namun jajak pendapat teranyar justru menunjukkan perubahan tren dan keberpihakan yang besar pada ekonomi. Eskalasi memuncak pada aksi protes para petani yang berhasil memaksa UE melonggarkan sejumlah aturan lingkungan dan pembatasan emisi.
Puncaknya pada bulan Februari lalu, ketika aliansi partai-partai kanan-tengah sukses melobi UE memperlemah kewajiban restorasi lahan dengan alasan ketahanan pangan. Kedua langkah itu dikecam pegiat iklim karena dianggap melanggar komitmen lama.
UU migrasi akhiri polemik satu dekade
Isu migrasi dan pencari suaka merupakan salah satu topik paling kontroversial di Eropa. Maka banyak yang menyambut sebagai kesuksesan ketika Parlemen Eropa akhirnya meloloskan amandemen UU Keimigrasian awal Mei kemarin, setelah perundingan selama hampir satu dekade.
Di bawah aturan baru, UE sepakat mempercepat proses suaka dan mempermudah langkah deportasi. "Dari perspektif legislatif dan mempertimbangkan hasil yang telah kita lihat sekarang, UU ini dapat dianggap sukses,” kata Helena Hahn, pakar migrasi di Pusat Kebijakan Eropa.
Namun Hahn juga mengingatkan betapa UU tersebut juga banyak dikritik kelompok hak asasi manusia.
"Alasan mengapa Parlemen Eropa pada akhirnya mendapat lampu hijau adalah perhitungan sederhana bahwa lebih baik ada UU daripada tidak. Tidak meloloskan reformasi kemungkinan besar akan menyebabkan pukulan dalam pemilu, dan partai-partai berhaluan tengah dan kiri-tengah tidak akan mau menanggung konsekuensinya,” kata dia.
Iklan
Spionase di rumah demokrasi?
Namun begitu, parlemen juga didera serangkaian skandal yang melibatkan upaya campur tangan negara-negara non-Uni Eropa. Pada tahun 2022, Belgia membuka penyelidikan terhadap dugaan skandal dugaan penyuapan yang dijuluki "Qatargate,” meskipun dibantah oleh penguasa di Doha.
Bulan ini, bertubi-tubi muncul laporan dugaan operasi propaganda Rusia di Parlemen Eropa, setelah sebelumnya seorang staf ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata Cina.
Gedung Parlemen Paling Spektakuler di Eropa
Mulai dari kastil yang berusia ratusan tahun, istana yang megah hingga bangunan hemat energi yang berkelanjutan. Berikut beberapa gedung parlemen dengan tampilan spektakuler di Eropa.
Foto: picture alliance / Christoph Schmidt/dpa
Bukares, Rumania
Pembangunan "Rumah Rakyat" dikomando oleh diktator komunis Nicolae Ceausescu. Gedung parlemen di Bukares dianggap sebagai yang terbesar di dunia. Seluruh distrik Bukares harus membuka jalan untuk kompleks besar dengan lebih dari 1.000 kamar itu. Sebanyak satu juta meter kubik marmer digunakan untuk menyelesaikan bangunan tersebut pada tahun 1989.
Foto: picture alliance / Christoph Schmidt/dpa
Warsawa, Polandia
Majelis Nasional Polandia terdiri dari dua ruangan, yakni majelis rendah (Sejm) seperti dalam foto dan majelis tinggi (Senat). Sekitar 450 deputi bertemu di Sejm Warsawa; mereka dipilih setiap empat tahun. Pada hari-hari ketika parlemen tidak bersidang, pengunjung dapat melakukan tur keliling gedung dengan seorang pemandu.
Foto: Forum Jan Morek/dpa/picture-alliance
Vilnius, Lituania
Anggota parlemen Lituania berkantor di Seimas selama pendudukan Soviet, tetapi pada saat itu mereka tidak memiliki wewenang dalam mengambil keputusan. Setelah Lituania merdeka pada tahun 1990, parlemen mendapatkan kembali hak kekuasaannya. Gedung parlemen ini dibangun antara tahun 1967 dan 1980 di lokasi bekas stadion olahraga.
Foto: Helmut Heuse/dpa/picture-alliance
Tallinn, Estonia
Parlemen Estonia, Riigikogu, berkantor di Kastil Toompea di Tallinn. Arsitek menggabungkan gaya Art Nouveau dan Ekspresionisme, yang dulu dianggap desain ultra modern dan memicu banyak kontroversi — ini satu-satunya gedung parlemen bergaya ini di dunia. Negara-negara Baltik saat ini sangat terkenal, karena memungkinkan pemilihan politik melalui internet.
Foto: Boris Breytman/Zoonar/picture alliance
Helsinki, Finlandia
Gedung parlemen Finlandia dirancang oleh arsitek Johan Sigfrid Siren dan diresmikan tahun 1931. Bangunan megah di jantung Helsinki ini menggabungkan unsur-unsur neoklasikisme dengan modernisme awal abad ke-20. Saat ini, karena pandemi virus corona, hanya tur virtual gedung yang dapat dilakukan.
Setelah empat tahun direnovasi, kunci gedung Bundestag Berlin diserahkan kepada Presiden Parlemen saat itu, Wolfgang Thierse pada April 1999. Penyerahan ini juga secara simbolis menandai berakhirnya perpindahan parlemen dari ibu kota lama Bonn ke Berlin. Gedung parlemen yang baru direnovasi ini memiliki kubah kaca yang bisa dimasuki pengunjung dan restoran di atap gedung.
Foto: Dirk Pagels/SULUPRESS.DE/picture alliance
Den Haag, Belanda
Dewan Perwakilan Belanda bertemu di Binnenhof, sebuah kompleks bangunan bersejarah di pusat Den Haag yang dibangun pada abad ke-13. Namun, saat ini, bangunan tersebut sedang direnovasi —usia bangunan yang hampir 8 abad menunjukan jejak nyata berupa kayu-kayu yang keropos dan atap bocor.
Foto: Daniel Reinhardt/dpa/picture alliance
Cardiff, Wales
Senedd dibuka di Cardiff pada tahun 2006 dan menjadi salah satu gedung parlemen baru di Eropa. Aspek keberlanjutan memainkan peran utama dalam pembangunannya. Untuk tujuan ini, batu tulis dan kayu ek Welsh digunakan dalam konstruksi. Sistem pemanas berkelanjutan dan sistem pengolahan air hujan juga dipasang.
Parlemen Spanyol menganut sistem dua kamar, yakni dewan perwakilan rakyat Congreso de los Diputados atau House of Deputies (foto) dan Senado atau Senat. Karena pandemi COVID-19, gedung dengan struktur neoklasik ini tidak dapat dikunjungi.
Sejak 2015, Malta juga memiliki gedung parlemen baru, yang dirancang oleh arsitek kenamaan Italia, Renzo Piano. Targetnya untuk mengurangi konsumsi energi pada tingkat minimal. Dinding tembok batu kapur terbukti punya keunggulan hemat energi dan untuk pasokan listrik di atap juga dipasang panel surya. Lantai pertama gedung menjadi tempat pameran seni yang terbuka untuk umum. (ha/as)
Foto: Ian Murray/imageBroker/picture alliance
10 foto1 | 10
„Saya ingin tahu apa langkah lanjutannya?" kata anggota parlemen Jerman berhaluan kiri-tengah, Gabriele Bischoff, kepada DW. "Sangat penting bagi kita untuk membuat demokrasi kita lebih tangguh terhadap campur tangan asing.”
Selama setahun terakhir, parlemen di Strassbourg berupaya untuk memperkuat perlindungan bagi pembocor atau whistleblower, serta memperketat aturan transparansi bagi anggota Parlemen Eropa.
Dukungan Ukraina
Kepada DW, anggota parlemen asal Irlandia, Billy Kelleher, mengatakan betapa lembaganya menggunakan diplomasi lunak untuk mendorong negara anggota mengurangi kebergantungan dari Rusia dan mendukung Ukraina.
„Dalam masalah sanksi, parlemen mendorong penambahan daftar sanksi terhadap Rusia untuk membatasi kemampuannya membiayai perang di Ukraina,” kata dia.
Kendati begitu, kamar legislatif Eropa tidak punya banyak kewenangan buat mempengaruhi kebijakan luar negeri. Betapapun juga, kekuasaan tertinggi tetap dipegang negara anggota.
Namun di sisi lain, Parlemen Eropa adalah satu-satunya institusi UE yang dipilih melalui pemilu dan sebabnya dinilai berhak atas kewenangan yang lebih besar.
Kekuasaan parlemen terutama ingin dibatasi oleh partai-partai populis atau nasionalis kanan yang skeptis terhadap gagasan supranasionalisme Eropa „Kita harus menghormati keputusan pemerintahan nasional karena mereka adalah perwakilan sesungguhnya rakyat Eropa,” kata Nicola Procaccini, kepala fraksi nasionalis sayap kanan ECR.