Gangguan kejiwaan sama mengancamnya sebagaimana penyakit fisik. Salah satu faktornya adalah rasa terpinggirkan. Ponsel pintar jadi salah satu faktornya? Simak opini Nadya Karima Melati.
Iklan
Tiba-tiba saja perilaku D (19 tahun) berubah drastis. Dulu dia dikenal sebagai anak yang periang dan sering berkumpul dengan teman-temannya. Sudah dua hari D tidak masuk kuliah dengan alasan sakit.
Teman-temannya mulai khawatir dan mengengok D ke tempat kosnya. Di kamarnya, D tidur terus menerus dan kehilangan gairah hidup. Ia mengalami kesedihan mendalam dan enggan untuk melakukan kegiatan apapun, berat badan D juga berkurang drastis. Pada suatu ketika, teman D yang peduli datang sendiri dan bertanya tentang keadaannya.
Teman itu tidak memaksa D bercerita tentang mengapa D menjadi sedih berlarut-larut, temannya menyarankan D pergi ke dokter atau psikolog karena nampaknya D mengalami depresi. Dan sebagai teman yang baik, dia juga mau menemani D pergi ke dokter. Dia membantu mencarikan psikolog, menemani D dan mengajak D makan bersama sampai akhirnya D bercerita apa yang menyebabkan dia sedih berkepanjangan.
Apa yang dialami D adalah gejala dari depresi. Depresi adalah sebuah penyakit mental yang ditandai oleh sedih berkepanjangan dan terus menerus. Depresi bisa terjadi akibat perubahan kimia otak yang terpelatuk oleh sebuah peristiwa tertentu entah itu kematian seseorang, penerimaan lingkungan ataupun karena gangguan kepribadian tertentu seperti bipolar atau PTSD. Semua orang dari rentang umur muda, dewasa hingga tua rentan mengalami depresi dan depresi memiliki resiko untuk bunuh diri. Namun pada hari ini, kepedulian tentang kesehatan mental remaja mendapatkan posisinya di masyarakat sehingga cukup banyak kajian yang membahas soal depresi yang terjadi pada remaja.
Remaja hari ini yang dekat dengan penggunaan telpon pintar dan media sosial, dicurigai menyebabkan mereka mudah terkena depresi. Tapi apakah benar seperti itu?
Resep Ilmiah Membesarkan Anak Bahagia
Membesarkan anak yang bahagia bukan perkara mudah. Menurut studi tentang kebahagiaan yang dilakukan situs Happify, ada beberapa faktor yang memperngaruhi kebahagiaan anak. Berikut beberapa diantaranya:
Foto: karelnoppe/Fotolia
Asuhan ibu
Menurut penelitian yang berfokus pada hippocampus - bagian dari otak yang menangani stres dan memori-- Anak-anak balita dalam asuhan ibu penuh kasih sayang dan penuh dukungan, memiliki hippocampus 10 persen lebih besar ketika mulai masuk usia sekolah.
Foto: Colourbox
Pentingnya cinta ayah
Selain menegakkan aturan, ayah perlu untuk mendengarkan anak dan menjalin hubungan yang erat dengan mereka. Beri kebebasan wajar pada anak-anak. Anak-anak yang merasa ditolak atau tidak dicintai oleh orang tua mereka, lebih mengembangkan sifat permusuhan, agresif dan menunjukan atau ketidakstabilan emosi.
Foto: Fotolia/goodluz
Kebahagiaan orangtua juga berpengaruh
Kepuasan hidup orangtua bisa dalam segi pendidikan, pendapatan maupun pekerjaan yang mereka sukai, serta waktu yang diluangkan bersama keluarga. Namun orang tua juga perlu waktu untuk melakukan hal menyenangkan bagi diri sendiri, misalnya nonton film, menjalin pertemanan, dll.
Foto: Fotolia/nenetus
Pentingnya optimisme
Ajarkan anak untuk selalu optimistis. Ini berguna untuk meredakan stress ketika mereka puber. Bahkan anak umur lima tahunpun bisa memetik manfaat dari cara berpikir positif. Mereka juga bisa belajar bagaimana orangtua mereka mengatasi masalah.
Foto: Fotolia/drubig-photo
Puji anak atas usahanya, bukan otaknya
Anak yang terbiasa dipuji atas otak dan ketrampilannya, ketimbang usahanya, mengalami masa sulit saat mengalami kegagalan. Anak yang dipuji atas usahanya akan lebih memiliki motivasi dan tidak takut akan tantangan.
Foto: Fotolia/olly
Pendekatan tiap anak beda-beda
Ketika cara mengajar orangtua tak cocok dengan kepribadian anak, maka anak akan cenderung depresi dan ketakutan. Jika mereka mampu mengatasi emosi dan tingkah lakunya sendiri, maka mereka anak lebih mandiri. Demikian sebaliknya.
Foto: Fotolia/Jörg Hackemann
Lebih tangguh dari yang kita kira
80% anak yang orangtuanya berpisah tidak jatuh dalam problem psikologis yang serius. Orangtua yang memelihara komunikasi baik , mendorong anak-anak mereka mencapai cita-cita, dekat dengan keluarga dan menikmati jalinan hubungan dengan orang lain. Anak-anak yang keluarganya diselimuti konflik, cenderung terganggu dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan kesulitan mengatasi masalah emosional.
Foto: goodluz - Fotolia
Anak ingin lebih berarti
Caranya bisa dengan berbuat baik bagi temannya, menyelenggarakan acara atau bergabung dengan klub. Rasa empati juga perlu dibangun sedari dini, mulai dari menemani kawan yang sedih, memuji orang lain, berbagi dengan sesama atau meluangkan waktu dengan kakek nenek.
Foto: Monkey Business/Fotolia
Anak-anak zaman sekarang…
.. lebih sedikit waktu bermain ketimbang anak-anak 20 tahun lalu. Bermain penting untuk membangun kreativitas, ketrampilan motorik, kekuatan emosional, kognisi dan ketrampilan sosial.
Foto: Anatoliy Samara - Fotolia
Olahraga vs TV
Anak-anak yang latihan fisik atau berolahraga lebih percaya diri. Mereka yang merasa baik dalam jenis sport tertentu bahkan lebih percaya diri ketimbang yang memang benar-benar ‘jago‘ di bidang itu. Studi 7 tahun atas 4000 remaja menunjukkan, anak-anak yang banyak menonton TV lebih memperlihatkan gejala depresif., dengan peningkatan 8% dari setiap jam menyaksikan TV.
Foto: Fotolia/HaywireMedia
10 foto1 | 10
Penyebab Depresi Anak Muda
Penyebab depresi beragam berdasarkan faktor personalmaupun lingkungan sosial. Faktor penyebab depresi bisa jadi masalah personal seperti gangguan kepribadian, masalah sosial seperti viktimisasi korban perkosaan ataupun ekonomi.
Seringkali penyebab depresi disalahpahami oleh media. Seringkali media salah memberitakan dan menganalisis penyebab depresi dan bunuh diri. Hal ini justru memperparah depresi dan kecenderungan bunuh diri juga menyebarkannya. Pemberitaan tentang bunuh diri oleh media pun harus dilakukan secara hati-hati karena rentan membuat orang lain menjadi terpicu untuk melakukannya.
Seperti ketika lagu fenomena booming lagu Gloomy Sunday pada tahun 1930-an, lagu ini dituduh sebagai penyebab bunuh diri yang tinggi di Hungaria dan negara-negara lain hingga pada dekade tersebut sehingga dilarang diputar di BBC. Ini adalah bentuk kesalahpahaman penyebab depresi, sebuah lagu dianggap bisa menyebabkan depresi dan itu adalah mitos. Padahal pada tahun tersebut, Eropa mengalami depresi ekonomi besar-besaran pasca perang dunia pertama sehingga banyak orang depresi, putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri.
Inilah 7 Pemicu Depresi Pada Anak-anak
Makin banyak anak-anak derita depresi yang berujung pada kasus bunuh diri. Waspadai penyebab dan pemicu depresi berikut ini.
Foto: Fotolia/Nicole Effinger
Stres
Anak jaman sekarang banyak dikelilingi faktor pemicu stress. Tuntutan berprestasi di sekolah atau dalam klub olahraga, PR bertumpuk, serta tekanan lingkungan. Stres melemahkan hampir semua sistem biologi dalam tubuh. Kortisol dalam tubuh diproduksi terus, hingga anak mudah mengalami perubahan emosi secara dramatis hingga depresi. Hindari faktor stres dengan melakukan kegiatan secara rasional.
Foto: picture-alliance/blickwinkel
Broken Homes
Goncangan dalam keluarga seperti perceraian, atau orang tua yang cekcok terus menerus, mempengaruhi secara signifikan perilaku dan psikologi anak. Hasil riset yang dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family menunjukkan, anak-anak dari keluarga yang pecah akibat perceraian, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan depresi dan perasaan tertekan dibanding anak dari keluarga utuh.
Foto: goodluz - Fotolia
Porsi Bermain Kurang
Bermain merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak. Dengan bermain otak punya kesempatan berkembang dan belajar. Anak juga belajar memecahkan masalah, mengontrol sendiri kehidupannya, mengembangkan kompetensi serta mengeksplorasi minat. Pakar gangguan mental pada anak Peter Gray, PhD menyebut, kurang bermain secara aktif membuat anak tak mampu pecahkan masalah dan tidak kompeten.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Schlesinger
Kecanduan Game Elektronik
Anak-anak yang bermain game elektronik di depan layar computer, tablet atau smartphone lebih dari lima jam sehari, menurut riset yang dilansir dalam American Journal of Industrial Medicine menunjukkan kecenderungan lebih mudah depresi dan mengalami masalah emosional. Main game lebih 20 jam seminggu, menyusutkan sel otak yang berkorelasi pada kapasitas untuk mengembangkan empati dan persahabatan.
Foto: dpa
Kebanyakan Konsumsi Gula
Di zaman modern ini konsumsi gula, berupa kue-kue, manisan dan minuman berkarbonasi, amat tinggi di kalangan anak-anak. Peneliti psikiatri Inggris Malcolm Peet membuat analisa yang menunjukan tingginya konsumsi gula berkorelasi erat dengan maraknya kasus depresi dan skizoprenia. Gula juga menekan aktivitas hormon pertumbuhan di otak. Pada penderita depresi dan skizoprenia, level hormon ini rendah.
Foto: Colourbox
Menggunakan Antibiotika
Obat-obatan antibiotika merusak keseimbangan flora dan bakteri usus yang berperan penting menjaga kesehatan mental. Laporan peneliti di McMaster University yang melakukan riset dengan tikus yang diberi antibiotika dalam jangka panjang, menunjukkan hewan ini menjadi lebih mudah cemas dan bagian otaknya yang mempengaruhi emosi serta perasaan juga mengalami gangguan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. May
Terpapar Racun
Racun kini cemari lingkungan di mana-mana. Mulai dari pestisida untuk tanaman, bahan pembersih, unsur pengawet, cemaran logam berat pada bahan makanan hingga cemaran dari emisi kendaraan. Dalam bukunya: The UltraMind Solution, Mark Hyman, MD merinci simptoma dari dampak paparan racun, antara lain depresi dan gelisah tanpa sebab. Solusinya, lakukan detoksifikasi untuk menghilangkan gejala depresi.
Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb
7 foto1 | 7
Pada hari ini, ketika komunikasi dan informasi berkembang pesat, kesadaran kesehatan mental tidak hanya ditujukan kepada orang dewasa saja. Remaja dan dewasa muda berusia 12 - 24 tahun rentan mengalami depresi yang berujung pada bunuh diri. Saya melakukan wawancara dengan Iqbal Maesa Febriawan seorang Digital Behavior & Mental Health Enthusiast yang tergabung dalam Into The Light Indonesia, menyatakan bahwa American Psychological Association (APA) telah melakukan sebuah studi epidemiologi skala global terkait depresi remaja dan menemukan bahwa populasi remaja yang mengalami depresi adalah sekitar 11%, namun demikian efeknya tidak bisa dibilang ringan karena 75% penderita depresi saat remaja berpotensi melakukan bunuh diri di usia dewasa. Dan kerentanan depresi yang terjadi pada anak muda harus dipandang secara holistik (bio-psiko-sosial).
Beberapa dugaan mengapa depresi pada remaja bisa terjadi seperti perkembangan bagian otak yang belum sempurna, kapasitas diri dalam menghadapi stres dalam kehidupan, maupun relasi interpersonal yang kurang memadai sebagai salah satu mekanisme meredakan stres.
Masalah sosial lain yang rentan memicu depresi pada remaja seperti penerimaan diri dan lingkungan. Remaja LGBTI (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Interseks) sangat rentan mengalami depresi akibat maslaah penerimaan diri dan lingkungan. Begitu juga remaja yang pernah mengalami trauma tertentu seperti perkosaan atau kasus yang sekarang sering terjadi, revenge porn atau penyebaran konten porno dengan tujuan balas dendam oleh mantan pacar, tuntutan orangtua dalam pendidikan dan pekerjaan dan lainnya. Sering sekali bias generasi juga membuat analisis terjadinya depresi pada remaja hari ini menjadi salah kaprah. Generasi Millenial X, Y, Z yang lekat dengan penggunaan aplikasi dan ponsel pintar mendapat streotip generasi yang lemah karena tidak mengalami masa-masa seperti perang dunia, perang dingin atau masa konflik. Tanpa memahami masalah personal dan sosial remaja, orang luar khususnya orangtua sering kali menuduh ponsel pintar, gadget favorit remaja menjadi penyebab depresi dan gangguan sosial lainnya.
Plus-Minus Interaksi Gawai dalam Penanganan Depresi
Apakah benar ponsel pintar adalah penyebab depresi remaja? seperti yang telah dijabarkan di atas, depresi harus dianalisis secara holistik. Dan menuduh satu alasan tertentu seperti lagu sedih ataupun gadget sebagai penyebab depresi terlampau menyederhanakan masalah. Bagaimana ponsel pintar dan penanganan depresi sebenarnya? Menurut Iqbal lagi, penelitian-penelitian yang mengkaji teknologi dan masalah kesehatan mental belum menemukan jawaban yang konklusif. Kebanyakan studi justru menemukan hubungan positif antara penggunaan teknologi dan masalah kesehatan mental. Beberapa tidak menemukan data yang signifikan. Sebuah studi berjudul ‘Seeing Everyone Else's Highlight Reels: How Facebook Usage is Linked to Depressive Symptoms' yang dipublikasikan pada Journal of Social and Clinical Psychology, Universitas Houston. Peneliti Mai-Ly Steers menyatakan mengurangi penggunaan Facebook mampu membantu seseorang dalam mengatasi depresi.
12 Cara Memerangi Stres
Stres bisa jadi masalah yang serius jika sering terjadi dan dibiarkan. Padahal tidak sulit untuk mengurangi stres, dan caranya macam-macam.
Foto: Fotolia/Janina Dierks
Berolahraga
Menurut penelitian, stres yang tidak kunjung henti menyebabkan gangguan sel saraf. Sebaliknya, olahraga menyokong kesehatan sel saraf dan seluruh tubuh. Selain itu, olahraga mendukung agar orang bisa tidur lebih baik. Sedangkan stres biasanya menyebabkan gangguan tidur.
Foto: Fotolia/Kzenon
Relaksasi
Relaksasi dalam bentuk apapun, termasuk yoga, berjalan-jalan atau meditasi bisa turunkan tekanan darah dan melonggarkan otot yang tegang. Tahun 2008 Marc Berman, John Jonides dan Stephen Kaplan dari Universitas Michigan meneliti perbedaan efek berjalan-jalan di taman dan di kota. Hasilnya: setelah berjalan-jalan di taman, orang lebih mampu berkonsentrasi dan berikan perhatian.
Foto: Fotolia/Eisenhans
Bersosialisasi
Memelihara hubungan sosial, baik dengan teman, keluarga, atau bahkan hewan peliharaan, bisa mendorong rasa percaya pada orang lain, perasaan santai dan memberi dukungan bagi rasa percaya diri. Memiliki hubungan sosial yang baik kerap dianggap sangat penting bagi kesehatan mental dan fisik.
Foto: Fotolia/Robert Kneschke
Tertawa dan Menikmati Humor
Tertawa sudah lama dianggap jadi cara tangguh memerangi stres. Dan peneliti mengungkap, tertawa memang bisa membantu. Misalnya studi yang dilakukan 2002 oleh Mary Bennett dan rekan-rekannya. Menurut hasil studi yang dilakukan pada orang dewasa, menonton film yang lucu mengurangi stres, dibanding dengan film tentang tujuan wisata.
Foto: imago/CHROMORANGE
Berpikir Positif
Tahun 2010 Jeremy Jamieson dan rekan-rekannya di Harvard University melatih sekelompok mahasiswa untuk percaya, bahwa gelisah karena menghadapi ujian bisa memperbaiki hasil ujian. Dengan kata lain, mahasiswa dilatih untuk berpikir positif. Hasilnya: mereka tidak terlalu stres dan nilai ujian lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak dilatih.
Foto: Fotolia/vgstudio
Makanan Yang Sehat
Di pagi hari, walaupun sudah terlambat, sebaiknya tetap sediakan waktu untuk sarapan yang baik. Menurut hasil studi Universitas Erlangen-Nürnberg, sarapan yang kaya protein menurunkan kadar kortisol pada darah dan menjaga keseimbangan gula darah. Telur baik untuk melawan stres. Sedangkan kopi yang terlalu banyak bisa menambah stres.
Foto: picture-alliance/dpa
Menikmati Kehijauan
Sebuah studi Universitas Essex tunjukkan, melewatkan waktu di kawasan hijau seperti taman atau hutan juga menurunkan kadar kortisol dan tekanan darah. Ini juga tren terbaru dari Jepang, dan disebut "Shinrin-yoku.“ Di Jepang dokter bahkan mengharuskan pasiennya berjalan-jalan di hutan, jika mereka menderita stres terlalu berat.
Foto: picture-alliance/ZB
Tinggalkan Kebiasaan Buruk
Konsumsi alkohol, rokok dan kofein yang terlalu banyak bisa meningkatkan tekanan darah. Untuk mengurangi stres, orang kerap dianjurkan untuk berhenti merokok sepenuhnya. Jika sering mengkonsumsi alkohol, sebaiknya mengurangi jumlahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Memberi Bantuan
Sumbangkan waktu untuk menolong orang lain, misalnya teman yang baru pindah rumah. Membantu orang lain, dalam bentuk apapun, bisa mengurangi stres.
Foto: auremar - Fotolia.com
Jangan Khawatir
Dunia tidak akan berhenti berputar, jika dapur tidak dibersihkan, atau pekerjaan lain tidak terselesaikan. Nantinya itu semua harus diselesaikan, tetapi mungkin tidak harus saat ini juga.
Foto: unitypix - Fotolia
Atur Waktu dengan Baik
Buatlah daftar tugas untuk membantu agar lebih terfokus pada hal yang paling penting untuk dilakukan. Lakukan tugas-tugas penting satu persatu. Misalnya, mulailah dengan mengatur satu bagian saja dalam hidup sehari-hari. Pertama-tama lemari, berikutnya meja kerja, kemudian dapur dan seterusnya.
Foto: Picture-Factory/Fotolia
Tidur Yang Cukup
Jika bisa tidur dengan baik, stres tidak terlalu mengganggu. Untuk bisa tidur dengan baik, semua alat elektronik harus dimatikan demikian halnya sumber cahaya di kamar tidur. Orang yang sering terganggu tidurnya, sebaiknya mulai sore hari menghindari minuman mengandung kofein. Keterkaitan antara stres dan kurang tidur sudah dibuktikan dalam sebuah studi dari Pennsylvania State University College.
Foto: Fotolia/Janina Dierks
12 foto1 | 12
Facebook sendiri bukanlah penyebab dari depresi namun media sosial seperti facebook membuat kita membandingkan hidup kita dengan teman-teman dan mengurangi paparan informasi di Facebook membuat remaja yang mengalami depresi tidak merasa buruk lagi. Salah seorang narasumber saya, F yang pernah mengalami depresi berat pada tahun 2017 berkata ia sempat menutup sementara semua akun media sosial sebagai bagian dari terapinya. Sekarang F merasa lebih baik dan merasa lebih mampu mengendalikan pikiran dan emosinya. Beristirahat sementara dari media sosial ditemukan efektif dalam meningkatkan kondisi kesehatan mental.
Gawai juga tidak selalu buruk dalam penanganan depresi. Beberapa studi malah memanfaatkan memanfaatkan aplikasi dalam ponsel pintar untuk mengajak remaja khususnya untuk berkontribusi aktif menangani masalah kesehatan mental melalui aplikasi dan media sosial, platform yang jangkauannya lebih luas dan lebih fasih digunakan daripada media penyuluhan. Selain itu, internet maupun aplikasi gawai juga dimanfaatkan untuk intervensi berupa konseling awam dan terapi klinis. Into The Light Indonesia adalah salah satu organisasi pencegahan bunuh diri pada remaja dan dewasa muda yang memberikan pemahaman kesadaran mentalremaja melalui internet dan media sosial dan organisasi ini berhasil memeberikan pemahaman kesadaran bahwa remaja juga rentan terkena depresi dan membantu untuk sintas bersama-sama melalui kelompok pendukung sebaya (peer support group).
Makanan Tepat untuk Merasa Senang
Makanan tepat bisa membantu orang menyingkirkan kemurungan, depresi dan gundah gulana. Kandungan bahan makanan punya pengaruh terhadap fungsi otak dan substansi yang menyebabkan perasaan senang dan suasana hati positif.
Foto: Fotolia/Robert Kneschke
Triptofan - Syarat bagi Serotonin
Serotonin adalah hormon yang sebabkan orang merasa senang. Tanpa itu orang murung, takut atau bahkan depresif. Hormon ini hanya bisa dibentuk di otak. Agar bisa terbentuk, diperlukan Triptofan, asam amino yang menyusun protein. Triptopan banyak di kandung dalam keju, daging dan ikan. Tetapi kadar protein makanan tidak boleh lebih dari 20% jadi kurma, pisang dan coklat pahit bisa jadi alternatif.
Foto: Fotolia/Olaf Wandruschka
Yang Manis Membuat Senang
Makanan manis membuat senang karena gula menyebabkan tubuh bisa menyerap Triptofan. Jadi jika orang mengkombinasikan keduanya, atau misalnya memakan coklat, bisa meningkatkan kemungkinan merasa senang.
Foto: Fotolia/PhotoSG
Paling Baik dalam Karbohidrat
Gula paling baik adalah yang terkandung dalam karbohidrat. Misalnya dalam buah, pasta, kentang, juga beras. Jadi makanan kaya karbohidrat dan miskin protein bisa meningkatkan konsentrasi hormon Serotonin di otak, dan menyebabkan orang merasa lebih senang.
Foto: Fotolia/Comugnero Silvana
Asam Lemak Omega 3 Kurangi Depresi
Berdasarkan sejumlah studi ditarik kesimpulan, bahwa kurangnya konsumsi asam lemak omega 3 bisa menjadi penyebab depresi. Minyak Rapa mengandung asam lemak ini dalam kadar tinggi. Demikian halnya dengan ikan berlemak seperti Salmon dan Makerel. Dianjurkan agar orang menyantap ikan dua sampai tiga kali per minggu.
Foto: Fotolia/Printemps
Vitamin C Dukung Pembentukan Serotonin
Orang dewasa dianjurkan memakan vitamin C antara 75 sampai 150 miligram per hari. Jumlah ini sudah tercukupi jika orang meminum segelas sari jeruk atau sebuah Kiwi. Pemasok vitamin C lain yang juga sangat baik adalah paprika merah dan Brokoli.
Foto: Fotolia
Cabai dan Endorphin
Yang suka makanan pedas beruntung, karena cabai bisa mendorong orang merasa senang. Penyebabnya: jika orang kepedasan, otak akan menginterpretasikannya sebagai rasa sakit, sehingga memproduksi Endorphin dalam jumlah besar untuk menghilangkan rasa sakit. Sebagai akibatnya, orang merasa senang.
Turunkan Stres dengan Polong-Polongan
Kacang polong serta buncis termasuk polong-polongan. Kandungannya, seperti protein nabati, juga serat pangannya meningkatkan kekuatan syaraf sehingga mampu menekan stres.
Foto: picture-alliance/dpa/Stockfood
Aroma Vanili "Menyenangkan"
Vanili sebagai aroma atau jika dicampur dalam makanan tidak hanya menekan keinginan untuk memakan sesuatu yang manis, melainkan juga menimbulkan pembentukan Serotonin di otak. Oleh sebab itu baik wangi maupun rasa vanili meningkatkan perasaan positif.
Foto: Fotolia/Inga Nielsen
Mengemil Buah Kering
Buah-buahan kering, misalnya pisang atau kurma (foto), ideal bagi orang yang suka mengemil dan pada saat bersamaan ingin menciptakan perasaan hati yang positif. Sementara orang yang mudah terserang stres bisa mengambil keuntungan berupa kadar karbohidrat tinggi pada 'snack' ini.
Foto: imago/imagebroker
Rempah-Rempah Lancarkan Peredaran Darah
Rempah-rempah seperti lada dan jahe meningkatkan peredaran darah sehingga mendukung kerja semua organ tubuh dan penyaluran berbagai zat penting yang memungkinkan tubuh tetap sehat. Termasuk juga ke otak, di mana hormon Serotonin yang membuat orang merasa senang dibentuk.
Foto: Fotolia/photocrew
10 foto1 | 10
Bantuan bila Mengalami Depresi
Penggunaan ponsel pintar dan remaja tidak berpengaruh secara langsung pada depresi remaja. Depresi yang tidak ditangani secara serius akan menjurus pada bunuh diri. Untuk itu kesadaran penanganan kesehatan mental dibutuhkan apabila kita atau teman kita mengalami gejala depresi seperti disebutkan di atas. Seringkali penderita gangguan mental menolak untuk pergi ke rumah sakit dan bantuan profesional karena stigma. Menderita penyakit mental tertentu dianggap lebay dan dicap sebagai ‘orang gila'. Padahal, rujukan informasi yang benar sangat dibutuhkan dalam penanganan penyakit mental dan self diagnosis tidak dibenarkan karena akan memperparah keadaan. Mendatangi kelompok pendukung sebaya (peer support group) membantu untuk menghalau stigma dan mengakses bantuan psikolog profesional di rumah sakit. Ini lebih baik daripada mendiagnosis diri sendiri melalui informasi di Internet.
Kelompok pendukung sebaya efektif membantu masalah kesehatan mental dan belajar menangani stres pada remaja secara bersama-sama. Penanganan yang tepat akan membantu penderita depresi untuk sintas.
5 Tanda Kekurangan Vitamin D
Di seluruh dunia diperkirakan ada 1 milyar orang yang kekurangan vitamin D. Padahal kekurangan vitamin ini bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes hingga 2,5 kali lipat.
Foto: Fotolia/Konradbak
Keringat Berlebih
Sulit untuk mendeteksi pada bayi yang baru lahir akan kekurangan vitamin D. Tanda pertamanya adalah kening yang berkeringat. Hal yang sama berlaku untuk orang dewasa. Jadi jika kening Anda terus bekeringat, sementara suhu tubuh Anda normal, tidak ada salahnya Anda melakukan tes vitamin D di dokter.
Foto: picture-alliance/epa/F. Sivi
Letih
Otot yang kuat bukan hanya berkat asupan zat besi. Kekurangan vitamin D bisa membuat Anda kerap merasa letih, walau Anda sudah istirahat dan tidur dengan cukup. Vitamin D yang cukup bisa membuat Anda merasa lebih kuat, berapuapun usia Anda.
Foto: Fotolia/Light Impression
Patah Tulang
Massa tulang berhenti tumbuh di usia sekitar 30 tahun. Kurangnya vitamin D bisa mempercepat atau memperburuk gejala osteoporosis. Ini menurut studi yang diterbitkan American Journal of Clinical Nutrition. Hampir tidak mungkin untuk mencukupi kebutuhan vitamin D hanya melalui makanan. Vitamin D juga harus diperoleh melalui sinar matahari dan suplemen.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Wüstenhagen
Rasa Sakit Kronis
Penderita artritis dan fibromyalgia (kondisi kronis yang ditandai dengan nyeri yang meluas pada ligamen otot dan tendon) mungkin juga kekurangan vitamin D. Karena kekurangan vitamin D juga bisa menyebabkan rasa sakit pada otot dan sendi. Vitamin D yang cukup juga bisa mencegah rasa pegal setelah berolahraga dan mempercepat pemulihan otot.
Foto: Colourbox
Depresi
Diagnosa depresi sebenarnya sering dikaitkan dengan kekurangan vitamin D. Hubungannya belum jelas. Para pakar kesehatan memperkirakan, mineral vitamin D mungkin bekerja di bagian otak yang sama dan mempengaruhi hormon yang sama seperti serotonin - yang memiliki efek terhadap suasana hati seseorang.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Bonn-Meuser/
5 foto1 | 5
@Nadyazura
Essais dan pengamat masalah sosial.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
Anda dapat berbagi opini di kolom komentar di bawah...