Ketika terpilih sebagai menteri olahraga Malaysia, Syed Saddiq, baru berumur 25 tahun. Apa kabar dengan para pemuda/I di Indonesia? Ikuti opini Nadya Karima Melati.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Iklan
Jika tidak ada kelompok muda yang dianggap nekat, penuh semangat dan kurang berpikir panjang, mungkin bangsa Indonesia tidak pernah ada. Sejarawan asal Universitas Cornell, Amerika Serikat dalam bukunya Revolusi Pemuda, menyatakan bahwa gerak bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh kelompok muda.
Kelompok muda, menggagas dan mendorong sebuah peristiwa terjadi tetapi nama mereka jarang sekali dikenal dalam sejarah karena tertutup nama tokoh tua. Sebut saja peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda tahun 1928 atau Kongres Pemuda II yang diselenggarakan oleh kumpulan organisasi anak muda kala itu. Salah satu tokoh muda penggeraknya adalah Sunaryo Sastrowardoyo.
Teks Sumpah Pemuda berasal dari manifesto politik Indische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia (PI) yang digagas olehnya. Ketika berlangsungnya Manifesto Politik 1925, Sunaryo kala itu belum genap 27 tahun dan aktif berpartisipasi menjadi otak dari kedua peristiwa penting bagi bangsa Indonesia ini.
Begitu pula dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, jika tidak ada kelompok muda yang menekan dan nekat menculik ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta, ke Rengasdengklok. Sudah pasti tentara Inggris keburu tiba untuk mengambil alih status qo pasca kekalahan Jepang.
Kelompok muda ini kebanyakan terdiri dari mahasiswa seperti Chaerul Saleh, Wikana, Aidit, Darwis dan Djohan Noer, BM Diah. Penculikan ini sempat membuat Jepang ketar-ketir dan akhirnya memutuskan untuk mendukung diam-diam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dua peristiwa tersebut adalah contoh bagaimana pemuda yang menentukan gerak bangsa. Istilah pemuda lekat dengan tendensi politik dan romantisme sejarah, berbagai buku sejarah menjelaskan pemuda sebagai pejuang revolusi atau penggerak mobilisasi politik seperti yang dilakukan oleh banyak sejarawan.
Mereka berjuang dan melakukan sesuatu, tapi hampir terlupakan karena semua puja-puji diberikan pada kelompok tua yang dianggap "memimpin” dan hal tersebut terjadi sampai hari ini.
Di Jerman, Periset Muda Indonesia Ini Gali Potensi 'Harta Karun' Pada Tinja Manusia
Muda, kreatif dan inovatif, mahasiswa Universitas Bonn, Jerman, Fadli Mustamin bersama timnya menggali potensi dari hal yang selama ini dihindari manusia, yakni tinja. Apa potensinya?
Foto: DW
Dari tinja jadi 'emas'
Buang hajat jadi bagian dari ritual biologis manusia sehari-hari. Bau dan kotor. Tapi tahukah Anda kotoran buangan manusia ini bisa bermanfaat bagi alam? Sebuah penelitian di Jerman, yang salah satunya beranggotakan seorang periset asal Indonesia mencari manfaat dari kotoran manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Woitas/
Kandungan dalam tinja
Dari tinja, katakanlah: satu kota berpenduduk 1 juta orang dapat dihasilkan: 1.200 ton Nitrogen, 170 ton Fosfor, 330 ton Potassium per tahun. Di Universitas Bochum di Jerman, manfaat tinja manusia ini diteliti dan dibuat menjadi pupuk organik untuk sektor pertanian.
Foto: Reuters
Menggabungkan tinja dengan sampah organik
Fadli Mustamin bersama para rekannya ang tergabung dalam tim peneliti kerjasama universitas Bochum dan Universitas Bonn, International Water Management Institute di Srilanka, meneliti manfaat gabungan lumpur tinja dan sampah organik untuk pupuk organik. Kerjasama ini didanai oleh Kementerian untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman,BMZ.
Foto: DW
Dijadikan pellet
Metode yang paling umum dan terjangkau adalah melalui pengomposan tinja dan sampah organik untuk dijadikan pellet. Pengomposan yang menghasilkan panas hingga 71°C, efektif membunuh pathogen. Pengomposan itu dilakukan di Srilanka dan dan pelletnya dibawa ke Bochum.
Foto: DW
Diperlukan bahan-bahan tambahan
Di Bochum, Fadli mempersiapkan tanah yang akan dicampur pellet. Pellet itu 70 persennya adalah tinja manusia dan 30 persennya sampah organik. Untuk mengukur kadar karbon dioksidanya, pellet akan diberi bahan tambahan seperti kalium hidroksida.
Foto: DW
Mengukur tingkat kesuburan
Melalui proses inkubasi selama 50 hari , para peneliti mengetahui berapa kadar jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari proses pernafasan mikroorganisme selama 50 hari. Semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan, berarti semakin aktif miroorganisme, maka semakin subur tanah itu.
Foto: DW
Dua manfaat
Sektor agraria selama ini banyak tergantung pada pupuk kimia yang harganya tidak murah. Selain itu pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran lingkungan. Jika penelitian Fadli berhasil bukan tidak mungkin dapat bermanfaat bagi penyediaan pupuk organik di tanah air.
Foto: Getty Images/R. Gacad
Solusi bagi limbah perkotaan
Fadli berharap, projek yang didanai BMZ dan merupakan bentuk kerja sama antara International Water Management Institute di Srilanka, Universitas Bochum dan Universitas Bonn ini, bisa menjadi solusi yang tepat bagi negara yang mengalami masalah pengelolaan limbah sanitasi dan sampah perkotaan.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
8 foto1 | 8
Kelompok muda di Indonesia, seperti antara ada dan tidak ada
Sebuah kajian apik dilakukan oleh organisasi Pamflet tentang Kajian Kebijakan Anak Muda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, anak muda dilihat sebagai generasi penerus namun . Anak muda hanya dilihat sebagai objek yang perlu dijaga dan dikontrol.
Hal ini diakui oleh Anindya Restuviani, atau akrab dipanggil Vivi penggerak Women's March 2018 menyatakan masih berlangsungnya diskriminasi umur yang terjadi kepadanya. Vivi yang berhasil menggalang ribuan masa turun untuk berdemonstrasi turun ke jalan masih sering sekali dianggap sebelah mata untuk turut membuat kebijakan khususnya menyangkut kepemudaan. Seringkali dirinya sebagai yang benar-benar berusia dua puluhan dalam sebuah forum hanya dilihat sebagai representasi anak muda semata dan tidak dianggap serius.
Hal yang sama terjadi pada kenalan saya seorang dosen muda, sebut saja I, menyatakan bahwa karena dia masih muda dan belum menikah, dia dianggap kurang layak untuk menjadi penentu kebijakan belajar-mengajar mahasiswa di kampusnya.
Lebih lanjut dalam penelitiannya Pamflet menemukan pada masa reformasi berbagai organisasi yang dirikan oleh generasi muda lebih suka menggunakan kata "muda”.
8 Hal yang Harus Dilakukan Anak-anak Sendiri Sebelum Masuk SMP
Bagaimana anak-anak bisa tumbuh dewasa sebagai manusia kompeten, jika orangtua selalu melakukan segalanya untuk anak yang berangkat remaja.
Foto: Public Domain
1. Bangun pagi tanpa perlu dibangunkan
Inilah saatnya membiarkan jam alarm melakukan tugasnya. Mereka harus belajar bertanggung jawab untuk bangun sendiri sendiri ketika mulai sekolah menengah, agar tak terlambat. Belajar menjadi orang dewasa yang berdisiplin dan menghargai waktu.
Foto: Fotolia/photonetworkde
2. Menyiapkan sarapan sendiri.
Orang tua kadang memastikan ada makanan di rumah sehingga mereka bisa makan sarapan. Tiba saatnya mereka mulai menyiapkan sarapannya sendiri sesuai dengan selera dan kreasinya sendiri.
Foto: Fotolia/okinawakasawa
3. Mengerjakan PR sendiri
Ketakutan orangtua biasanya, sang anak lupa atau salah dalam mengerjakan tugas dari sekolah yang dibawa pulang atau PR. Namun kini sudah saatnya mereka mengerjakannya. Setelahnya mereka boleh meminta orangtua untuk mengecek saja. Mereka perlu tahu bagaimana melakukannya tanpa intervensi Anda.
Foto: Imago/Jochen Tack
4. Mengepak barang-barang sendiri untuk sekolah
Buku, ponsel, kunci tertinggal, seragam belum dicuci..... Bukan tugas Anda lagi sebagai orangtua yang terus-menerus bawel mengingatkan. Mereka harus belajar untuk tahu konsekuensinya, tanpa harus mengandalkan orangtua mengingatkan benda-benda tersebut. Lupa sesuatu? Rasakan rasa sakit itu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
5. Rencanakan dan kerjakan proyek sekolah sendiri
Proyek sekolah tidak diberikan malam hari sebelum jatuh tempo. Karena itu, jangan ambil alih tugas sekolah pada menit terakhir agar proyek selesai. Mereka harus belajar membuat perencanaan yang matang. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan, dalam obrolan mingguan, tanya tentang proyek sekolah apa yang akan atau tengah digarap.
Foto: Fotolia/Spectral-Design
6. Mencuci baju sendiri
Seorang remaja harus diingatkan, bahwa orangtua bukanlah pelayan mereka. Dalam usia beranjak remaja, mereka mampu mengatasi keseluruhan proses binatu, mulai dari mencuci dan melipat atau menyeterika.
Foto: Dron/Fotolia
7. Menyelesaikan persoalan dengan guru atau pelatih
Jika anak punya masalah dengan guru atau pelatih, dia harus mempertanggungjawabkannya. Tidak disarankan orang tua ikut campur permasalahan di antara figur otoritas dan anak. Orangtua cukup perlu tahu. Anak perlu belajar bagaimana menangani masalahnya sendiri atau setidaknya meminta Anda untuk membantu mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
8. bertanggung jawab dalam urusan sekolah
Orangtua memang perlu mengobrol soal proyek sekolah dan PR, tapi diharapkan anak-anak tersebut menyadarai bahwa itu adalah tanggung jawab mereka sepenuhnya. Dengan demikian orangtua juga belajar menghargai kemampuan anak itu sendiri. Yang tetap harus dilakukan adalah mengamati perkembangan nilai dan berbicara tentang situasi di sekolah, tanpa perlu ikut campur berlebihan. (Ed: ap/hp/redtri)
Foto: Public domain
8 foto1 | 8
Kata muda digunakan dengan harapan anak muda lebih memberi agency kepada kelompok dibandingkan istilah pemuda yang dilekatkan oleh pihak lain di luar mereka.
Pemilihan nama ini pula diharapkan muncul tendensi kelompok muda sebagai mitra yang setara dalam pembuatan kebijakan dan keputusan dalam kehidupan bernegara. Istilah pemuda berbeda dengan remaja khususnya dalam organisasi.
Pemuda identik dengan politik di luar dirinya seperti kebangsaan, revolusi dan pembangunan. Sedangkan remaja diasosiasikan pada politik yang berkenaan dengan dirinya seperti akses pendidikan dan kesehatan.
Dari sekian banyakglorifikasi dan romantisme tentang pemuda dan perannya dalam bernegara, istilah anak muda memang seperti komoditas dalam politik Indonesia. Di satu sisi anak muda dilihat sebagai generasi penurus masih dianggap sebagai obyek yang perlu dijaga dan dikontrol.
Di sisi lain berbagai anggaran dan kebijakan yang menyasar anak muda tidak melibatkan atau menyuarakan kebutuhan anak muda. Pada masa Revolusi Wikana mengoceh supaya kemerdekaan cepat dilakukan, dan ketika masa Orde Lama, istilah pemuda terjatuh ke dalam romantisasi revolusi. Pada masa Orde Baru lebih menyedihkan lagi, istilah anak muda dihilangkan pada kampanye dan program pemerintahannya untuk anak muda bertujuan untuk mengontrol dan mengendalikannya.
Remaja dan dewasa muda dilihat sebagai ancaman stabilitas dan keamanan sehingga kenakalan remaja dikategorikan sebagai penyimpangan sosial.
Pengendalian anak muda dilakukan negara Indonesia sampai hari ini menggunakan berbagai peraturan melalui institusi sekolah yang lekat sebagai tempat berinteraksi anak muda. Peraturan seperti normalisasi kehidupan kampus dan OSIS di sekolah-sekolah berusaha untuk mencabut kesadaran anak muda dari politik pemerintah yang berkuasa.
Tempat Bermain Anak Tempat Mendidik Yang Picu Kreativitas
Mendesain tempat bermain anak yang memberi stimulasi bagi kreativitas dan mengakomodasi kebutuhan pedagogis anak adalah tugas tidak mudah. Tempat bermain anak juga mengalami sejumlah perubahan dalam abad terakhir.
Foto: Annik Wetter
Tempat bermain penuh kebebasan
Warga Denmark Carl Theodor Sorensen punya sejumlah teori tentang bagaimana tempat bermain anak yang baik. Tahun 1931 ia memperkenalkan ide "junk playground". Anak-anak diberikan bahan-bahan untuk membangun sesuatu dan peralatannya. Anak-anak kemudian ditinggal untuk membuat apapun sesuka mereka. Sorensen jadi pelopor cara didik yang mendorong kreativitas anak.
Foto: Riccardo Dalisi
Air di mana-mana
Mulai 1930, perancang tempat bermain anak mulai mengikutsertakan elemen-elemen dari alam. Tujuannya agar anak-anak di perkotaan bisa menikmati keuntungan sama yang dirasakan anak-anak yang besar di kawasan pedesaan. Sehingga mulai ditempatkan bak-bak berisi pasir, seperti di pantai. Juga kolam berisi air untuk memperkenalkan anak-anak dengan lautan.
Foto: Richard Dattner
Tempat bermain "Do-it-yourself"
Sikap "buatlah sendiri" di tahun 1960-an mendorong timbulnya aktivitas bersifat mendidik, karena para orang tua bergabung dan bekerjasama untuk menciptakan sendiri tempat bermain bagi anak-anak mereka. Mereka mengambil alih kawasan kosong di daerah perkotaan dan menggunakan bahan bangunan untuk menciptakan tempat bermain bagi anak.
Foto: Riccardo Dalisi
Patung untuk bermain
Sebelum 1960-an, tempat bermain menggunakan berbagai bahan, misalnya baja, tali, kayu dll. Mulai 1960-an, materi baru diperkenalkan dan desain tempat bermain mulai lebih dipertimbangkan. Elemen besar yang bisa digunakan anak-anak dalam jumlah besar, dengan cara berbeda, mulai ditempatkan.
Foto: Kunst- und Ausstellungshalle d. BRD GmbH/L.Schmid
Desain Uni di tahun 1070-an
Foto ini menunjukkan areal bermain anak di tahun 1972 di Central Park, New York. Desainnya semakin rumit sejalan dengan bertambahnya tahun. Misalnya, papan peluncur dan jembatan baru ditambahkan belakangan.
Foto: Richard Dattner
Bentuk tambah marak
Semakin populer tempat bermain anak, desain barang-barangnya juga makin marak. tidak hanya patung-patung tambah unik, tetapi juga tambah aneh.
Foto: Kunst- und Ausstellungshalle d. BRD GmbH/L.Schmid
Tempat bermain dorong keikutsertaan dan keaktifan anak
"Kami berusaha membuat museum lebih cantik," kata Gabriela Burkhalter. Ia memimpin pameran berjudul Playground Project di musium Bundeskunsthalle Bonn. Burkhalter yang memulai risetnya tahun 2006 membuat lahan pameran yang bisa digunakan dan dicoba pengunjung. Pameran menceritakan hidup di abad ke-20 dari perspektif perkembangan lahan bermain anak-anak. Penulis: Courtney Tenz (ml/ap)
Foto: Annik Wetter
7 foto1 | 7
Dikendalikan kekuasaan
Anak muda dipaksa menjadi patuh melalui serangkaian peraturan pengendalian melalui sekolah ataupun institusi seperti agama. Di sisi lain, birokrasi negara menjadikan anak muda sebagai komoditas sasaran program dengan tujuan: pengendalian dan membentuk anak muda sesuai dengan yang diinginkan oleh kekuasaan.
Dan kita tidak mengulangi sejarah seperti tidak pernah belajar darinya. Akibat dari kontrol pemerintah terhadap anak muda, posisi dan suara anak muda nampaknya lenyap saja. Hari ini kenyataan di lapangan menunjukan bahwa praktik organisasi dan birokrasi kategori pemuda bisa mencapai usia 40 tahun.
Padahal definisi usia muda menurut Undang-undang tahun 2004 tentang Kepemudaan, Pemuda dianggap berusia 16 – 30 tahun. Hal ini mengindikasikan nama „muda" hanya sekedar komoditas program kebijakan.
Lihat saja bagaimana Kementerian Pemuda yang ada bukan untuk menyuarakan kebutuhan anak muda, melainkan menjadi patron untuk mengontrol kegiatan anak muda. Banyak kementerian berlomba-lomba membuat kebijakan tentang anak muda dengan dana program yang jumlahnya tidak sedikit.
Kebanyakan program-program kepemudaan tumpang tindih dan hanya berisi jargon kosong karena anak muda tidak benar-benar dilibatkan di sana. Kebijakan pemerintah menyasar anak muda hanya bersifat ‘lipstik' karena anak muda tidak dilibatkan sebagai subjek dalam membuat kebijakan yang menyangkut dirinya.
Akhir kata, seperti tidak belajar dari sejarah, bangsa kita terus-terus mengulang kesalahan dirinya. Mengagungkan kata pemuda tapi tidak benar-benar menghargai perannya. Pemerintah nampaknya sekedar mau pemuda sebagai jargon saja tanpa benar-benar memberikan kesempatan kepada mereka.
Penulis:
@Nadyazura
Essais dan pengamat masalah sosial.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Tuliskan komentar Anda terkait opini di atas pada kolom di bawah ini.
Emas untuk Indonesia di Asian Games 2018
Kegemilangan kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 sudah melampaui torehan pada ajang serupa tahun 2014 di Korea Selatan. Cabang olahraga mana saja yang berhasil menyumbang medali emas untuk Indonesia?
Foto: Reuters/C. Mcnaughton
Penyumbang emas pertama
Defia Rosmaniar (23 tahun) menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018. Atlet cabang olahraga taekwondo itu meraih gelar dalam nomor pertandingan poomsae, seni yang dipadu iringan musik. Emas kedua datang dari Lindswell Kwok dari cabang Wushu. Ia meraih total skor tertinggi (19,50) di antara 16 pewushu lainnya saat turun di nomor Taijijian.
Foto: picture alliance / Photoshot
Duet emas dari sepeda gunung
Emas ketiga disumbangkan Tiara Andini Prastika. Atlet dari cabang sepeda gunung nomor downwhill putri itu tercatat sebagai yang tercepat dalam Asian Games 2018. Saat berlomba di Khe Bun Hill Subang, Senin (20/08), Tiara membukukan waktu dua menit 33,056 detik, dan mengalahkan atlet Thailand, Vipavee Deekaballes dengan selisih waktu 9,598 detik...
Foto: picture-alliance/Xinhua
Downhill putra turut sumbang prestasi
... Khoiful Mukhib juga meraih medali emas pada mountain bike nomor downhill putra, Senin (20/8). Dia menjadi yang tercepat di nomor downhill dengan catatan waktu 2 menit 16,687 detik. Torehan waktu Khoiful lebih cepat 1,497 detik dari Shengshan Chiang asal Taiwan. Raihan emas dari Khoiful ini membuat tim sepeda Indonesia sukses mengawinkan emas pada nomor downhill putra dan putri.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Angkat besi kian populer
Eko Yuli Irawan penuhi tugasnya sebagai lifter andalan Indonesia di Asian Games 2018. Medali emas untuk Eko Yuli Irawan dikalungkan langsung Presiden RI Joko Widodo yang hadir di JIExpo Kemayoran. Pria berusia 29 tahun itu tercatat sebagai sebagai lifter pertama yang menyumbang medali emas di ajang Asian Games. Ia berharap olahraga angkat besi bisa populer layaknya sepak bola dan bulu tangkis.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Dua emas dari paralayang
Dua emas disumbangkan cabang olahraga paralayang untuk kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Tim beregu putra yang diperkuat Hening Paradigma, Thomas Widyananto, Rony Pratama, Jafro Megawanto berhasil mencatat skor terbaik pada nomor akurasi. Sehari setelahnya, emas kedua dari cabang paralayang disumbangkan Jafro Megawanto pada nomor akurasi tunggal putra di Gunung Mas Puncak.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Emas dari panjat tebing
Atlet putri, Aries Susanti Rahayu menyumbangkan satu emas saat berlaga di Jakabaring Sport City, Palembang. Ia menjadi yang tercepat pada babak final ketika berhadapan dengan wakil Indonesia lainnya, Puji Lestari. Raihan ini membuat panjat tebing sekaligus menyumbang satu emas dan satu perak untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Foto: Reuters/E. Su
Dayung sumbang emas ke-9
Medali emas dipersembahkan cabang olahraga dayung bagi kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, Jumat (24/8/2018). Tim putra Indonesia dari nomor Men's Lightweight Eight (LM8-) unggul atas tim Uzbekistan dan Hong Kong pada perlombaan di Jakabaring Rowing Lake. Indonesia mendapat lima medali dari cabang dayung, yakni satu medali emas, dua perak dan dua perunggu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kurniawan
Emas dari tenis
Pasangan ganda campuran, Christopher Benjamin Rungkat dan Aldila Sutjiadi, berhasil menyumbangkan medali emas kesepuluh pada Asian Games 2018 dari cabang olahraga tenis, Sabtu (25/08). Kedua atlet tenis ganda campuran itu mengalahkan pasangan dari Thailand dengan skor 6-4, 5-7, 10-7 di Arena Tenis Jakabaring, Palembang. (kompas.com, detik.com, bola.com)
Foto: picture-alliance/Photosport/A. Cornaga
Emas terbanyak dari Pencak Silat
Indonesia tampil mendominasi di cabang olah raga bela diri ini. Dari 14 nomor final mereka ikuti, 11 medali emas sudah direbut pesilat-pesilat nasional. Namun ada sejumlah kejanggalan dikeluhkan negara peserta Asian Games 2018 di cabang ini.
Foto: Imago/Xinhua
Dua emas dari bulutangkis
Dari cabang olah raga bulutangkis, Indonesia mendapatkan dua emas, dua perak, dan empat perunggu. Medali emas diperoleh Jonatan Christie pada nomor tunggal putra dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan Marcus Fernaldi Gideon dari nomor ganda putra.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Sepak takraw berikan emas terakhir
Indonesia menambah perolehan emas Asian Games 2018 dari cabang olah raga sepak takraw Indonesia yang berjaya di final nomor kuadran putra. Kemenangan ini membuahkan medali emas ke-31.Tim sepak takraw putra Indonesia diperkuat Muhammad Hardiansyah Muliang, Nofrizal, Saiful Rizal, Husni Uba, Rizky Abdul Rahan Pago, dan Abdul Halim Radjiu.