Obat anti depresi punya efek bisa memperbaiki suasana hati, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu obat ini malah bisa membuat orang punya pikiran untuk bunuh diri. Solusi bagi orang-orang ini adalah tes darah.
Iklan
Sejak tahun 2005, Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara di Eropa menyertakan peringatan pada obat anti depresi bahwa dengan meminum obat ini, pasien depresi bisa rentan terhadap resiko bunuh diri.
Sejak penyertaan peringatan tersebut pada obat anti depresi, “Bunuh diri sering kali terjadi“, kata Andreas Menke, psikiater Max-Planck-Institut München. Penyebabnya bukan dari akibat samping yang ditimbulkan oleh obat itu, akan tetapi karena obat tersebut jadi jarang diresepkan dan dipakai semenjak disertakannya peringatan pada obat itu.
Negara dengan Tingkat Bunuh Diri Tertinggi di Dunia
Menurut WHO, setiap detik sekitar 40 orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Tekanan karir dan pendidikan menjadi alasan terbesar di negara industri. Adapun di negara berkembang, kemiskinan yang menjadi faktor utama
Foto: Fotolia/Dan Race
5. Lituania
Dengan tingkat bunuh diri sebesar 28,2 dari 100.000 penduduk, Lituania masuk dalam lima besar di daftar hitam WHO. Mencapai puncaknya pada 1990an, angka bunuh diri per tahun di negara kecil Eropa itu banyak berkurang. Namun begitu, tingginya tingkat depresi dan penyakit mental lain membuat angka kematian akibat bunuh diri tetap berada di level tertinggi di dunia.
Foto: DW/M. Griebeler
4. Sri Lanka
Sri Lanka mencuat di awal dekade 1990 berkat tingkat bunuh diri paling tinggi di dunia. Kendati banyak berkurang, hingga kini negara kepulauan di Samudera Hindia itu masih termasuk dalam lima besar dengan 44,6 kasus dari 100.000 penduduk. Tidak jelas alasan apa yang mendorong penduduk Sri Lanka untuk mencabut nyawa sendiri. Beberapa studi menyebut kemiskinan dan masalah sosial sebagai faktor utama
Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
3. Korea Selatan
Tuntutan karir, sekolah dan tekanan sosial diyakini sebagai penyebab utama tingginya angka bunuh diri di Korsel. Kasus bunuh diri (41,2 dari 100.000 penduduk) lazim ditemui di universitas atau sekolah dan mencapai puncaknya pada November, jelang ujian masuk perguruan tinggi. Pemerintah bahkan menyebarkan applikasi yang menganalisa aktivitas sosial media untuk mendeteksi gejala awal bunuh diri.
Foto: picture alliance/Yonhap
2. Korea Utara
Perserikatan Bangsa Bangsa berulangkali mewanti-wanti pemerintah di Pyongyang mengenai tingginya angka bunuh diri di negeri komunis tersebut. Badan Kesehatan Dunia WHO mencatat, setiap tahun sekitar 10.000 warga Korut mencabut nyawa sendiri. Beberapa laporan bahkan berkisah mengenai satu keluarga yang melakukan bunuh diri lantaran khawatir hukuman oleh rejim yang berkuasa.
Foto: picture-alliance/dpa
1. Guyana
Dengan 44,2 kasus bunuh diri untuk setiap 100.000 penduduk, Guyana menempatkan diri di urutan teratas dalam daftar muram versi WHO. Sebuah laporan yang ditulis The Guardian mengungkap, kemiskinan yang dipadu dengan konsumsi alkohol berlebihan merupakan alasan terbesar di balik tingginya angka bunuh diri di Guyana. Meminum cairan pestisida adalah cara bunuh diri yang paling sering digunakan.
Foto: C. Rose/Getty Images
5 foto1 | 5
Mengukur resiko bunuh diri dalam darah
Menke dan rekan kerjanya bertanya-tanya, apakah resiko bunuh diri bisa diukur melalui perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh manusia?
Dalam sebuah studi, ia dan teman-temannya meneliti hampir 400 orang pasien depresi. Pertama-tama, setiap pasien depresi tersebut akan diukur tingkat keparahan depresi serta resiko bunuh diri mereka. Dalam jangka waktu 2 minggu perawatan menggunakan obat tersebut, pasien-pasien tersebut akan diawasi perkembangannya. Hasilnya, beberapa pasien menyatakan, pikiran untuk bunuh diri tak pernah muncul sebelum dan selama perawatan, akan tetapi beberapa pasien lainnya menyatakan mereka tiba-tiba mempunyai pikiran untuk bunuh diri.
Wisata Bunuh Diri
Dalam empat tahun terakhir, jumlah turis yang datang ke Swiss untuk meninggal bertambah dua kali lipat. Ini hasil studi Journal of Medical Ethics. Swiss adalah salah satu dari sedikit negara yang melegalkan eutanasia.
Foto: picture-alliance/dpa
Terus Bertambah
Tahun 2009 jumlah warga asing yang datang ke Swiss untuk mengakhirinya nyawanya dengan bantuan orang lain baru 86 orang. Tahun 2012 melonjak menjadi 172. Di Swiss, eutanasia legal sejak tahun 1940-an.
Foto: Shahriar Sedighi
Ilegal di Banyak Negara
Eutanasia juga legal di Belanda, Luksemburg, Belgia, dan beberapa negara bagian di AS. Tapi kebanyakan negara melarang praktik tersebut. Sehingga, pasien yang tidak bisa disembuhkan terpaksa bepergian ke negara-negara tersebut untuk meninggal tanpa harus khawatir bahwa keluarga atau dokternya akan dituntut.
Foto: picture-alliance/dpa
Pasien Penyakit Saraf
Hampir setengah dari pasien yang menjalani "wisata bunuh diri" di Swiss adalah pasien yang menderita penyakit saraf, seperti kelumpuhan, penyakit neuromotorik, Parkinson dan Multiple Sclerosis (MS). Dari 611 kasus yang dianalisa antara 2008 dan 2012 usia rata-rata pelaku eutanasia adalah 69 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Perdebatan di Swiss
Bertambahnya jumlah warga asing yang melakukan wisata bunuh diri memicu perdebatan di antara warga Swiss. Tahun 2011, warga kota Zurich menolak proposal yang melarang eutanasia dan wisata bunuh diri. Setahun kemudian, parlemen nasional juga menolak pengawasan yang lebih ketat bagi praktik tersebut.
Foto: imago/Olaf Döring
Kebanyakan dari Jerman
Sekitar setengah dari turis eutanasia yang datang ke Swiss berasal dari Jerman. 20 persen dari Inggris. Dua negara lain yang juga masuk dalam 10 besar negara asal peserta wisata bunuh diri adalah Perancis dan Italia.
Foto: picture-alliance/dpa
5 foto1 | 5
“Sebagian besar pasien itu sangat terkejut dengan pikiran mereka dan berbicara tentang hal itu“, kata Menke. Terkadang pertanyaan-pertanyaan khusus diperlukan, karena bagi mereka- sebagai penderita pikiran-pikiran semacam itu sangat tak nyaman.
Dengan melakukan pemeriksaan pada darah, Menke dan rekan-reannya bisa mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi pada gen para pasien depresi itu. Hasilnya kemudian diperbandingkan satu sama lain. “Kami menemukan hampir 100 macam penanda gen yang bervariasi, yang berbeda pada dua kelompok pasien tersebut dan yang berkaitan dengan efek samping yang muncul“, kata Menke.
Setelah melakukan studi pada pasien lain “Dengan kemungkinan lebih dari 90 persen, kami bisa mengidentifikasi: ini pasien yang kiranya akan mempunyai pikiran untuk melakukan bunuh diri atau -tidak, jika ia dirawat menggunakan obat anti depresi“, Jelas Menke.
Bisa diawasi dengan lebih baik
Perusahaan asal Amerika, Sundance Diagnostics ingin menjual produk Test-Resiko Bunuh Diri mereka ke pasar. “Pertama-tama Test ini akan dibagikan kepada para psikiater”, kata Menke. Jika hasil studi ke tiga ini kembali berhasil, maka Test-Resiko Bunuh diri ini bisa dijual di pasar. Sehingga pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh para ilmuwan, Test-Resiko Bunuh Diri ini bisa digunakan pada setiap pasien depresi.
12 Cara Memerangi Stres
Stres bisa jadi masalah yang serius jika sering terjadi dan dibiarkan. Padahal tidak sulit untuk mengurangi stres, dan caranya macam-macam.
Foto: Fotolia/Janina Dierks
Berolahraga
Menurut penelitian, stres yang tidak kunjung henti menyebabkan gangguan sel saraf. Sebaliknya, olahraga menyokong kesehatan sel saraf dan seluruh tubuh. Selain itu, olahraga mendukung agar orang bisa tidur lebih baik. Sedangkan stres biasanya menyebabkan gangguan tidur.
Foto: Fotolia/Kzenon
Relaksasi
Relaksasi dalam bentuk apapun, termasuk yoga, berjalan-jalan atau meditasi bisa turunkan tekanan darah dan melonggarkan otot yang tegang. Tahun 2008 Marc Berman, John Jonides dan Stephen Kaplan dari Universitas Michigan meneliti perbedaan efek berjalan-jalan di taman dan di kota. Hasilnya: setelah berjalan-jalan di taman, orang lebih mampu berkonsentrasi dan berikan perhatian.
Foto: Fotolia/Eisenhans
Bersosialisasi
Memelihara hubungan sosial, baik dengan teman, keluarga, atau bahkan hewan peliharaan, bisa mendorong rasa percaya pada orang lain, perasaan santai dan memberi dukungan bagi rasa percaya diri. Memiliki hubungan sosial yang baik kerap dianggap sangat penting bagi kesehatan mental dan fisik.
Foto: Fotolia/Robert Kneschke
Tertawa dan Menikmati Humor
Tertawa sudah lama dianggap jadi cara tangguh memerangi stres. Dan peneliti mengungkap, tertawa memang bisa membantu. Misalnya studi yang dilakukan 2002 oleh Mary Bennett dan rekan-rekannya. Menurut hasil studi yang dilakukan pada orang dewasa, menonton film yang lucu mengurangi stres, dibanding dengan film tentang tujuan wisata.
Foto: imago/CHROMORANGE
Berpikir Positif
Tahun 2010 Jeremy Jamieson dan rekan-rekannya di Harvard University melatih sekelompok mahasiswa untuk percaya, bahwa gelisah karena menghadapi ujian bisa memperbaiki hasil ujian. Dengan kata lain, mahasiswa dilatih untuk berpikir positif. Hasilnya: mereka tidak terlalu stres dan nilai ujian lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak dilatih.
Foto: Fotolia/vgstudio
Makanan Yang Sehat
Di pagi hari, walaupun sudah terlambat, sebaiknya tetap sediakan waktu untuk sarapan yang baik. Menurut hasil studi Universitas Erlangen-Nürnberg, sarapan yang kaya protein menurunkan kadar kortisol pada darah dan menjaga keseimbangan gula darah. Telur baik untuk melawan stres. Sedangkan kopi yang terlalu banyak bisa menambah stres.
Foto: picture-alliance/dpa
Menikmati Kehijauan
Sebuah studi Universitas Essex tunjukkan, melewatkan waktu di kawasan hijau seperti taman atau hutan juga menurunkan kadar kortisol dan tekanan darah. Ini juga tren terbaru dari Jepang, dan disebut "Shinrin-yoku.“ Di Jepang dokter bahkan mengharuskan pasiennya berjalan-jalan di hutan, jika mereka menderita stres terlalu berat.
Foto: picture-alliance/ZB
Tinggalkan Kebiasaan Buruk
Konsumsi alkohol, rokok dan kofein yang terlalu banyak bisa meningkatkan tekanan darah. Untuk mengurangi stres, orang kerap dianjurkan untuk berhenti merokok sepenuhnya. Jika sering mengkonsumsi alkohol, sebaiknya mengurangi jumlahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Memberi Bantuan
Sumbangkan waktu untuk menolong orang lain, misalnya teman yang baru pindah rumah. Membantu orang lain, dalam bentuk apapun, bisa mengurangi stres.
Foto: auremar - Fotolia.com
Jangan Khawatir
Dunia tidak akan berhenti berputar, jika dapur tidak dibersihkan, atau pekerjaan lain tidak terselesaikan. Nantinya itu semua harus diselesaikan, tetapi mungkin tidak harus saat ini juga.
Foto: unitypix - Fotolia
Atur Waktu dengan Baik
Buatlah daftar tugas untuk membantu agar lebih terfokus pada hal yang paling penting untuk dilakukan. Lakukan tugas-tugas penting satu persatu. Misalnya, mulailah dengan mengatur satu bagian saja dalam hidup sehari-hari. Pertama-tama lemari, berikutnya meja kerja, kemudian dapur dan seterusnya.
Foto: Picture-Factory/Fotolia
Tidur Yang Cukup
Jika bisa tidur dengan baik, stres tidak terlalu mengganggu. Untuk bisa tidur dengan baik, semua alat elektronik harus dimatikan demikian halnya sumber cahaya di kamar tidur. Orang yang sering terganggu tidurnya, sebaiknya mulai sore hari menghindari minuman mengandung kofein. Keterkaitan antara stres dan kurang tidur sudah dibuktikan dalam sebuah studi dari Pennsylvania State University College.
Foto: Fotolia/Janina Dierks
12 foto1 | 12
Jika hasil Test-Resiko Bunuh Diri pada seorang pasien adalah –positif, maka pasien tersebut bisa diberi peringatan bahwa ia, kemungkinan akan punya pikiran bunuh diri setelah meminum obat anti depresi. Sehingga dokter yang merawat bisa sejak awal memberikan terapi yang cocok.
Makanan Pencegah Stres
Stres dan depresi sering merupakan gejala defisiensi magnesium yang berperan penting dalam metabolisme sel saraf dan regulasi 300 enzim. Konsumsi makanan kaya magnesium mencukupi kebutuhan tubuh untuk cegah depresi.
Foto: picture-alliance/dpa
Kakao dan Olahannya
Kebutuhan tiap individu kisarannya antara 300 hingga 400 miligram magnesium per hari. Asupan yang cukup akan seimbangkan aktivitas sistem saraf. Kakao memiliki kandungan magnesium sekitar 420 mg. Konsumsi produk olahnya berupa cokelat berwarna gelap mampu memenuhi 10 persen kebutuhan tubuh atas mineral ini. Keuntungan lain, kakao juga kaya unsur besi serta serat dan sumber anti oksidan
Foto: Fotolia/Rob Stark
Kacang dan Biji-Bijian
Kacang mede, kacang tanah, biji quinoa, biji almond, biji labu dan biji bunga matahari juga memiliki kandungan mineral magnesium cukup tinggi. Kacang-kacangan ini juga kaya lemak tak jenuh serta protein.
Foto: Fotolia/badmanproduction
Produk Olahan Kedelai
Kedelai juga punya kandungan magnesium tinggi. Tapi disarankan hati-hati mengkonsumsi kedelai, karena juga mengandung phytoestrogen yang bisa ganggu keseimbangan hormonal. Lebih baik mengkonsumsi produk olahannya berupa tahu, tempe atau susu kedelai yang kadar phytoestrogennya lebih rendah. Tahu dan tempe mengandung magnesium lebih tinggi ketimbang daging dan ikan.
Foto: AP
Polong-Polongan
Keluarga kacang polong, kacang merah dan sejenis kacang merah yang berwarna putih mengandung rata-rata 140 mg magnesium per 100 gram. Mineral magnesium bersama dengan vitamin D mengatur absorpsi dan penyimpanan unsure kalsium yang diperlukan untuk regulasi sel tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa/Stockfood
Buah-Buahan Tropis
Pisang, mangga atau alpukat adalah buah-buahan yang kaya mineral magnesium. Mengkonsumsi buah-buahan secara rasional, memberikan asupan hingga 8 persen kebutuhan harian tubuh. Pisang segar hanya mengandung 30 mg magnesium sementara pisang yang dikeringkan kandungannya mencapai 110mg.
Foto: picture-alliance/dpa
Sayuran
Terutama sayuran berdaun hijau seperti bayam mengandung cukup banyak magnesium. Sayuran hijau juga mengandung vitamin yang berperan memerangi molekul pemicu peradangan yang disebut cytokine. Sayuran banyak mengandung serat yang melancarkan pencernaan.
Foto: picture-alliance/dpa
Sereal dan Padi-Padian
Gandum, beras merah, sorgum dan jelai juga mengandung mineral magnesium dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh manusia. Sereal dan padi-padian juga diketahui berkhasiat sebagai anti peradangan. Dengan menyantap makanan sumber magnesium, orang tidak perlu lagi mengkonsumsi berbagai suplemen yang harganya relatif mahal. (Sumber: berbagai sumber)