Dokter gigi di negara bagian Sachsen, Jerman, khawatir banyak klinik akan tutup ketika vaksinasi COVID-19 menjadi wajib bagi para tenaga kesehatan pada pertengahan Maret. Mengapa demikian?
Iklan
Asosiasi Dokter Gigi di Sachsen mengirim surat kepada Perdana Menteri Michael Kretschmer pada tanggal 5 Januari dan menulis bahwa mereka sangat prihatin dengan apa yang akan terjadi jika, seperti yang direncanakan, vaksinasi terhadap virus corona menjadi wajib (mandat vaksin) bagi para profesional perawatan kesehatan di seluruh Jerman.
Aturan mandat vaksin yang akan dimulai pada pertengahan Maret, telah disahkan oleh parlemen Jerman (Bundestag) sebelum Natal.
Para penandatangan surat itu mengutip survei terhadap sekitar 2.600 praktik dokter gigi di Sachsen. Sekitar 490 dokter gigi memberikan tanggapan, dan sekitar 25% di antaranya belum divaksinasi; di antara staf operasi mereka, angkanya mencapai 40%.
Asosiasi dokter gigi Sachsen percaya bahwa vaksinasi wajib akan memiliki dampak negatif yang cukup besar pada perawatan medis di negara bagian. "Menurut umpan balik yang kami dapatkan dari para profesional di bidang ini, membuat vaksinasi wajib umumnya tidak akan membuat mereka semua divaksinasi segera, melainkan mendorong mereka yang skeptis terhadap vaksin untuk meninggalkan profesi medis dan akan mengarah pada penutupan praktik,” tulis surat itu.
Jerman Terjebak dalam Gelombang Keempat COVID-19
Setidaknya 100.000 orang di Jerman kini telah meninggal karena COVID-19. Ketika pandemi berlanjut, tingkat infeksi naik lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara vaksinasi kini melambat karena penolakan sebagian warga.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Angka tragis
Seorang pria di kuburan di Bonn berduka atas istrinya yang telah meninggal - salah satu dari 100.000 orang di Jerman yang telah meninggal karena COVID-19. Selama beberapa minggu terakhir, jumlah mereka yang meninggal karena COVID atau terkait dengan corona meningkat setiap hari.
Foto: Ute Grabowsky/photothek/imago images
Peringatan terakhir
Pengurus pemakaman telah kewalahan, dengan peti mati berbaris di sini di depan oven krematorium. Di salah satu tutupnya, kata "Corona" telah ditulis dengan kapur — peringatan bagi orang-orang yang bekerja di sana. Orang lanjut usia dan yang tidak divaksinasi yangaling berisiko meninggal karena virus, tetapi makin banyak orang yang terinfeksi walaupun sudah divaksin.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Situasi mencemaskan bagi manula...
Dalam beberapa minggu terakhir, ada banyak kasus infeksi COVID-19 di panti jompo dan komunitas pensiunan dan kasus yang meninggal. Inilah salah satu alasan mengapa pemerintah Jerman mempertimbangkan vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan. Italia, Prancis, dan Yunani telah melakukan langkah tersebut, dan Austria akan segera mengikutinya.
Foto: Jens Kalaene/dpa/picture alliance
...dan bagi yang muda
Tes Covid-19 di taman kanak-kanak dan sekolah menjadi rutinitas bagi anak-anak. Tidak ada kelompok populasi lain yang diuji secara teratur dan ekstensif untuk COVID-19. Namun angka infeksi pada anak berusia 5 hingga 14 tahun juga naik tiga kali di atas rata-rata. Dalam upaya untuk membendung laju infeksi, Badan Obat Eropa pada 25 November menyetujui vaksin BioNTech-Pfizer untuk kelompok usia ini.
Foto: Christian Charisius/dpa/picture alliance
Unit perawatan intensif penuh
Seorang dokter merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif rumah sakit universitas di Leipzig. Tingkat rawat inap - jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 - belum mencapai tingkat tertinggi sejak Desember lalu, tetapi staf kesehatan sudah membunyikan alarm dan memperingatkan bahwa rumah sakit kewalahan.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Lebih lama tinggal
Seorang pasien COVID-19 dengan jalur akses vena dan trakeostomi duduk di unit perawatan intensif rumah sakit. Menggunakan tingkat rawat inap sebagai nilai kejadian kontroversial: Juga banyak pasien COVID yang lebih muda. Mereka menghabiskan lebih lama dalam perawatan intensif, yang berarti kapasitas tempat tidur juga terisi untuk waktu lama.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Virus di sepanjang perjalanan
Sejak minggu lalu, aturan baru telah diterapkan di kereta api, trem, dan bus, seperti di Hamburg ini. Hanya mereka yang telah divaksinasi, dites negatif, atau baru saja pulih dari infeksi yang dapat menggunakan transportasi umum. Penggunaan masker tetap wajib.
Foto: Eibner/imago images
Rumahku adalah kantorku
Siapa pun yang tidak benar-benar harus pergi ke tempat kerja harus bekerja dari rumah. Persyaratan bekerja dari rumah sebelumnya sudah dicabut, namun kini diberlakukan lagi. Dengan tingkat infeksi yang meningkat, pengurangan kontak menjadi prioritas. (rs/hp)
Foto: Imago/S. Midzor
8 foto1 | 8
Mendorong dokter gigi memasuki masa pensiun
Asosiasi tersebut berpendapat bahwa praktik kedokteran gigi di negara bagian Jerman timur yang berpenduduk sekitar 4 juta jiwa sudah terbebani oleh persyaratan administrasi baru. Di banyak daerah, dokter gigi setidaknya berusia 60 tahun dan mengatakan bahwa mereka hampir tidak dapat mengatasinya lagi.
"Jika peningkatan migrasi staf sekarang diharapkan atau pemilik praktik itu sendiri memiliki sikap negatif terhadap mandat vaksin, ada bahaya praktik ini akan ditutup," asosiasi tersebut memperingatkan.
Paula Piechotta, seorang anggota parlemen Partai Hijau di Bundestag dan dokter yang berbasis di Leipzig menegaskan dalam sebuah wawancara dengan DW, bahwa praktik kedokteran gigi di Sachsen sudah ketinggalan zaman, sering kekurangan sumber daya, dan kewalahan.
Meski demikian, dia yakin hasil survei asosiasi gigi itu tidak boleh dilebih-lebihkan. Hanya seperlima dari 2.600 praktik dokter gigi negara bagian yang merespons, katanya. Dan itu bukanlah dasar yang sah untuk membuat kesimpulan tentang kesiapan vaksinasi di seluruh layanan kesehatan di Sachsen. Dari pengalamannya di rumah sakit di kota-kota besar Sachsen, yaitu Leipzig dan Dresden, penggunaan vaksin di antara staf medis sangat tinggi.
"Para dokter gigi hanya frustrasi dengan situasi perawatan rawat jalan pada umumnya," Piechotta menyimpulkan. Tetapi COVID-19 memang memperburuk situasi yang sudah tegang, katanya.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Orang yang skeptis terhadap vaksin di Sachsen
Tingkat vaksinasi di Saxony lebih rendah daripada di 16 negara bagian Jerman lainnya. Menurut otoritas kesehatan masyarakat Jerman, Institut Robert Koch, hanya sekitar 61,7% dari populasi Sachsen yang divaksinasi lengkap dibandingkan dengan rata-rata nasional 72,5%.
Saxony juga berulang kali menjadi berita utama, ketika mereka yang skeptis terhadap vaksinasi turun ke jalan, menentang pembatasan COVID-19 dan mencela politisi yang mempromosikannya.
Selama gelombang pandemi sebelumnya, Sachsen melaporkan jumlah infeksi baru tertinggi di seluruh Jerman, meski sekarang telah berubah. Penyebaran varian omicron telah melihat peningkatan jumlah infeksi di utara negara itu dan wilayah di dalam dan sekitar Ibukota Jerman, Berlin.
Tetapi ahli epidemiologi memperingatkan bahwa jumlah infeksi yang saat ini lebih rendah di beberapa negara bagian lain mungkin disebabkan oleh tingkat pengujian yang lebih rendah, serta keterlambatan dalam melaporkan angka ke otoritas pusat. Di Sachsen, lebih sedikit tes yang dilakukan daripada di tempat lain di negara ini.
Iklan
Kenapa beberapa tenaga kesehatan menolak mandat vaksin wajib?
Wolfgang Kreischer, ketua asosiasi dokter umum di Berlin dan Brandenburg, melaporkan dari pengalaman pribadi. Dalam sebuah wawancara dengan DW, Kreischer mengatakan: "Saya tahu banyak klinik di mana semua orang yang bekerja di sana telah divaksinasi; Saya juga mengenal beberapa praktisi yang menentang vaksinasi dan tidak memvaksinasi diri mereka sendiri. Dengan mereka, pasti ada sedikit fatalisme yang terlibat."
Perawat, dokter, dan staf telah bekerja semaksimal mungkin selama pandemi, "tapi semua yang mereka dengar dari politisi hanyalah janji”, kata Kreischer. Ini meningkatkan sikap untuk menolak mendengarkan politisi, tambahnya.
Dia juga mengutip rasa frustrasi mantan Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn dari Partai CDU: "Ada banyak yang mengabaikan perawatan. Bagaimanapun, Spahn berjanji pada saat itu untuk menambah lebih dari 8.000 pekerja perawatan kesehatan. Hal sebaliknya terjadi."
Kreischer mengatakan argumen penting hilang dari perdebatan saat ini tentang mandat vaksin umum: Sudah terlambat untuk membuat perbedaan, karena varian omicron terbukti sangat menular, katanya.
"Tidak membuat perbedaan berarti terhadap penyebaran virus apakah semua orang divaksinasi atau tidak. Anda dapat melindungi diri dengan vaksinasi agar tidak jatuh sakit parah dengan COVID-19. Tetapi melindungi orang lain dengan divaksinasi hampir tidak mungkin lagi karena bahkan orang yang divaksinasi dapat menularkan varian virus.”