1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKorea Selatan

Militer Korea Selatan Menghadapi Krisis Kepemimpinan?

16 April 2025

Relasi antara para perwira senior dengan Presiden Yoon yang dimakzulkan sarat nepotisme, ini memicu kekhawatiran masyarakat bagaimana militer dapat bekerja secara profesional melindungi negara.

Para pendukung Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, berunjuk rasa untuk menentang pemakzulan
Para pendukung Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, berunjuk rasa untuk menentang pemakzulanFoto: Anthony Wallace/AFP/Getty Images

Angkatan bersenjata Korea Selatan saat ini mengalami "krisis kepemimpinan” setelah kekacauan politik yang melanda negara tersebut dalam beberapa bulan terakhir, menurut mantan perwira tinggi militer Korsel. Ia menuding para politisi terkemuka turut menunjukkan sikap yang meremehkan militer.

Sikap "tidak hormat” para politisi terhadap angkatan bersenjata, turut membuat publik Korea Selatan bersikap skeptis terhadap militernya paska pemberlakuan darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol 3 Desember lalu. Hal ini juga diakui Chun In-bum, seorang pensiunan letnan jenderal Angkatan Darat Korea Selatan yang kini menjadi peneliti senior di lembaga think tank National Institute for Detterence Studies.

Mahkamah Konstitusi memakzulkan Yoon pada tanggal 4 April 2025 dan memberhentikannya dari jabatannya karena memberlakukan darurat militer. Proses pengadilan pidana Yoon dimulai pada hari Senin di Pengadilan Distrik Pusat Seoul, di mana ia menghadapi gugatan atas tuduhan pemberontakan terhadap negara, bersama dengan seorang mantan menteri kabinet dan beberapa komandan militer serta pejabat polisi.

Militer yang mencoba memasuki gedung Parlemen setelah deklarasi darurat YoonFoto: JUNG YEON-JE/AFP/Getty Images

Politisi tidak menunjukkan rasa hormat

"Kritik terhadap militer tidak beralasan," kata Chun kepada DW, karena sebagian besar personil militer negara ini telah bertindak dengan tepat dan profesional selama berlangsungnya upaya kudeta. Menurut Chun, masalahnya ada pada politisi. dan pimpinan militer senior.

"Salah satu masalahnya adalah bagaimana para pemimpin politik memperlakukan militer tanpa rasa hormat,” kata Chun kepada DW. "Para jenderal yang ikut serta dalam deklarasi darurat militer tersebut membuat keputusan yang buruk, tapi itu tidak berarti mayoritas militer seperti itu.”

Alih-alih mendukung para perwira yang menolak untuk mengikuti deklarasi darurat militer, para politisi ini justru ‘mengkerdilkan' mereka,” kata Chun.

Pada saat yang sama, Chun mengkritik masalah lain yang dihadapi angkatan bersenjata Korea Selatan.

"Masyarakat Korea berekspektasi agar militer mencapai ‘nol-kecelakaan', mengusahakan nihilnya korban jiwa selama pelatihan,” katanya.

Para perwira yang berusaha mengikuti ekspektasi sosial tersebut akan menurunkan standar pelatihan, kurang efektif untuk mempersiapkan militer untuk berperang.

"Hasilnya adalah militer yang tidak terlatih. Militer ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak berani mengambil risiko dan tidak mempersiapkan pasukan mereka dengan baik,” kata pensiunan jenderal itu. "Jika Anda seorang perwira junior melihat perwira atasan Anda bertindak seperti itu, namun tetap mendapatkankan promosi, maka perwira junior ini kelak akan menirunya.”

Korsel Gelar Parade Militer

00:44

This browser does not support the video element.

Minimnya latihan meningkatkan jumlah kecelakaan

Kurangnya latihan militer menyebabkan sejumlah insiden terjadi diluar kendali, seperti pengeboman yang tidak disengaja yang terjadi sebuah desa di luar zona pelatihan jet tempur di bulan Maret. Insiden lainnya terjadi di bulan yang sama terjadi ketika sebuah pesawat tak berawak militer bertabrakan dengan helikopter yang sedang tidak beroperasi, menghancurkan kedua pesawat militer tersebut.

Dan Pinkston, seorang profesor hubungan internasional di kampus Troy University Seoul, menyatakan keprihatinan terkait masalah yang kian parah merambati angkatan bersenjata negara itu.

"Jika militer suatu negara dipolitisasi, tentu saja akan ada risiko dan potensi masalah yang dapat muncul,” katanya. "Kami telah menyaksikan bagaimana penunjukan menteri pertahanan didasarkan pada kedekatan hubungan semasa sekolah - bagaimana pertemanan lebih diprioritaskan daripada kemampuan.”

'Pengkhianatan' terhadap prajurit junior

Pinkston menggambarkan keputusan para perwira senior untuk berpihak pada Yoon selama krisis yang terjadi baru-baru ini, "menghianati prajurit junior."

"Mereka adalah tentara profesional yang melakukan apa yang diperintahkan, yang menerobos masuk ke gedung Parlemen karena itulah yang diperintahkan,” katanya. "Merupakan keajaiban bahwa tidak ada yang terbunuh pada malam itu, tetapi prajurit-prajurit tersebut telah dikhianati.”

Untuk semua tantangan yang dihadapi militer Korea Selatan, tidak terkecuali kehilangan banyak komandan paling senior dan berpengalaman, sebagai akibat dari keterlibatan mereka dalam deklarasi darurat militer, baik Chun maupun Pinkston meyakini bahwa Korea Selatan masih dalam status aman.

"Kami beruntung bahwa para pemuda dan pemudi angkatan bersenjata melakukan tugas di garda terdepan,” kata Chun. "Dan segera setelah kami menyadari bahwa masalahnya berasal dari level teratas, semakin cepat pula kami dapat terlepas dari masalah tersebut.”

Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh: Sorta Lidia Caroline

Editor: Agus Setiawan

 

 

 

Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.