1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah UE akan Mampu Capai Target Iklim 1,5 Derajat Celsius?

16 Juni 2023

Dewan Iklim Uni Eropa mengimbau negara-negara anggota agar menetapkan target iklim yang lebih ambisius untuk 2040. Diyakini, masih ada ruang politik untuk menjalankan rencana pengurangan emisi secara menyeluruh.

Pembangkit listrik di Yunani
Pembangkit listrik di YunaniFoto: Florian Schmitz/DW

Dekarbonisasi pada 2050 adalah sasaran yang ditetapkan Uni Eropa (UE) untuk menghentikan perubahan iklim. Ada beragam cara yang diusulkan untuk mencapai target tersebut, sesuai riset yang dibuat Dewan Penasihat Sains dan Iklim Eropa baru-baru ini.

Di dalamnya, ilmuwan mengkaji 1.000 skenario iklim demi menguji potensi, risiko, dan tantangan dalam mengembangkan teknologi hijau.

Hingga 2030, Uni Eropa ingin mengurangi sebanyak 55 persen emisi karbon dioksida dibandingkan level pada tahun 1990. Pada 2050, semua fasilitas dan infrastruktur industri harus bersifat niremisi. Adapun sisa emisi akan diserap dari atmosfer dengan teknologi yang saat ini masih dikembangkan atau dengan penghijauan kembali hutan dan restorasi lahan gambut.

Saat ini, Teknologi Penyerapan Karbon atau CCS masih berada dalam tahap pengembangan dan baru diuji dalam skala kecil. Meski begitu, keampuhan CCS masih diperdebatkan.

Emisi Karbondioksida dari Erupsi Vulkanik

03:09

This browser does not support the video element.

Netralitas iklim

Dewan Sains dan Iklim Eropa menegaskan masih ada ruang negosiasi politik untuk mencapai sasaran iklim. Sejumlah skenario mengandalkan teknologi nuklir atau CCS, sementara yang lain dikembangkan tanpa melibatkan energi atom. Ottmar Edenhofer, Direktur Dewan Iklim Eropa, mengatakan "betapa energi nuklir bukannya tidak tergantikan."

Untuk mempercepat solusi iklim, dibutuhkan kajian yang mendalam, mekanisme yang luwes dan kontrol politik yang ketat, menurut Laura Diaz Anadoon, Wakil Direktur Dewan Iklim. Semua skenario "memiliki keuntungannya sendiri, termasuk perbaikan mencolok di sektor kesehatan dan ketahanan energi."

Faktor terpenting bagi semua skenario iklim adalah penghapusan energi batu bara pada 2030 dan gas pada 2040. Sebagai gantinya, industri dan masyarakat harus mengandalkan energi terbarukan. Namun, teknologi CCS belum layak pasar, hambatan pembangunan energi bersih bisa diatasi "dengan kebijakan politik yang ambisius," kata Edenhöfer.

Perlindungan iklim yang berkeadilan

Dengan menaati panduan Dewan Iklim, Uni Eropa tidak hanya mempercepat sasaran "netral iklim" pada 2050, tetapi juga ikut mengemban tanggung jawab sebagai salah satu produsen gas rumah kaca historis terbesar di dunia.

Namun begitu, sasaran iklim UE bukan tanpa hambatan besar. Menurut penghitungan ilmiah, Uni Eropa saat ini telah menghabiskan jatah CO2-nya yang ditetapkan untuk mencapai sasaran 1,5 derajat Celsius.

Negara-negara kaya selama ini membangun kemakmuran melalui industrialisasi yang memproduksi emisi dalam jumlah besar dan memicu perubahan iklim secara global. Namun, justru negara-negara miskin yang harus menghadapi dampak terbesar krisis iklim, ketika negara-negara maju mampu membiayai perlindungan iklim di wilayahnya.

Jika Uni Eropa ingin mencapai sasaran iklim secara adil, Brusels harus lebih aktif di luar Eropa, tulis Dewan Iklim dalam laporannya. Hal ini bisa mendorong investasi dalam transisi menuju energi bersih atau untuk membiayai peralihan teknologi pembangkit surya atau bayu.

(rzn/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait