1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Aplikasi Peringatan Covid-19 Jerman “Ditidurkan”

1 Juni 2023

Menterian Kesehatan Jerman Karl Lauterbah mengatakan, aplikasi peringatan Covid-19 Jerman bernama "Corona-Warn-App" sudah memasuki "sleep mode". Tapi aplikasi itu dapat diaktifkan lagi jika perlu.

Foto ilustrasi tampilan Corona-Warn-App
Foto ilustrasi tampilan Corona-Warn-AppFoto: Rüdiger Wölk/imago images

Aplikasi pelacak virus corona Jerman "Corona Warn App”, yang digunakan oleh jutaan orang untuk mengingatkan mereka akan potensi paparan virus SARS-CoV-2, memasuki "mode tidur" mulai hari Rabu (31/5).

Menurut Kementerian Kesehatan Jerman, aplikasi pelacakan Covid-19 yang dinamakan "Corona Warn App” tidak akan diperbarui atau dikembangkan lagi hingga pemberitahuan lebih lanjut, setelah kontrak dengan penyedia layanan SAP dan T-Systems berakhir pada 31 Mei.

Mengingat situasi pandemi yang lebih santai, fungsi peringatan potensi paparan telah dimatikan pada 1 Mei. Namun pengguna dapat menyimpan dan menggunakan aplikasi tersebut di ponsel mereka, misalnya untuk terus menggunakan sertifikat vaksinasi elektronik yang tersimpan di aplikasi itu.

Corona Warn App telah mengeluarkan lebih dari 270 juta  peringatan setelah tes positif untuk sekitar 9 juta orang, menurut pengembangnya. Setelah bertemu dalam jarak dekat dan dalam hitungan waktu tertentu dengan seseorang yang dites positif, pengguna akan menerima tampilan peringatan merah pada aplikasi itu.

Menteri Kesehatan Jerman, Karl LauterbachFoto: Nadja Wohlleben/REUTERS

Dapat "dibangunkan" lagi, jika perlu

Sejak diluncurkan pada 16 Juni 2020, aplikasi tersebut dilaporkan telah diunduh lebih dari 48 juta kali. Sampai 35 juta pengguna aktif menggunakan aplikasi tersebut.

Menurut Kementerian Kesehatan Jerman, aplikasi tersebut dapat "dibangunkan" lagi jika situasi kembali kritis. Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach mengimbau pengguna untuk tidak menghapus aplikasi Corona Warn App dari ponsel mereka.

"Sangat mungkin kita harus menggunakannya lagi untuk Covid-19. Tapi mungkin juga kita kembangkan lebih lanjut untuk penyakit menular lainnya,” kata Karl Lauterbach.

PM Singapura kembali dites positif Covid-19

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan hari Kamis (1/6) bahwa dia dites positif COVID-19 untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari dua minggu. Lee, yang berusia 71 tahun, didiagnosis dengan COVID-19 untuk pertama kalinya pada 22 Mei lalu, setelah perjalanan kerja ke Afrika dan Asia. Dia dites negatif enam hari kemudian.

Namun dalam postingan Facebook hari Kamis, Lee membagikan foto tes cepat antigen yang hasilnya positif. "Saya merasa baik-baik saja tetapi saya khawatir saya telah menjadi positif COVID-19 lagi. Dokter saya mengatakan itu adalah COVID-19 yang meningkat kembali, yang terjadi pada 5-10 persen kasus," katanya dalam postingannya. Lee mengatakan dia telah disarankan untuk mengisolasi diri karena virus masih menular, meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan dengan infeksi awal.

Dalam diagnosis sebelumnya, Lee mengatakan dia diberi resep obat antivirus Paxlovid karena usianya. Dia mengatakan telah mendapat vaksin booster COVID-19 terakhirnya pada bulan November lalu, dan mendesak warga Singapura untuk selalu memperbarui vaksinasi mereka guna mengurangi risiko penyakit yang parah. hp/as (dpa, ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait