Arab Saudi Taklukkan Rudal yang Diluncurkan Pemberontak
19 Desember 2017
Sebuah rudal telah diluncurkan oleh Gerakan Houthi Yaman menargetkan Istana al-Yamamah di Riyadh, Arab Saudi. Namun rudal tersebut berhasil dihalau oleh Pertahanan Udara Arab Saudi.
Iklan
Gerakan Houthi Yaman melepaskan sebuah rudal balistik ke Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, yang ditargetkan kepada sebuah pertemuan para pemimpin Arab Saudi di Istana al-Yamamah pada Selasa siang (19/12) waktu setempat. Pertahanan Udara Arab Saudi berhasil menangkal rudal tersebut dan meledakkannya di udara karenanya tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Istana al-Yamamah adalah tempat raja Arab Saudi, Raja Salman, menerima pejabat asing dan pejabat tinggi negara yang berkunjung.
Laporan dari Reuters, para saksi mata mendengar sebuah ledakan dan melihat kepulan asap tebal di atas kota Riyadh.
Ini adalah serangan rudal kedua yang diluncurkan oleh gerakan Houthi yang ditargetkan ke Kota Riyadh sejak 4 November lalu. Serangan yang pertama ditargetkan ke sebuah bandara di ibu kota dan juga berhasil digagalkan.
Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab, telah terlibat dalam konflik yang menghancurkan antara pemerintahan yang didukung Arab Saudi melawan para pemberontak Houthi, selama tiga tahun terakhir.
Bocah Yaman dalam Dekap Kelaparan
Embargo Arab Saudi terhadap Yaman memicu bencana kemanusiaan tak berkesudahan. Wabah kelaparan yang menjalar menyebabkan setengah juta anak-anak mengalami malnutrisi. UNICEF mencatat seorang anak tewas setiap 10 menit
Foto: Reuters/A. Zeyad
Kemanusiaan Berakhir di Yaman
Lebih dari setengah juta anak-anak di Yaman menderita kelaparan dan malnutrisi. Badan PBB, UNICEF, melaporkan kebanyakan hidup di kawasan yang rentan wabah Kolera tanpa akses layanan kesehatan yang memadai. Wabah Kolera yang mengamuk sejak April 2015 diklaim telah menelan 425.000 korban dan menewaskan 2.135 pasien.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Generasi Kelaparan
Bencana kelaparan yang dipicu oleh perang saudara di Yaman menjadi ancaman terbesar buat anak-anak. Saat ini PBB mencatat 537.000 bocah menderita malnutrisi akut dan 1,3 juta anak-anak lain menghadapi kelangkaan pangan. Sejauh ini hanya seperlima pusat bantuan makanan yang masih beroperasi di Yaman.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Embargo Tak Berkesudahan
Yaman yang mengimpor 90% bahan pangan kerepotan menjamin pasokan di dalam negeri lantaran terkena embargo ekonomi Arab Saudi. Sejak Maret 2015 Riyadh mengobarkan perang terhadap suku Houthi di utara Yaman. PBB memperkirakan setidaknya 10% dari 23 juta penduduk Yaman hidup di kamp pengungsian.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Nyawa Tanpa Harga
Wabah kelaparan akibat embargo terutama dirasakan oleh warga kota Al-Hudaydah. Kota di pesisir Laut Merah itu banyak bergantung dari hasil laut untuk menjamin pasokan pangan. Namun serangan udara yang dilancarkan Arab Saudi dan Amerika Serikat ikut menghancurkan kapal-kapal nelayan. Akibat kelaparan seorang bocah meninggal dunia setiap 10 menit di Yaman.
Foto: Reuters/A. Zeyad
Tanpa Air dan Makanan
Minimnya infrastruktur pengaliran air dan sanitasi memperparah situasi kemanusiaan. Larangan impor bahan bakar juga mengganggu distribusi air dan makanan untuk penduduk di wilayah terpencil. Kelangkaan bahan bakar juga menciptakan masalah kesehatan lantaran kebanyakan rumah sakit bergantung pada bahan bakar solar untuk memproduksi listrik.
Foto: Reuters/K. Abdullah
Korban yang Terlupakan
Perang yang dilancarkan Arab Saudi terhadap suku Houthi yang didukung Iran sejauh ini telah menelan 10.000 korban jiwa. Selain kedua pihak, dua kelompok terror yang berafiliasi dengan ISIS, Anshar al-Syaria dan ISIL-YP, juga ikut meramaikan perang saudara di Yaman. PBB mencatat 1000 bocah meninggal dunia setiap pekan akibat malnutrisi, diare dan infeksi saluran pernafasan.